Jumlah 37 42,1 50 58,8 85
Sumber: hasil analisis, 2010
Bila dikaitkan dengan kebijakan pemerintah tentang rencana penataan kumuh dengan pembangunan rumah susun, responden yang memiliki rumah dan
tanah sendiri menyatakan kurang setuju karena responden masih menilai bahwa tanah merupakan asset yang paling berharga, walaupun luas tanah yang dimiliki
kecil. Masyarakat menilai rumah dan tanahnya tidak dapat dipisahkan dari tempat hidup dan kehidupannya. Sedangkan responden mengangap rumah susun tidak
memiliki tanah dan bangunan rumah susun tidak dapat diperluas sehingga kemungkinan tidak dapat menampung jumlah anggota keluarga.
4.3.2 Analisis Hubungan Lama Tinggal dengan Kesediaan Tinggal di
Rumah Susun Berdasarkan Tabel IV. 3 variabel lama tinggal terlihat bahwa responden
yang lama tinggalnya lebih dari 4 tahun mendominasi, bila dikaitkan dengan variabel status tinggal, responden yang lama tinggal lebih dari 4 tahun adalah
responden yang memiliki rumah dan lahan sendiri. Selanjutnya responden yang lama tinggalnya kurang dari 4 tahun pada
umumnya mereka adalah para pendatang yang mengontrak rumah di RW 05 Kelurahan Cigugur Tengah. Bila ditinjau dari hasil tabulasi silang respondenyang
bersedia tinggal dirumah susun adalah responden lama tinggalnya kurang 4 tahun yang status tinggal sebagai pengontrak. Alasan mereka bersedia tinggal dirumah
susun adalah kemanan dan kenyamanan serta menginginkan kondisi kemungkinan dilandasi oleh adanya keinginan dari individu atau keluarga untuk mendapat
pelayanan lingkungan yang lebih baik dalam rangka peningkatan kualitas hidup mereka setelah kebutuhan dasar dan primernya terpenuhi. Pelayanan lingkungan
ini bisa berupa sarana listrik, air, telepon, sarana transportasi pelayanan jasa, fasilitas pembelanjaan, fasilitas ibadah, perkantoran dan lain-lain.
Bila di kaitkan dengan rencana kebijakan penataan kumuh dengan pembangunan rumah susun di RW 05 Kelurahan Cigugur Tengah oleh Pemerintah
Kota Cimahi yang bekerjasama dengan Puslitbang Kota Bandung konsep dasar dari kebijakan penetaan kumuh tersebut adalah peningkatan ekonomi rakyat
dengan perncanaan mix use melalui penggabungan dan kombinasi antara perumahan, ruang usaha perdagangan maupun perkantoran serta fungsi sosial
lainnya. Target fisik penataan permukiman kumuh adalah rumah susun merupakan suatu tujuan antara, justru yang target utamanya adalah meningkatnya
ekonomi rakyat secara nyata. Sebaliknya responden yang tidak bersedia tinggal di rumah susun adalah responden yang lama tinggalnya rata-rata sudah lebih dari 4
tahun dan status tinggalnya rata-rata mempunyai rumah milik. Alasan mereka tidak bersedia adalah selain lama tinggal juga status
kepemilikan menjamin status sosial mereka yang telah terbentuk di mata masyarakat. Status hak milik mungkin saja dianggap memberikan gengsi yang
lebih tinggi dalam strata sosial dari pada status sewa atau tinggal di rumah susun yang dianggap statsus kepemelikannya tidak jelas karena tanahnya milik bersama
dan banyak biaya yang harus dikeluarkan bila menempati rumah susun, bila dikaji ulang ke Tabel IV.5 Pendapatan masyarakat rata-rata antara Rp.500.000-
Rp.1000.000, bahkan ada beberpa responden yang pendapatannya di bawah Rp.500.000 untuk lebih jelasnya kesediaan masyarakat untuk tinggal di rumah
susun dapat dilihat pada tabel hasil tabulasi silang sebagai berikut:
TABEL IV.12 HUBUNGAN KESEDIAAN TINGGAL DI RUMAH SUSUN
DENGAN LAMA TINGGAL MASYARAKAT RW 05 KELURAHAN CIGUGUR TENGAH
Lama Tinggal Kesediaan
Total Ya
Tidak Jumlah Jumlah
1 tahun 4
4,7 4
Antara 2-3 tahun 7
8,2 4
4,7 11
4 tahun 11
12,9 4
4,7 15
Lebih dari 4 tahun 13
15,3 42
49,4 55
Jumlah 35 41,2 48 58,8 85
Sumber: hasil analisis, 2010
Dari tabel dan analisis diatas dapat disimpulkan untuk para pendatang yang bekerja dan tinggal sekitar perkampungan kumuh, setelah pendapatannya