BAB IV PENYAJIAN DATA
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri atas
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-
sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir .
B. Pelaksanaan Wawancara
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, selama kurang lebih tiga bulan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang
kondisi umum Kabupaten Samosir, dan pariwisata Samosir, serta data-data lainya yang berkaitan dengan Pariwisata Samosir. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan
beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih komprehensif menyangkut permasalahan penelitian.
Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari para informan tentang Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam Meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
Retribusi Daerah Kabupaten Samosir. Sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumlah informan sebanyak 10 sepuluh orang, yang memiliki kedudukan tertentu karena
dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir. Kesepuluh orang yang menjadi informan yaitu terdiri dari, Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Informan kunci,
Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, Kepala Bidang Pengembangan Wisata, Kepala Bidang Seni Budaya, Museum dan Kepurbakalaan informan utama, para
wisatawan 3 tiga orang, dan Pengusaha wisata 3 tiga orang informan biasa. Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis yaitu tipe wawancara berstruktur, dimana
sebelum memulai wawancara terlebih dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun adalah berhubungan dengan Peranan Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya dalam Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir. Namun didalam prosesnya sendiri, penulis tidak menutup kemungkinan akan munculnya
pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.
Pemaparan hasil wawancara ini dibuat secara berurutan menurut urutan informan yang diwawancarai, yaitu dengan Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten
Samosir, Sekretaris Dinas, Kepala Bidang Pengembangan Wisata, Kepala Bidang Pemasaran Wisata, para pengusaha objek wisata dan para wisatawan lokal maupun
mancanegara.
Universitas Sumatera Utara
Hasil yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian yaitu mengenai karakteristik informan dan pandapat informan mengenai peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
dalam Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir.
a. Karakteristik Informan
Informan di
Dinas Pariwisata,
Seni dan Budaya Kabupaten Samosir: 1.
Drs. Melani Butarbutar, MM : Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Informan kunci 2.
Drs. Mahler Tamba : Sekretaris Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
informan utama 3.
Drs. Kamintar Sinaga : Kepala Bidang Pemasaran Wisata informan
utama 4.
Sebulon Simbolon, S.Sos : Kepala
Bidang Pengembangan
Wisata informan utama
Informan biasa ada 6 orang di lapangan kawasan objek wisata Kabupaten Samosir: 1.
Pengusaha objek wisata pasir putih desa parbaba Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Ibu Mangoloi Simarmata, 63 tahun.
2. Pengusaha objek wisata pemandian air panas hotspring Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir, Ibu Ria, 24 tahun 3.
Pengusaha Hotel dan objek wisata Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan Simanindo, Ibu Hotmaida Sidabutar.
4. Pengunjung wisatawan lokal di Pemandian Air panas Hotspring Kecamatan
Pangururan, Ibu Mauren Napitupulu, 34 tahun
Universitas Sumatera Utara
5. Pengunjung wisatawan manca Negara di Tuktuk Tabo cottage Kecamatan
Simanindo, Yurry, 36 tahun
b. Pendapat Informan tentang Peranan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Dalam Meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah faktor keuangan. Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya
dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan. Sehingga faktor keuangan merupakan faktor yang utama sebagai sumber
daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintahan. Kabupaten
Samosir adalah
suatu kabupaten yang memiliki potensi wisata yang
sangat menarik. Objek wisata yang masih asri dan natural dan tersebar di daerah ini, yang sangat berpeluang untuk memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah. Secara
khusus dalam periode ini pemerintah daerah Kabupaten Samosir menetapkan visi, Samosir menjadi kabupaten pariwisata 2010 yang indah, damai dan sejahtera dengan agrobisnis
berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Dalam
mencapai visi
tersebut, seluruh SKPD di Kabupaten Samosir bekerjasama melalui setiap rencana kerja masing-masing yang mendukung dalam pencapaian visi
tersebut. Secara khusus Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir dan melalui visi yang telah ditetapkan, yaitu Kabupaten Samosir menjadi daerah tujuan wisata
yang berdaya saing, berbasis alam dan budaya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melihat bagaimanakah peranan pemerintah daerah khususnya melalui Dinas
Universitas Sumatera Utara
Pariwisata, Seni dan Budaya dalam meningkatkan Retribusi Daerah Kabupaten Samosir, berdasarkan wawancara yang penulis peroleh selama penelitian.
1 Penataan dan Pengembangan Potensi Wisata Kabupaten Samosir
Untuk meningkatkan retribusi daerah, penataan dan pengembangan wisata adalah salah satu kegiatan yang perlu dilakukan. Berikut adalah beberapa usaha yang telah
dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam meningkatkan retribusi daerah. Argument pertama yang penulis peroleh adalah dari informan kunci yaitu, Kepala Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya Bapak Drs. Melani Butarbutar, MM. Pertanyaan yang diajukan adalah: kalau kita perhatikan sebenarnya Kabupaten Samosir memiliki sektor
pertanian yang lebih menonjol untuk bisa dikembangkan, tetapi kenapa saat ini kabupaten ini berfokus kepada pariwisata?
Beliau menjawab: “Kita akui bahwa Samosir memiliki potensi yang besar di sektor pertanian dalam
arti luas, akan tetapi kondisi struktur kontur tanah yang marjinal, sebagian besar lahan yang dapat dipergunakan sebagai lahan sawah berada di Sumatera,
sedangkan di pulau Samosir ini bukanlah lahan yang subur seperti yang kita duga, terdiri dari batu, pasir lempung, perolehan sumber air sangat sedikit musim hujan
air tumpah ke danau, musim kemarau tanah cepat kering. Sesungguhnya, jika dikaji lebih dalam visi Kabupaten Samosir, menjadi Kabupaten
Pariwisata 2010 yang indah, aman dan berbudaya, dengan agribisnis yang berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang lebih sejahtera, memberi arti
bahwa fokus pembangunan tetap pada agribisnis pertanian dalam arti luas, sementara pariwisata adalah sektor penghela-penggerak pembangunan ekonomi-
sosial-budaya, karena pariwisata itu multi sektor, multi fungsi dan multi stakeholders, pariwisata berkembang bila didukung oleh agribisnis, lingkungan dan
budaya; pariwisata berkaitan erat dengan berbagai sektor kehidupan, dan pariwisata merupakan “wadah kolaborasi”, bukan primus interpares atau segala-
galanya bagi pembangunan masyarakat.
