Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan Attitude on

Penelitian dilakukan menggunakan cara hipotesis dan eksperimen. Hasil penelitian Trivedi et al. 2005 menyimpulkan bahwa niat kepatuhan pajak dan etika berpengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak sedangkan sikap, norma subjektif dan kontrol yang persepsikan tidak berpengaruh signifikan. Dari sisi pengaruh terhadap niat kepatuhan pajak, Trivedi et al. 2005 menyimpulkan bahwa norma subjektif dan sikap berpengaruh signifikan terhadap niat kepatuhan pajak sedangkan kontrol yang dipersepsikan dan etika berpengaruh tidak signifikan.

2.1.2. Sikap Terhadap Keadilan dari Sistem Perpajakan Attitude on

righteousness of tax system Allport mendefenisikan sikap sebagai suatu keadaan mental dan syaraf yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan Allport 1953, dalam Schwarz dan Bohner, 2001. Ajzen dan Fishbein’s mengemukakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut Ajzen dan Fishbein’s 1980, dalam Bobek dan Hatfield,2003. Berkaitan dengan pajak, sikap wajib pajak didefinisikan sebagai pandangan positif atau negatif dari perilaku kepatuhan pajak. Hasil positif adalah kepatuhan pajak dan hasil negatif adalah ketidakpatuhan pajak Marti et al. 2010. Sikap positif terhadap sistem perpajakan sebenarnya adalah hasil dari persepsi keadilan positif atau dengan kata lain persepsi keadilan positif dapat sebagai pendorong dari sikap positif. Dengan demikian wajib pajak dengan persepsi Universitas Sumatera Utara positif terhadap keadilan sistem perpajakan akan lebih memiliki sikap positif terhadap sistem perpajakan dan kosekuensinya akan mendorong mereka untuk patuh. Sulit untuk mendefenisikan keadilan pajak , di satu sisi harus memuaskan wajib pajak dan di sisi lain berkaitan pelaksanaan terhadap peraturan perundang- undangan perpajakan. Christensen et al. menyatakan bahwa keadilan pajak sulit didefinisikan karena empat masalah utama Christensen et al. 1994, dalam Azmi dan Perumal 2008 : 1 masalah dimensional, 2 dapat didefinisikan pada tingkat individu maupun pada masyarakat luas, 3 keadilan terkait dengan kompleksitas, dan 4 kurangnya keadilan dapat menjadikan pertimbangan atau menyebabkan ketidakpatuhan. Azmi dan Perumal 2008 mengidentifikasi 5 lima dimensi keadilan pajak yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak yaitu: 1. Keadilan Umum General Fairness. Dimensi ini terkait dengan keadilan menyeluruh atas sistem perpajakan dan distribusi pajak. 2. Timbal balik Pemerintah Exchange with Government. Dimensi ini terkait dengan timbal balik yang secara tidak langsung diberikan pemerintah atas pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak. 3. Kepentingan Pribadi Self-Interest. Dimensi ini terkait dengan apakah jumlah pajak yang dibayarkan wajib pajak secara pribadi terlalu tinggi dan jika dibandingkan dengan wajib pajak lainnya. 4. Ketentuan-ketentuan khusus Special Provisions. Dimensi ini terkait ketentuan-ketentuan khusus yang diberikan kepada wajib pajak tertentu, misalnya insentif pengurangan tarif untuk perusahaan go public maupun UMKM. Universitas Sumatera Utara Erich et al. mengemukakan bahwa persepsi keadilan dapat di lihat dalam beberapa bentuk Erich et al. 2006, dalam Saad 2010. Pertama, keadilan vertikal vertikal fairness yaitu wajib pajak dalam situasi ekonomi berbeda akan dikenakan pajak pada tarif yang berbeda. Hal ini akan mengakibatkan penghasilan yang lebih tinggi akan membayar pajak lebih tinggi dari pada penghasilan lebih rendah. Kedua, keadilan horizontal horizontal fairness didefinisikan sebagai perlakuan yang sama dalam situasi yang sama dari individu. Dengan kata lain keadilan horizontal merekomendasikan bahwa wajib pajak dalam posisi ekonomi yang sama akan membayar jumlah pajak yang sama. Studi Bobek pada sistem perpajakan Amerika tentang keadilan prosedural procedural fairness dan keadilan kebijakan policy fairness menyatakan bahwa keadilan prosedural berhubungan dengan proses yang digunakan dalam kaitannnya dengan fungsi distribusi sedangkan keadilan kebijakan berkaitan dengan isi dari hukum pajak Bobek 1997, dalam Saad 2010 . Dapat disimpulkan bahwa keadilan secara umum mengukur penilaian individu apakah sistem perpajakan secara umum adil atau tidak.

2.1.3. Norma-norma Individu dan Sosial Personal and Social Norms

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

2 44 65

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3 123 80

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

0 78 88

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

1 37 33

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Case Processing Summary - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 1 17