Akhir 2007, pinjaman yang berjangka panjang di atas 1 tahun mendominasi sebesar US 46,9 miliar yang terdiri dari Pinjaman Luar Negeri Swasta Bank US 2,8 miliar
dan Pinjaman Luar Negeri Swasta Perusahaan sebesar US 44,1 miliar Bank Indonesia, 2007 Pinjaman Luar Negeri Swasta perbankan sedikit lebih terkendali,
hal ini dikarenakan pengendalian yang dilakukan Bank Indonesia selaku Bank Sentral yang mengawasi operasional perbankan nasional.
2.1.2. Pinjaman Luar Negeri Swasta dan Implikasi Moneter
Di sisi moneter, Pinjaman Luar Negeri Swasta memiliki implikasi yang sangat penting. Keterkaitan Pinjaman Luar Negeri Swasta dapat dilihat dari berbagai
perspektif, terutama keterkaitannya dengan fluktuasi nilai rupiah dan Sustainabilitas Neraca Pembayaran Indonesia NPI. Perkembangan eksposure Pinjaman Luar
Negeri Swasta termasuk perubahan struktur pinjaman, penarikan pinjaman dan profil pembayaran pinjaman akan memberikan implikasi terhadap kedua aspek moneter
tersebut. Perubahan yang cukup mendasar misalnya terjadi pada struktur Pinjaman
Luar Negeri Swasta setelah era deregulasi 1988. Pinjaman Luar Negeri Swasta yang sebelumnya lebih berorientasi pada pinjaman jangka panjang untuk investasi, mulai
bergeser dengan didominasi dengan pinjaman jangka pendek dengan suku bunga tinggi. Bahkan tidak sedikit perusahaan yang menggunakan Pinjaman Luar Negeri
untuk tujuan Spekulasi. Arus modal masuk dalam bentuk pinjaman jangka pendek dan investasi portofolio mengandung resiko yang tinggi terhadap sustainabilitas NPI,
yaitu rentan terhadap arus modal keluar secara cepat reversal effect apabila pada
Universitas Sumatera Utara
suatu ketika perekonomian domestik dilanda oleh sentimen negatif. Struktur Pinjaman Luar Negeri Swasta seperti itu pada masa krisis telah terbukti memberikan
tekanan serius terhadap Neraca Pembayaran Indonesia. Pinjaman Luar Negeri Swasta juga berimplikasi terhadap fluktuasi nilai tukar
yang merupakan salah satu parameter penting dalam mengendalikan dan menjaga stabilitas moneter. Eksposur Pinjaman Luar Negeri Swasta yang berlebihan dan
dilakukan secara kurang berhati-hati dapat memberikan tekanan depresif terutama karena sentimen negatif. Pinjaman Luar Negeri Swasta yang tidak terkendali dan
bermasalah secara berkepanjangan akan meningkatkan premi risiko dan biaya pinjaman yang akhirnya akan menurunkan credit rating dan memberi tekanan kepada
nilai tukar. Dilihat dari sisi moneter, filosofi dari pengaturan Pinjaman Luar Negeri
Swasta adalah untuk meningkatkan ketepatan dan keberhasilan dalam pengendalian moneter. Dalam rangka itu diperlukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang
kewajiban finansial sektor swasta khususnya dalam bentuk Pinjaman Luar Negeri Swasta. Informasi ini juga sangat penting dalam rangka perumusan kebijakan
moneter terutama yang terkait dengan penyusunan Neraca Pembayaran Indonesia, pengelolaan cadangan devisa, pengendalian nilai tukar dan inflasi. Pengaturan
Pinjaman Luar Negeri dalam bentuk pemantauan Pinjaman Luar Negeri Swasta merupakan salah satu upaya pemantauan lalu lintas devisa secara efektif sebagai
bagian dari upaya untuk mengefektifkan kebijakan moneter.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Bunga Sebagai Instrumen Moneter