berdasarkan jawaban bapak Kepala Dinas tersebut, dapat diketahui bahwa visi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya yang telah ditetapkan tersebut adalah mengacu kepada
Universitas Sumatera Utara
visi Kabupaten Samosir, yaitu dengan harapan Kabupaten Samosir akan menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang berdaya saing, dengan tetap berbasis pada potensi alam dan
budaya. Visi ini ditetapkan karena pemerintah daerah Kabupaten Samosir ini melihat bahwa Kabupaten Samosir memang memiliki kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan
standard suatu objek wisata, dengan alam yang sejuk, panorama yang indah, serta budayanya yang unik. Sehingga inilah yang akan dikelola dan dimanfaatkan, dan
masyarakatpun akan berpartisipasi untuk membangun diri menjadi masyarakat wisata yang bersapta pesona, berbasis alam dan budaya batak. Pariwisata ini adalah multisektor,
multifungsi dan multistakeholders, sehingga pariwisata ini akan lebih berkembang jika didukung oleh agrobisnis sektor pertanian yang dimiliki Samosir, jadi bukan berarti
langsung tidak memperhatikan sektor pertanian tetapi itu saling terkait dan saling mendukung.
Kemudian untuk mengetahui kebijakan program apakah yang sudah dilakukan oleh pemerintah khususnya melalui dinas ini upaya meningkatkan retribusi daerah, penulis
kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Secara umum apakah kebijakan upaya yang telah dilakukan oleh dinas ini dalam meningkatkan retribusi daerah melalui penataan
dan pengembangan wisata? Beliau menjawab:
”Secara umum pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan seperti: 1Melakukan penataan dan pengembangan destinasi wisata usaha jasa wisata,
pengembangan, pelestarian seni budaya-museum dan kepurbakalaan 2Membangun infrastruktur ring road samosir, akses ke objek wisata,
tanoponggol, dermaga kapal, menambah ferry penyeberangan, perbaikan jalan Tele-Pangururan. 3Membentuk kelompok seni budaya Sanggar Seni Budaya di
kecamatan yang telah dibantu dengan penyediaan alat musik, didorong untuk melakukan latihan dan menjadi penyedia kegiatan seni budaya.”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum pemerintah dinas ini sudah melakukan berbagai kebijakan seperti penataan dan pengembangan
destinasi wisata, pelestarian seni budaya-museum dan kepurbakalaan, membangun infrastruktur, dan membentuk kelompok seni budaya sanggar seni budaya di kecamatan.
Kebijakan serta usaha ini dilihat sudah cukup baik, dan pasti jika diimplementasikan dengan baik pasti mencapai hasil yang maksimal khususnya untuk meningkatkan retribusi
daerah Samosir. Selanjutnya untuk membandingkan jawaban dari Kepala Dinas tersebut, penulis
kembali bertanya kepada sekretaris dan para kepala bidang, tentang kebijakan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam menata dan mengembangkan wisata untuk
peningkatan retribusi daerah Kabupaten Samosir. Yang pertama penulis tanyakan adalah kepada Bapak Sekretaris Dinas, Drs. Mahler Tamba, dengan pertanyaan: Dalam melakukan
pengembangan penataan kawasan objek wisata, tentunya sarana prasarana adalah salah satu faktor yang sangat penting. Sejauh ini bagaimanakah dinas ini dalam menata dan
mengembangkan sarana prasarana wisata yang dianggap berpotensi untuk dikembangkan? Objek daerah tujuan wisata apa sajakah yang sudah dibenahi dengan sarana prasarana
tersebut? Beliau menjawab:
“ Memang benar, bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan hal yang penting dalam mendukung pengembangan objek wisata samosir ini, dan kami
sebagai lembaga pemerintah sudah memperlengkapi dan membenahi sarana prasarana wisata pada objek wisata tertentu. Tidak semua kawasan objek wisata
yang ada di Kabupaten Samosir ini bisa kami tata dan perlengkapi, karena hampir semua kawasan wisata disini adalah milik marga tanah ulayat. Kawasan objek
wisata yang sudah kami perlengkapi dan tata ada beberapa objek yaitu di Tomok, pada pintu gerbang pelabuhan pariwisata Tomok ada dibangun dermaga, objek
wisata kuburan tua makam raja sidabutar, di Museum Huta Bolon Simanindo, di Pasir Putih Parbaba Desa Huta Bolon Parbaba, di pemandian air panas
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Pangururan, di Sianjur mula-mula batu sawan, batu hobon, air 7 rasa, pantai Lagundi pondok remaja Kecamatan Onanrunggu, menara pandang
tele. Beberapa kawasan objek wisata tersebut bukanlah milik pemerintah tetapi ada penataan dan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah, seperti kamar
mandi, dermaga, lampu, ayunan, tempat duduk, dan lain lain sesuai dengan kondisi wisata masing-masing”.
Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat bahwa dari beberapa kawasan objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir, pemerintah khususnya dinas ini belum melakukan
penataan ke seluruhnya, karena objek wisata yang ada di Kabupaten Samosir adalah milik marga tanah ulayat, sehingga pemerintah hanya bisa melakukan penataan dan
pengembangan bagi masyarakat yang bisa bekerjasama dan hanya bagi kawasan wisata tertentu yang mereka pandang sebagai kawasan wisata unggulan, dan mereka
memperlengkapi fasilitas wisata sesuai dengan kondisi objek wisata masing-masing sehingga wisatawan semakin tertarik untuk berkunjung dan retribusi daerah tentunya akan
mengalami peningkatan. Selanjutnya
penulis kembali
bertanya kepada bapak Kepala Bidang Pengembangan
Wisata, Sebulon Simbolon, S.Sos, dengan pertanyaan: Apakah program kebijakan yang sudah dilakukan dinas ini dalam megembangkan dan menata potensi objek wisata Samosir
untuk meningkatkan retribusi daerah? Objek wisata apa sajakah yang sudah ditata dan dikembangkan oleh dinas ini?
