Analisis Hubungan Status Tinggal Masyarakat Cigugur Tengah

dengan perncanaan mix use melalui penggabungan dan kombinasi antara perumahan, ruang usaha perdagangan maupun perkantoran serta fungsi sosial lainnya. Target fisik penataan permukiman kumuh adalah rumah susun merupakan suatu tujuan antara, justru yang target utamanya adalah meningkatnya ekonomi rakyat secara nyata. Sebaliknya responden yang tidak bersedia tinggal di rumah susun adalah responden yang lama tinggalnya rata-rata sudah lebih dari 4 tahun dan status tinggalnya rata-rata mempunyai rumah milik. Alasan mereka tidak bersedia adalah selain lama tinggal juga status kepemilikan menjamin status sosial mereka yang telah terbentuk di mata masyarakat. Status hak milik mungkin saja dianggap memberikan gengsi yang lebih tinggi dalam strata sosial dari pada status sewa atau tinggal di rumah susun yang dianggap statsus kepemelikannya tidak jelas karena tanahnya milik bersama dan banyak biaya yang harus dikeluarkan bila menempati rumah susun, bila dikaji ulang ke Tabel IV.5 Pendapatan masyarakat rata-rata antara Rp.500.000- Rp.1000.000, bahkan ada beberpa responden yang pendapatannya di bawah Rp.500.000 untuk lebih jelasnya kesediaan masyarakat untuk tinggal di rumah susun dapat dilihat pada tabel hasil tabulasi silang sebagai berikut: TABEL IV.12 HUBUNGAN KESEDIAAN TINGGAL DI RUMAH SUSUN DENGAN LAMA TINGGAL MASYARAKAT RW 05 KELURAHAN CIGUGUR TENGAH Lama Tinggal Kesediaan Total Ya Tidak Jumlah Jumlah 1 tahun 4 4,7 4 Antara 2-3 tahun 7 8,2 4 4,7 11 4 tahun 11 12,9 4 4,7 15 Lebih dari 4 tahun 13 15,3 42 49,4 55 Jumlah 35 41,2 48 58,8 85 Sumber: hasil analisis, 2010 Dari tabel dan analisis diatas dapat disimpulkan untuk para pendatang yang bekerja dan tinggal sekitar perkampungan kumuh, setelah pendapatannya meningkat akan mencari tempat tinggal yang layak, sedangkan penduduk asli yang mempunyai rumah dan tanah sendiri serta telah tinggal lama diperkampungan kumuh cenderung akan mempertahankan tempat tinggalnya. Hal tersebut selaras seperti yang dikatakan Turner dalam Yunus, 2008; 191-193 dalam teori mobilitas tempat tinggal ada stratum sosial berkaitan dengan lama bertempat tinggal diperkotaan yang menentukan tempat tinggal yaitu golongan yang termasuk baru datang atau baru menetap di kota dengan penghasilan rendah dan sangat rendah brigedheads akan memilih untuk menyewa rumah pada lokasi yang berada di pusat kota dan dekat dengan tempat kerja, setelah kemampuan ekonominya mengalami peningkatan consolidation status menyewa menjadi memiliki dan akan terus meningkat ketahap selanjutnya, status seekersgolongan yang sudah lama tinggal.

4.3.3 Analisis Hubungan Pekerjaan dengan Kesediaan Tinggal di Rumah

Susun Pekerjaan merupakan karakteristik ekonomi yang dapat dijadikan simbol posisi keluarga dalam status sosialnya. Bedasarkan hasil analisis tabulasi silang, ternyata jenis pekerjaan yang mempengaruhi keputusan untuk mau pindah ke rumah susun adalah karyawan dan pedagang. Apabila dikaji lebih lanjut, profesi pekerjaan di Kelurahan Cigugur Tengah sangat bervariasi yaitu buruh pabrik, pedagangwiraswasta, PNS dan Pegawai Swasta. Secara lengkap tabulasi silang antara jenis pekerjaan dengan kesediaan tinggal di rumah susun sederhan dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut: TABEL IV.13 HUBUNGAN KESEDIAAN TINGGAL DI RUMAH SUSUN DENGAN PEKERJAAN MASYARAKAT RW 05 KELURAHAN CIGUGUR TENGAH Jenis Pekerjaan Kesediaan Total Ya Tidak Jumlah Jumlah Buruh pabrik 17 20,0 11 12,9 28 Pedagangwiraswasta 8 9,4 28 32,9 36 PNS 0 0 6 7,1 6 Pegawai Swasta 10 11,8 5 5,9 15 Jumlah 35 41,2 50 58,8 85 Sumber: hasil analisis, 2010 Merujuk pada tabel diatas, masyarakat RW 05 Kelurahan Cigugur Tengah yang bersedia tinggal di rumah susun adalah masyarakat yang mempunyai profesi sebagai buruh pabrik dan karyawan swasta. Apabila merujuk ke Tabel IV Jenis Pekerjaan, rata-rata responden yang mempunyai sebagai buruh pabrik dan pegawai swasta adalah rata-rata pendatang dari luar Kota Cimahi yang mempunyai status tinggal sebagai pengontrak, mereka mempunyai penghasilan tetap dan cenderung meningkat sesuai dengan karier dan jabatannya. Responden yang profesinya mempumyai penghasilan tetap menurut pekerjaannya menganggap tinggal di rumah susun lebih baik di banding tinggal di permukiman kumuh yang banyak mengadung resiko seperti keamanan, kenyamanan dan kesehatan seiring dengan penghasilan mereka meningkat mereka berkeinginan untuk tinggal di rumah susun. Sedangkan responden yang mempunyai pekerjaan sebagai pedagangwiraswasta dan PNS pada umumnya rata-rata penduduk setempat yang mempunyai rumah dan lahan sendiri. Untuk responden yang penghasilannya sebagai pedagangswasta penghasilan mereka perbulan rata-rata berkisar UMR bahkan ada sebagian dibawah UMR, sehingga mereka sangat kesulitan untuk memperbaiki kualitas rumah yang ditemapatinya karena penghasilan mereka berbanding lurus dengan pengeluaran jadi sangat sedikit kemungkinan mereka dapat penghasilannya di bank. Sebaliknya responden yang pekerjaannya sebagai PNS hanya sedikit sekali jumlahnya, mereka mempunyai pendapatan rata-rata di atas UMR, sehingga dapat memperbaiki rumahnya dan menambah luas lantai ke arah vertikal dengan tujuan bangunan yang diperluas dapat dikontrakan kependatang baru yang mendapat pekerjaan di wilayah tersebut. Terkait dengan rencana pemerintah tentang rencana kebijakan penataan kumuh dengan pembangunan rumah susun sederhana, responden yang profesi pekerjaannya sebagai pedagang dan PNS kurang setuju karena selain mereka tidak mau kehilangan lahan dan rumahnya.