Tinjauan Studi Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

anggaran pemerintah yang merupakan kelebihan pengeluaran pembangunan yang merupakan investasi atas tabungan pemerintah dan peranan hutang luar negeri dalam mencukupi tabungan pemerintah untuk membiayai investasi di dalam negeri dilengkapi pula oleh peranan sumber-sumber dana dari swasta asing dalam menutupi kekurangan tabungan swasta. Berdasarkan teori Harrord Domar di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa tabungan berpengaruh negatif terhadap Pinjaman Luar Negeri Swasta.

2.6. Tinjauan Studi Terdahulu

Dari hasil penelitian Arif dan Sasono dalam Antoni 2007 menyatakan bahwa hutang luar negeri bersama dengan investasi asing langsung berpengaruh negatif dan hutang luar negeri ternyata juga terus menerus mengalami penurunan kemampuan dalam membiayai impor barang dan jasa. Kemampuan impor ini yang diukur dengan membandingkan nilai hutang luar negeri bersih dengan nilai impor barang dan jasa telah turun sebesar 24 untuk periode 19701971 dan menjadi 7 tahun 19781979. Akibatnya Indonesia terpaksa harus melakukan pinjaman baru untuk membiayai surplus impor sehingga masuk ke dalam perangkap hutang. Dengan menggunakan metodologi yang dikembangkan Dornbusch dan Click sebab-sebab kenaikan stok jumlah hutang dan kewajiban mencicilnya yaitu dari aspek domestik dan aspek eksternal serta faktor perubahan nilai tukar mata uang dunia. Aspek domestik seperti defisit anggaran pemerintah yang merupakan kelebihan pengeluaran pembangunan yang merupakan investasi atas tabungan Universitas Sumatera Utara pemerintah dan peranan hutang luar negeri dalam mencukupi tabungan pemerintah untuk membiayai investasi di dalam negeri dilengkapi pula oleh peranan sumber- sumber dana dari swasta asing dalam menutupi kekurangan tabungan swasta. Sedangkan dari faktor eksternal yang menyebabkan kenaikan hutang luar negeri adalah kenaikan stok hutang luar negeri digunakan untuk membiayai bagian defisit neraca berjalan yang tidak dibiayai oleh sumber-sumber lain seperti arus modal masuk jangka panjang. Pinjaman luar negeri dipakai juga untuk menumpuk cadangan devisa atau membiayai pelarian modal keluar. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman 1979, Weiskoft 1972 Chenery dan Strout 1979, Hujman 1968 dan Mudrajat Kuncoro 1982 menunjukkan bahwa modal asing berpengaruh negatif terhadap tabungan domestik di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Di samping itu, arus modal asing juga dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, walaupun secara statistik tidak signifikan. Studi-studi tersebut juga menemukan bahwa tabungan domestik lebih penting peranannya daripada modal asing, baik secara kuantitatif maupun statistik dalam menentukan pertumbuhan ekonomi Sugiri, 2009. Manzoochi 2001, dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa eksternal finance dapat memberikan kontribusi positif pada proses transmisi dan meningkatkan dana kesejahteraan pada negara negara yang dahulu memiliki perekonomian terpusat, khususnya di mana domestic saving belum berjalan dengan baik setelah adanya kontraksi awal perekonomian, tetapi seperti apa yang telah ditunjukkan pada proses awal transmisi, utang luar negeri dapat menimbulkan konstrain yang kuat pada Universitas Sumatera Utara kapasitas utang luar negeri negara negara di Eropa Tengah dan Timur. Jurnal ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pinjaman eksternal pada sepuluh negara selama periode 1990 - 1995, dan menghitung efek-efek dari outstanding stock dari foreign liabilities atas net financial inflow. Achsani 2004 menyimpulkan bahwa pinjaman dalam bentuk dolar juga bisa membunuh, suatu sistem perbankan tidak akan mengalami krisis jika ia menerapkan regime mata uang mengambang dan memiliki kewajiban membayar utang dalam bentuk mata uang lokal. Dalam hal demikian, bank sentral memiliki kredibilitas kuat untuk membayar utang dalam mata uang yang dikendalikannya. Akan tetapi jika kurs mata uang dibuat mengambang dan kewajiban membayar utang dalam bentuk dollar, maka ada kemungkinan negara akan mengalami krisis keuangan apabila kurs mata uang ambruk secara tiba-tiba, hal inilah yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 s.d 1998. Direktorat Internasional Bank Indonesia 2005 dalam penelitiannya yang berjudul Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Korporasi dan Pergerakan Rupiah menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa melalui pendekatan kuantitatif menunjukkan bahwa pembayaran Pinjaman Luar Negeri korporasi hanya berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dalam jangka panjang, sementara dalam jangka pendek pergerakan Rupiah lebih dipengaruhi oleh variabel harga minyak dunia, Interest Rate Differensial dan Country Risk. Hasen dan Rand 2004 memperlihatkan bahwa FDI memiliki pengaruh terhadap GDP baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sedangkan GDP Universitas Sumatera Utara hanya memperlihatkan pengaruh jangka pendek terhadap FDI. Sementara penelitian Chowdhury dan Mavrotas 2003 untuk kasus Thailand dan Malaysia dengan analisis Todar-Yamamoto dalam kurun waktu 1969-2000 menemukan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara FDI dengan GDP. Teori Harrod-Domar menerangkan ada syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Pertumbuhan itu sendiri bisa direalisasikan dengan mengikuti rumus matematis Harrod Domar melalui pemupukan tabungan nasional kapitalisasi yang terus menerus. Rumus Harrod-Domar ini oleh ahli ekonomi pembangunan dipelbagai belahan dunia manapun termasuk Indonesia dijadikan patokan untuk menetapkan tingkat efisiensi pembangunan lewat formula besaran ICOR Incremental Capital Output Ratio. ICOR Incremental Capital Output Ratio adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital investasi baru yang dibutuhkan untuk menaikkanmenambah satu unit output. Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang nominal. Pengkajian mengenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktivitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Kebutuhan dana Universitas Sumatera Utara investasi yang diperlukan untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dengan pendekatan ICOR Incremental Capital Ouput Ratio. k = sg atau g = sk g = target pertumbuhan ekonomi s = saving ratio k = ICOR Bila ICOR suatu negara sebesar 4 dan laju pertumbuhan ekonomi pada tingkat 6,5 maka diperlukan saving ratio s sebesar 26 untuk dapat memertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5. Apabila sumber dalam negeri yang dapat dihimpun sebesar 20 maka diperlukan sumber dana luar negeri sebesar 6. Dalam penelitian yang dilakukan Antoni 2007 menyatakan bahwa kenaikan hutang luar negeri Indonesia dapat disebabkan oleh tiga hal. Pertama defisit neraca berjalan disebabkan defisit neraca jasa yang terlalu besar yang tidak dibiayai dengan arus modal masuk yang berjangka panjang. Dalam hal ini diasumsikan bahawa defisit neraca berjalan dibiayai terutama dengan arus modal berjangka panjang yang tidak berbentuk hutang kemudian sisanya baru dengan pinjaman luar negeri, kedua penggunaan pinjaman luar negeri untuk menambah cadangan devisa yang dimiliki baik oleh otoritas moneter maupun bank-bank umum dan ketiga pelarian modal swasta yang mencakup seluruh kehilangan devisa dari sistem moneter. Kemudian Moh. Rizal dalam penelitiannya yang berjudul analisis pengaruh pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menyatakan bahwa 1 Ada pengaruh positif dan signifikan pinjaman luar negeri pemerintah terhadap pertumbuhan Universitas Sumatera Utara ekonomi di Indonesia, tidak terbukti kebenarannya, 2 Ada pengaruh positif dan signifikan pinjaman luar negeri swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, 3 Ada pengaruh signifikan secara simultan pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terbukti kebenarannya, dan Adanya kecenderungan penggunaan pinjaman luar negeri Pemerintah dan swasta yang meningkat, menyebabkan semakin berat beban hutang yang harus ditanggung. Hal ini akan mempengaruhi perekonomian Indonesia untuk membiayai pembangunan. Makhlani dalam tulisannya yang berjudul Pola Pembangunan Ekonomi dengan Pinjaman Luar Negeri 2007 menyatakan bahwa: i Terdapat hubungan kausalitas antara Pinjaman Luar Negeri dengan pertumbuhan ekonomi, Pinjaman Luar Negeri pemerintah, dan Pinjaman Luar Negeri swasta. ii Sifat kausalitas antara PLN dan pertumbuhan ekonomi telah membentuk pola pembangunan dengan PLN dan dapat menjadi penyebab akumulasi PLN yang besar. iiiKarakteristik PLN pemerintah dan PLN swasta tidak sama sehingga berdampak beda atas pertumbuhan ekonomi dan sifat kausalitas antara PLN pemerintah dan PLN swasta dapat membentuk kombinasi PLN yang efektif. Pinjaman luar negeri swasta yang semakin hari terus meningkat akibat kurangnya kontrol dari pemerintah patut diperhatikan agar krisis ekonomi yang terjadi pada periode 1997 tidak terulang. Dalam sebuah harian nasional Guru Besar Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia UII Yogyakarta Edy Suandi Hamid mengatakan, pemerintah perlu membuat suatu mekanisme yang bertujuan mengendalikan utang luar negeri yang ditarik sektor swasta dan pemerintah. Edy berpendapat pemerintah harus belajar darit krisis ekonomi yang terjadi 1997 silam. Ketika kontrol lalu lintas utang luar negeri sedemikian lemah, utang luar negeri yang ditarik swasta menjadi tidak bisa dikendalikan. “Bahkan kemudian menjadi separuh dari total utang luar negeri Indonesia. Fatalnya, sebagian besar macet”. Adapun mekanisme yang dimaksud Edy adalah semacam intervensi dalam bentuk peraturan perundang-undangan sebagaimana yang dilakukan pemerintah pada pemerintah daerah. Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Pemikiran