Beliau menjawab: “Dalam membangun objek wisata itu sebenarnya adalah investor, kami adalah
sebagai mediator dalam melakukan penataan. Untuk mencapai visi itu dan dalam meningkatkan retribusi daerah seharusnya adalah dengan memfasilitasi, misalnya
dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti waterboom, dll. Tetapi yang masih terlaksana masih hanya dengan memfasilitasi membenahi
beberapa kawasan objek wisata, seperti air hangat, pasir putih, menara pandang tele, sukkean pohon besar, lagundi, air 7 rasa, batu sawan, batu hobon, huta bolon
Simanindo. Di Tomok Arsop sebenarnya adalah milik masyarakat tetapi sengaja
Universitas Sumatera Utara
kami tata dengan membuat style yang sama supaya ada daya tarik, kuburan Siallagan dengan membangun gapura dan pemugaran Huta Siallagan, pasir putih
Parbaba penataan, ayunan, paying-payung, jooging trek, sarana-sarana pelabuhan yang sudah dibangun seperti adanya kapal Ferry dari Nainggolan ke
Muara, Tiga ras ke Simanindo, sekarang menunggu untuk launching. Setiap objek wisata yang sudah dibangun dibenahi ini dipungut retribusi bagi setiap
pengunjung dan dikelola oleh dinas ini.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah adalah sebagai mediator dalam pengembangan wisata ini. Untuk meningkatkan retribusi daerah seharusnya
adalah dengan memfasilitasi dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti water boom, tetapi sampai sejauh ini pemerintah hanya masih sebatas membenahi
berbagai kawasan objek wisata di Samosir dan setiap pengunjung dipungut retribusi yang dikelola oleh dinas ini.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah pemerintah Dinas ini hanya mengembangkan potensi wisata yang sudah ada ataukah sudah membuat terobosan baru,
objek wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan dan untuk meningkatkan retribusi daerah, penulis bertanya kepada Bapak Kepala Bidang, dengan pertanyaan: Apakah
Pemerintah secara khusus dinas ini hanya mengembangkan objek wisata yang sudah ada milik masyarakat saja? Tidak membuat terobosan baru?
Beliau menjawab: “Sudah pernah mencoba, tetapi karena tanah yang ada di Samosir ini adalah tanah
rakyat ulayat semua, yang sangat susah diperoleh, dan kalaupun ada, harganya sangat mahal dan tidak terjangkau.”
Kemudian penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Dinas Drs. Melani Butarbutar, M.Si, menyangkut hal yang sama seperti yang di atas, dengan pertanyaan:
Apakah pada saat ini pemerintah hanya mengembangkan objek daerah tujuan wisata yang
Universitas Sumatera Utara
sudah ada, ataukah sedang membuat terobosan baru yang berpotensi untuk dikunjungi dan menjadi andalan untuk meningkatkan retribusi daerah , misalnya seperti Ancol, dll ?
Beliau menjawab: “Selain mengembangkan-menata objek wisata yang sudah ada, dilakukan juga
terobosan oleh sektor bidang lain yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata, misalnya mendorong investasi bidang sarana prasarana olahraga,
transportasi jalan, pembangunan lingkungan kebun raya, arboretum, pembangunan embung air, pembangunan Balai pertanian, Sekolah Pariwisata,
pembangunan kawasan rumah sakit, menyampaikan kesiapan Samosir sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan tingkat nasional dan internasional, menyelenggarakan
event besar untuk kegiatan wisatawan. Dan terkait dengan rencana pembangunan objek wisata hiburan seperti Ancol, dsb, sesungguhnya kita telah menjual kepada
investor, namun sering terkendala oleh penyiapan lahan lokasi dan pertimbangan aksesibilitas, namun demikian kita telah membangun pantai seperti pasir putih
Parbaba, merencanakan membangun pantai bebas di kawasan Tuktuk dan Simanindo, membangun kawasan objek wisata cagar budaya-spritual dan
perkampungan asli batak di kawasan Pusuk Buhit.
Berdasarkan jawaban informan di atas, bahwa sudah pernah mencoba untuk mengundang investor tapi karena tanah Samosir adalah tanah marga maka pemerintah
hanya melakukan penataan saja bagi objek wisata yang sudah ada yaitu milik masyarakat, melakukan terobosan dengan berbagai bidang sektor lain yang berkaitan dengan
pengembangan wisata, dan telah membangun pantai bebas seperti pasir putih Parbaba. Kemudian untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya usaha pengembangan yang
dilakukan oleh pemerintah ini benar-benar dilakukan dan dirasakan oleh masyarakat, penulis malakukan wawancara juga dengan informan biasa yaitu para pengusaha dan
pengunjung wisata baik itu wisata local ataupun dengan wisatawan mancanegara. Pertama, penulis mendapat argument dari pengusaha objek wisata pasir putih
parbaba, Ibu Mangoloi Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang sudah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan kawasan objek wisata ini?
Beliau menjawab: “Pertama, pemerintah melakukan sosialisasi dengan kami sebagai pemilik lahan ini
karena mereka melihat bahwa kawasan ini memilki area yang cukup menarik pantai yang bersih, pasirnya yang putih, dan udara yang sejuk. Sehingga
pemerintah melakukan penataan dan pengembangan dengan membangun berbagai macam fasilitas, seperti kamar mandi, ayun-ayunan dari kayu dan besi, posko,
bangunan pentas dengan ucapan selamat datang, jalan setapak, lapangan volley, lampu-lampu hias, pembatas air ada kurang lebih 50 meter, tong sampah, payung-
payung, bronjong, dermaga, hingga pantai ini bisa dinikmati para pengunjung dengan berbagai macam kegiatan yang bisa dinikmati juga. Tanah ini kami berikan
kepada pemerintah secara sukarela, karena kami beranggapan bagaimanalah supaya Samosir ini bisa berkembang.
Bari jawaban tersebut, benar bahwa pemerintah khususnya melalui dinas ini telah melakukan upaya pengembangan wisata, dan bisa dikatakan suatu terobosan baru dalam
meningkatkan perkembangan wisata Kabupaten Samosir. Dimana pemerintah melihat objek wisata ini memilki potensi yang cukup menarik untuk dikembangkan, sehingga
pemerintah melakukan upaya sosialisasi terlebih dahulu kepada pemilik lahan, kemudian pemerintah mengembangkannya dengan membenahi dan menata pantai ini dengan berbagai
fasilitas yang bisa manarik wisatawan. Selanjutnya
penulis kembali
bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan: bagaimanakah kondisi jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat ini? Dan apakah
semua yang berkunjung dikenakan retribusi? Beliau menjawab:
“Kalau mengenai kondisi jumlah wisatawan yang berkunjung, tidak bisa kami katakan selalu banyak, tetapi tiap hari pasti selalu ada, dan apalagi waktu libur
seperti liburan semester, paskah, natal, hari raya, tempat ini sangat ramai oleh pengunjung. Dan yang menjadi kendala adalah masyarakat masih kurang memilki
kesadaran akan peraturan yang ditetapkan, sehingga masyarakat kadang mau tidak
Universitas Sumatera Utara
masuk dari pintu utama tempat retribusi dipungut, tetapi dari pintu yang lain yang tidak ada petugas disana. Sehingga kadang tidak semua dikenakan retribusi.”
Berdasarkan jawaban tersebut dapat dilihat, bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung tergantung kepada waktu liburan yang dimiliki masyarakat, tetapi setiap
hari pengunjung pasti selalu ada. Tidak semua masyarakat yang memasuki kawasan wisata ini dipungut retribusi karena masyarakat yang sengaja masuk tidak dari pintu utama dimana
petugas pemungut retribusi tidak ada disana, sehingga retribusi tidak dipungut dari mereka. Selanjutnya, penulis kembali bertanya kepada pegawai Sanggam Beach Resort
Hotel di Kecamatan Simanindo, Hotma Sidabutar sebagai kasir selama 10 tahun, dengan pertanyaaan: Bagaimanakah anda melihat pariwisata Samosir hingga sampai saat ini
terutama setelah pemekaran daerah Kabupaten Samosir, yang pastinya ini sangat berhubungan dengan kemajuan perhotelan ini?
Beliau menjawab: Tentang pariwisata Samosir, menurut saya masih kurang dikembangkan, baik dari
fasilitasnya sarana prasarana pendukungnya, ataupun kesadaran masyarakat yang masih kurang, walaupun memang sudah ada kemajuan tetapi belum begitu baiklah.
Padahal Samosir cukup memiliki potensi wisata yang sangat bagus apalagi jika dikembangkan dan ditata dengan baik, dan ini juga secara tidak langsung
berdampak bagi kami pihak perhotelan, dimana pengunjung sepi. Untuk mengatasi hal ini, memang harus ada kerjasama yang baik antara pemrintah dan juga
masyarakat.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan pariwisata Samosir, hingga sampai saat ini setelah pemekaran daerah, belum begitu berkembang,
meskipun sudah ada kemajuan. Untuk bisa mencapai perkembangan wisata yang lebih maju perlu ada kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat, sehingga semakin
meningkatkan retribusi daerah dan kesejahteraan masyarakat tentunya.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian penulis kembali mengadakan wawancara dengan pengusaha wisata di Hotspring pemandian air panas Kecamatan Pangururan Ibu Ria, untuk mengetahui
bagaimana perhatian dan peran pemerintah dalam menata dan mengembangkan wisata ini, dengan pertanyaan: Apakah peran pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam
mengembangkan kawasan wisata ini? Beliau menjawab:
“Mengenai peran pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mengembangkan dan menata objek wisata ini, memang ada. Pemerintah khususnya
dinas ini memang membangun tempat pemandian dan memfasilitasinya, tetapi sekarang ini tempat itu tidak ditata, dan tidak ada yang mengolah, sehingga tempat
itu sekarang tidak dikunjungi lagi oleh wisatawan. Untuk mengembangkan kawasan wisata ini, secara umum pemerintah masih kurang memberikan perhatian yang
begitu maksimal. Memang untuk mengembangkan ini adalah koordinasi dari seluruh pemerintah kabupaten, seperti pembangunan jalan yang sudah dikerjakan
oleh Dinas PU, tetapi khusus dari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya masih kurang.”
Berdasarkan penjelasan informan tersebut, dapat kita lihat bahwa secara langsung beliau mengatakan bahwa peranan pemerintah dalam mengembangkan kawasan pariwisata
ini masih kurang maksimal, karena meskipun pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya sudah membangun tempat pemandian, tetapi karena tidak ada penataan yang
berkelanjutan dari pemerintah ini, maka tempat itu sekarang tidak dikunjungi wisatawan lagi, dan tentunya hal ini sangat tidak mendukung dalam peningkatan retribusi daerah.
2 Pemasaran Wisata Kabupaten Samosir
Kegiatan pemasaran
promosi merupakan kunci dalam menunjang keberhasilan
kegiatan wisata, yang akan mendorong wisatawan berkunjung ke daerah wisata, kemudian akan meningkat ke pendapatan daerah retribusi daerah. Untuk mengetahui bagaimanakah
Universitas Sumatera Utara
pemerintah dinas ini dalam melakukan promosi pemasaran wisata Samosir ini, maka penulis kembali bertanya kepada Kepala Bidang Pemasaran Wisata, dengan pertanyaan:
Tentunya pemasaran adalah merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung peningkatan pendapatan daerah retribusi daerah. Bentuk langkah-langkah seperti apakah
yang sudah dikerjakan? Baik promosi dalam tingkat lokal maupun internasional? Beliau menjawab:
“Bentuk langkah-langkah promosi yang telah dilakukan yaitu dengan mengikuti event-event pariwisata, seperti pameran potensi wisata, pameran produk unggulan,
pameran seni budaya. Dalam provinsi mengikuti PRSU Pekan Raya Sumatera Utara, Pesta Danau Toba, di luar Provinsi Jakarta seperti Gebyar Wisata
Nusantara, Nusa Dua Bali Fiesta. Sarana yang dilakukan seperti booklet, baliho, pameran, leaflet. Promosi yang dilakukan ini masih belumlah sampai tingkat
internasional, karena keterbatasan dana. Promosi yang dilakukan ini juga belum ada melalui website secara langsung oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya,
karena belum ada anggaran dan juga dengan alasan adanya website satu pintu oleh kabupaten”.
Selanjutnya untuk mengetahui bagaimanakah dampak dari promosi ini terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisata, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan
pertanyaan: Tentunya dengan adanya promosi ini, akan semakin meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Apakah terjadi peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan yang signifikan? Bagaimanakah pengaruhnya terhadap pendapatan keuangan daerah khususnya ke retribusi daerah Kabupaten Samosir?
Beliau menjawab: “Ia, dengan adanya promosi ini, tentunya jumlah wisatawan juga semakin
meningkat, terbukti dengan data yang ada. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan pasti didukung juga dengan peningkatan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Semakin banyak orang yang datang ke satu objek swisata, maka semakin banyak barang yang terjual, took souvenir angkutan. PAD juga secara
otomatis akan meningkat”.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa, dengan adanya promosi ini jumlah wisatawan yang berkunjung juga semakin meningkat. Begitu juga dengan tingkat
kesejahteraan masyarakat semakin meningkat, dan secara otomatis juga berpengaruh ke peningkatan PAD Kabupaten Samosir.
Kemudian penulis kembali bertanya kepada beliau, dengan pertanyaan: Apakah yang menjadi kendala dalam kegiatan pemasaran ini?
Beliau menjawab: “Yang menjadi kendala adalah keterbatasan anggaran, dan juga kawasan objek
wisata di Samosir ini adalah usaha masyarakat sendiri sehingga menjadi masalah dalam pembebasan lahan oleh karena tanah adat ulayat yang sulit untuk
diperjualbelikan sehingga investor sulit untuk berinvestasi”.
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat kita ketahui bahwa ternyata yang menjadi kendala dalam pemasaran ini adalah keterbatasan anggaran dari pemerintah, dan juga
karena pada umumnya kawasan objek wisata di Samosir ini adalah milik masyarakat sendiri, sehingga menjadi masalah juga dalam mengundang investor untuk
mengembangkan wisata Samosir, dan kalaupun tanah itu ada, harganya sangat mahal.
3 Pembinaan dan Sadar Wisata
Sumber Daya Manusia adalah salah satu hal yang mendukung dalam meningkatkan retribusi daerah ini. Sehingga dibutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan
pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis yang professional. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah khususnya Dinas ini, penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pengembangan Wisata, Sebulon Simbolon, S.Sos, dengan pertanyaan: Peningkatan
Universitas Sumatera Utara
retribusi daerah akan lebih maksimal jika didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas di dalamnya. Secara umum apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini
dalam membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis wisata dan juga pemandu wisata?
Beliau menjawab: “Ia, untuk mendukung dan mencapai hal itu, kami telah melakukan sosialisasi
sadar wisata di beberapa kecamatan, dan karena keterbatasan anggaran kami hanya mengundang beberapa masyarakat sebagai pemilik pelaku-pelaku usaha
wisata, seperti restoran, hotel, pantai pijit, dll. Intinya adalah untuk membekali pengetahuan mereka akan sapta pesona yang perlu diterapkan. Memberikan
kesadaran kepada masyarakat agar doktrin pemahaman yang ada di benak mereka tentang cangkul pertanian, supaya berubah ke pariwisata. Menjelaskan tentang
pariwisata, bagaimana orang-orang yang datang itu bisa merasa aman dari gangguan kriminal, lingkungan yang tenang, juga dibidang makanan, tertib tertib
berlalu lintas disiplin, bersih, orangnya rumahnya lingkungannya pekarangannya, indah penataan lingkungan bunga yang tertata.
Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui, bahwa dalam upaya peningkatan retribusi daerah ini, pemerintah telah melakukan sosialisasi sadar wisata
kepada masyarakat, pengusaha wisata, sehingga seluruh aspek masyarakat juga mendukung tercapainya visi ini dan peningkatan pendapatan daerah. Tetapi tidak semua masyarakat
yang bisa mengikuti kegiatan ini, karena keterbatasan anggaran oleh pemerintah. Kemudian penulis kembali bertanya kepada informan kunci, Bapak Kepala Dinas
Pariwisata, Seni dan Budaya, untuk mengetahui bagaimanakah dinas ini mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat Samosir dengan pertanyaan: Apakah bentuk-
bentuk pembinaan dan pelatihan yang telah dilakukan oleh dinas ini untuk mengembangkan kemampuan Sumber Daya masyarakat Samosir dalam mengelola wisata sehingga akan
berpengaruh kepada peningkatan retribusi daerah? Beliau menjawab:
Universitas Sumatera Utara
“Secara umum pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan terkait hal itu, yaitu dengan melakukan kampanye sadar wisata dan terbentuknya 9 sembilan
kelompok sadar wisata sadar lingkungan di kawasan objek wisata. Membangun kerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama untuk melakukan sosialisasi
tentang peran pariwisata berbasis agama dan budaya Batak Toba.
Berdasarkan jawaban
tersebut, dapat
dilihat bahwa pemerintah juga telah melakukan sosialisasi dan membentuk kelompok sadar wisata sadar lingkungan untuk
memberikan pengetahuan dan bimbingan bagaimana supaya masyarakat bisa menata dan mengembangkan wisata sehingga wisatawan semakin tertarik dan retribusi daerah juga
akan semakin bertambah. Kemudian, untuk mengetahui apakah pernyataan dari para aparat pemerintah itu
benar-benar dinikmati dan telah dirasakan oleh masyarakat, penulis bertanya kepada pengusaha wisata pantai pasir putih Parbaba Kecamatan Pangururan Ibu Mangoloi
Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah yang dilakukan oleh pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya upaya pengembangan wawasan dan kretifitas anda sebagai pengusaha
untuk menata wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung? Beliau menjawab:
“Setelah pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengembangkan kawasan ini, mereka juga melakukan sosialisasi kepada kami, bagaimana supaya kami
semakin kreatif dalam menata dan mengelolanya, bagaimana kami menjaga kebersihan pasir dan pantai, bagaimana cara-cara kami menyambut tamu dengan
ramah dan sopan. Kami sebagai pengusaha disini memang merasakan peran dan bantuan pemerintah.
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat dilihat, bahwa kebijakan yang telah ditetapkan oleh Dinas ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya memang benar dirasakan oleh
pengusaha, seperti pengusaha pantai pasir putih ini, dan mereka menganggap peran dan bantuan pemerintah itu cukup baik.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya untuk lebih mengetahui implementasi dari kebijakan sadar wisata seperti yang telah ditetapkan oleh dinas ini, penulis kembali bertanya kepada pengusaha
lain pemandian air panas hotspring Pangururan yaitu Ibu Ria dengan pertanyaan: untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan dan kreatifitas serta kemampuan anda
sebagai pengusaha wisata ini dalam menata dan menarik minat wisatawan berkunjung, peran seperti apakah yang sudah pernah dilakukan oleh pemerintah Dinas Pariwisata, Seni
dan Budaya? Beliau menjawab:
”Mengenai peran pemerintah khususnya untuk sosialisasi dan pelatihan pembinaan kepada kami belum ada kami ikuti. Kami melihat khususnya di kawasan
ini masih sebatas pembangunan tempat pemandian air panas, dan itu pun sekarang tidak bisa dinikmati wisatawan lagi karena sudah tidak dirawat dan ditata lagi.”
Berdasarkan jawaban dari informan tersebut dapat diketahui bahwa sosialisasi dan sadar wisata seperti yang telah dikatakan oleh kepala dinas dan kepala pengembangan
wisata seperti di atas, belum dirasakan oleh pengusaha wisata ini, tetapi masih sebatas pembangunan pemandian air panas, dan itu pun tidak berfungsi lagi. Benar seperti yang
dikatakan sebelumnya oleh bapak kepala pengembangan wisata, bahwa mereka hanya mengundang dan mengadakan sosialisasi sadar wisata kepada sebagian masyarakat, karena
keterbatasan anggaran. Selanjutnya terkait dengan pembinaan ini penulis kembali bertanya kepada pegawai
Sanggam Beach Resort Hotel Kecamatan Simanindo, Ibu Hotma Sidabutar, dengan pertanyaan: bagaimanakan peran pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
dalam melakukan pembinaan seperti sosialisasi kepada anda untuk menarik minat wisatawan berkunjung dan menginap ke tempat ini?
Universitas Sumatera Utara
Beliau menjawab: “Untuk pembinaan, pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya mengundang
kami sekali dalam setahun untuk mengikuti rapat seminar dalam PHRI, yang membagikan tentang bagaimana mengelola dan menata hotel, dan bagaimana
menyambut para tamu dengan ramah dan sopan, dan kami merasa itu cukup baik.”
Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah telah melakukan kegiatan seminar untuk pembinaan dan pelatihan bagi para pemilik hotel,
sehingga para wisatawan akhirnya bisa merasa nyaman dan betah tinggal dan menikmati wisata Samosir.
4 Pemungutan Retribusi
Retribusi daerah adalah sebagai salah satu sumber PAD dalam rangka pembiayaan dan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan
memeratakan kesejahteraan masyarakat. Subjek retribusi daerah adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan dan menikmati pelayanan jasa tertentu yang bersangkutan. Jasa
retribusi tertentu dikelompokkan ke dalam 3 tiga golongan, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir berdasarkan Peraturan Daerah No 7 Tahun 2008 tentang Penetapan Retribusi, adalah mengelola retribusi tempat
rekreasi dan hiburan. Dimana setiap pengunjung objek wisata yang ditata dan dikembangkan oleh pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dikenakan retribusi.
System cara pemungutan retribusi yang baik dan benar yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah hal yang sangat mendukung dalam peningkatan
retribusi daerah ini. Untuk mengetahui bagaimanakah pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pemungutan retribusi memasuki tempat rekreasi dan hiburan
Universitas Sumatera Utara
ini, penulis bertanya kepada informan yang telah ditetapkan. Pertanyaan yang penulis ajukan adalah kepada Bapak Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya: Bagaimanakah
pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dalam melakukan pemungutan retribusi memasuki tempat rekreasi sebagai salah satu sumber keuangan daerah sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan? Beliau menjawab:
“Dalam menggali sumber keuangan daerah PAD sudah tentu harus sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku. Sejak terbentuknya Kabupaten Samosir, maka
dasar pemungutan PAD sector kepariwisataan masih menggunakan Perda Kabupaten induk Kabupaten Toba Samosir, kemudian pada tahun 2008
ditetapkan Perda Kabupaten Samosir. Perda yang terkait dengan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya adalah Perda No. 6 Tahun 2008 tentang Retribusi Usaha, jasa
pariwisata dan Perda No.7 tahun 2008 tentang Retribusi Memasuki Objek Wisata, sementara yang berkaitan dengan pajak bukan wewenang Dinas Teknis.
Mengingat di Samosir sudah dibentuk Badan Perizinan Terpadu, maka retribusi usaha-jasa pariwisata yang terkait dengan penerbitan ijin bukan ditangani Dinas
Pariwisata, dalam hal ini dinas ini hanya berupaya untuk memotivasi usaha pariwisata untuk mengurus ijin dan memberikan rekomendasi.
Khusus untuk system pemungutan retribusi ini kami menugaskan pegawai di beberapa kawasan objek wisata yang dikolola oleh pemerintah Dinas ini dengan
catatan objek tersebut bukan milik Pemkab, tetapi milik marga kelompok masyarakat, dengan asumsi tariff karcis masuk sebesar Rp 2.000 sd Rp 5.000
orang objek.
Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya hanyalah mengelola retribusi memasuki kawasan objek wisata
berdasarkan Perda No.7 tahun 2008 dengan system pemungutan yang ditugasi pegawai sebagai pemungut retribusi di posko objek wisata yang telah ditetapkan, dengan tariff
karcis masuk sebesar Rp 2.000 sd Rp 5.000 orang objek. Objek wisata yang dijadikan tempat pemungutan retribusi adalah hanya beberapa objek wisata, dan itu bukanlah milik
Pemerintah Kabupaten tetapi adalah milik masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya untuk mengetahui objek wisata apa sajakah yang dikenakan retribusi oleh dinas ini penulis kembali bertanya kepada Bapak Kepala Pengembangan Wisata
Sebulon Simbolon, S.Sos, dengan pertanyaan: Objek wisata apa sajakah yang dikenakan retribusi bagi setiap pengunjung wisata?
Beliau menjawab: “ Dalam meningkatkan retribusi daerah seharusnya dilakukan dengan
memfasilitasi objek wisata, misalnya dengan membuat berbagai macam kegiatan yang menarik seperti waterboom, dll. Tetapi yang masih terlaksana masih hanya
dengan membenahi beberapa kawasan objek wisata, seperti air hangat, pasir putih, menara pandang tele, sukkean pohon besar, pantai lagundi, air 7 tujuh rasa, batu
sawan, batu hobon, huta bolon Simanindo. Di Tomok Arsop sebenarnya milik masyarakat tetapi sengaja dibuat style yang sama supaya ada daya tarik, kuburan
Siallagan dengan membangun gapura dan pemugaran huta Siallagan, pantai pasir putih Parbaba penataan, ayunan, payung-payung, jooging trek, sarana-
sarana pelabuhan yang sudah dibangun sepertiadanya kapal Ferry dari Nainggolan ke Muara, Tiga ras ke Simanindo, sekarang menunggu untuk
launching. Setiap objek wisata yang sudah dibangun dibenahi ini dipungut retribusi bagi setiap pengunjung dan dikelola oleh dinas ini.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa pemerintah adalah sebagai mediator dalam pengembangan wisata ini. Dalam meningkatkan retribusi daerah
seharusnya dengan memfasilitasi dan membuat objek wisata yang baru, seperti waterboom, dll, tetapi sampai sejauh ini pemerintah masih sebatas membenahi berbagai kawasan objek
wisata seperti di atas, dan dipungut retribusi. Selanjutnya
untuk mengetahui bagaimanakah pemerintah Dinas Pariwisata, Seni
dan Budaya dalam melakukan pemungutan retribusi ini serta kendalanya, penulis kembali bertanya kepada Bapak Sekretaris Dinas, Drs. Mahler Tamba, dengan bertanya:
Bagaimanakah system pemungutan retribusi ini dilakukan dan apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya?
Beliau menjawab:
Universitas Sumatera Utara
“Dalam pemungutan retribusi ini kita menugaskan pegawai dari dinas ini dan bekerjasama dengan masyarakat pemilik usaha wisata, disetiap kawasan objek
wisata yang dikelola dan ditata oleh Dinas ini untuk mengutip dari setiap wisatawan yang berkunjung, dan itu memakai tariff karcis. Kendala permasalahan
dalam pengutipan retribusi ini adalah kesdaran masyarakat yang kurang, masyarakat kadang mau masuk bukan dari pintu utama, dan mereka masuk dengan
sembunyi-sembunyi. Kemudian masyarakat yang masuk juga terkadang tidak mau membayar. Pemungutan dari para petinggi TNI dan sesamanya juga susah
dilakukan. Kurangnya pegawai yang bertugas di lapangan juga merupakan salah satu kendala.”
Berdasarkan jawaban informan tersebut, dapat diketahui bahwa system pemungutan retribusi ini dilakukan dengan menugaskan pegawai dari dinas ini dan bekerjasama dengan
masyarakat pengusaha wisata. Tetapi kekurangan pegawai juga salah satu Kendala dalam pemungutan retribusi ini, serta kurangnya kesadaran masyarakat.
Selanjutnya untuk lebih mengetahui sistem pemungutan retribusi ini, penulis bertanya kepada pemilik kawasan wisata Pantai Pasir Putih Parbaba Ibu Mangoloi
Simarmata, dengan pertanyaan: Apakah setiap pengunjung ke daerah wisata ini dikenakan retribusi? Bagaimana dengan cara pengutipannya?
Beliau menjawab: “Terkait dengan itu, pemerintah Dinas Pariwisata Seni dan Budaya melakukan
pemungutan retribusi bagi setiap pengunjung wisata, sebesar Rp 1.000 orang, yang dilakukan oleh pegawai dari Dinas ini dan kadang bekerjasama dengan kami,
yang disertai dengan adanya karcis dari dinas ini. Tetapi terkadang pengutipan ini tidak berjalan lancar bagi setiap pengunjung wisata, karena kesadaran masyarakat
yang kurang dan pegawai yang kurang.
Berdasarkan jawaban dari informan tersebut, dapat diketahui bahwa di tempat wisata ini dilakukan pengutipan retribusi sebesar Rp 1.000 orang bagi pengunjung, tetapi
terkadang pengutipan ini tidak berjalan dengan lancar karena kesadaran masyarakat yang kurang dan pegawai yang kurang juga.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya terkait dengan pemungutan retribusi ini, penulis juga bertanya kepada pengusaha wisata pemandian air panas hotspring di Pangururan, Ibu Ria, dengan
pertanyaan: Apakah setiap pengunjung yang masuk ke daerah ini dikenakan retribusi oleh pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya?
Beliau menjawab: “Untuk pengutipan retribusi memang dilakukan oleh Dinas ini kepada pengunjung
wisata ini sebesar Rp 1000 orang, dengan menugaskan pegawai di kawasan ini. Tetapi sering terkendala karena pegawai yang bertugas hanya satu orang, kadang
tidak ada pengutipan karena petugasnya kadang tidak selalu ada.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa sama seperti yang di Pantai Pasir Putih dilakukan pengutipan rtribusi bagi setiap pengunjung, tetapi sering juga tidak berjalan
lancar karena pegawai yang bertugas kurang. Kemudian untuk mengetahui apakah sektor ini bisa dikatakan sebagai sektor
andalan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Samosir melalui pengutipan retribusi memasuki objek wisata tersebut, penulis kembali bertanya kepada bapak Kepala Dinas,
dengan pertanyaan: Apakah melalui pengutipan retribusi memasuki wisata ini, sektor ini merupakan salah satu sektor andalan dalam menambah pemasukan kas daerah PAD?
Karena seperti yang kita ketahui bahwa pariwisata adalah penyumbang terbesar ketiga terhadap pendapatan nasional setelah pajak dan migas.
Beliau menjawab: “Saya kira secara Nasional itu benar, namun untuk Samosir saat ini belum menjadi
andalan, sebab di usia 5 tahun kita masih berfokus kepada pengembangan- pembenahan infrastruktur sarana prasarana, fasilitas kepariwisataan dan
pembinaan, masyarakat sadar wisata, yang akan menjadi “penarik” minat wisatawan untuk berkunjung. Namun demikian harapan kita kedepan akan menjadi
andalan, karena usaha jasa sector pariwisata sudah berkembang”.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui ternyata bahwa potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Samosir belumlah dapat dikatakan sebagai salah satu sektor andalan
dalam meningkatkan PAD Kabupaten Samosir melalui pngutipan retribusi memasuki wisata ini. Hal ini dikarenakan usia Kabupaten Samosir selama 5 tahun ini masih berfokus
kepada pengembangan-pembenahan infrastruktur sarana prasarana, pembinaan, dan masyarakat sadar wisata, yang menjadi penarik bagi wisatawan yang berkunjung. Tapi
harapan ke depan bahwa sektor pariwisata ini akan menjadi andalan. Kemudian penulis kembali bertanya kepada Kepala Bidang Pengembangan Wisata
Bapak Drs. Sebulon Simbolon, S.Sos, terkait dengan peningkatan pendapatan daerah melalui retribusi ini, dengan pertanyaan: Menurut bapak, sejauh ini apakah melalui
pengembangan objek wisata ini, dan melalui pemungutan retribusi memasuki wisata ini, sektor ini sudah memberikan peningkatan terhadap retribusi daerah Kabupaten Samosir ini?
Apakah pariwisata ini merupakan sektor utama didalamnya? Beliau menjawab:
“Sebagai pemasukan dalam Retribusi daerah memang ada, tetapi sejauh ini masih minimal, belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan, karena objek wisata
samosir masih milik rakyat. Sementara ini, sektor pariwisata ini belum bisa dikatakan andalan, tetapi yang diharapkan adalah akan menjadi andalan sektor
utama dalam meningkatkan Retribusi Daerah dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir.”
Berdsarkan jawaban tersebut dapat dilihat, bahwa sektor pariwisata tersebut belumlah dapat dikatakan menjadi andalan dalam meningkatkan Retribusi Daerah
Kabupaten Samosir, dan retribusi yang diperoleh Dinas ini melalui retribusi memasuki kawasan objek wisata belumlah sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini juga
dikarenakan oleh kawasan wisata yang ada di Samosir ini masih milik masyarakat. Tetapi pemerintah berharap bahwa seKtor pariwisata ini akan menjadi andalan.
Universitas Sumatera Utara
5 Kerjasama dengan berbagai pihak
Dalam meningkatkan retribusi daerah ini, kerjasama dengan pihak lain adalah salah satu hal yang penting diperhatikan, baik itu dalam pengembangan dan penataan wisatanya,
promosinya, pembinaan sadar wisata, dan juga dalam pemungutan retribusi. Untuk mengetahui hal ini, penulis bertanya kepada Bapak Kepala Dinas, Drs Melani Butar butar,
MM, dengan pertanyaan: dalam meningkatkan retribusi ini, apakah bentuk-bentuk kerjasama yang telah dilakukan oleh dinas ini?
Beliau menjawab: “Kepariwisataan adalah multisektor, multi fungsi dan multi stakeholder. Untuk itu
bentuk kerjasama yang dilakukan adalah membangun jarring kerjasama dan sinergitas dengan SKPD Satuan Kerja Kerja Daerah yang lain, tokoh adat
budaya, tokoh masyarakat, pelaku pariwisata, upaya penataan dan pengembangan wisata, pembenahan infrastruktur, maupun sadar wisata sehingga retribusi daerah
juga bisa meningkat.”
Berdasarkan jawaban tersebut, dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan retribusi ini pemerintah dinas ini melakukan kerjasama sinergi dengan berbagai pihak, seperti
dengan SKPD lain, tokoh adat budaya, tokoh masyarakat, palaku pariwisata. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk kerjasama apa yang telah dilakukan oleh
dinas ini dalam promosi, penulis juga bertanya kepada Bapak Kepala Bidang Pemasaran Wisata, dengan pertanyaan: Dalam promosi pemasaran ini, bentuk kerjasama seperti
apakah yang sudah dilakukan oleh dinas ini? Apakah ada kerjasama dengan investor? Beliau menjawab:
”Kerjasama yang dilakukan yaitu dengan mitra pariwisata seperti, PHRI Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia dari mulai pusat BPP Badan Pengurus
Pusat, BPD Badan Pengurus Daerah Provinsi, BPC Badan Pengurus Cabang Kabupaten. Bentuk kerjasama dilakukan dengan mengajak mereka langsung untuk
ikut dalam acara event-event tertentu, misalnya dengan mereka yang sebagai seller”. Sementara untuk kerjasama dengan investor, kita sudah melakukan
promosi kepada mereka dan memberikan penawaran kawasan wisata, tetapi karena
Universitas Sumatera Utara
tanah yang ada di Samosir ini adalah tanah ulayat, maka sangat susah untuk diajak bekerjasama, dan kalaupun ada, harganya sangat mahal.
Berdasarkan jawaban informan tersebut dapat diketahui bahwa kerjasama di bidang promosi juga telah dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai bentuk-bentuk promosi
serta kegiatan-kegiatan promosi wisata. Tetapi yang jadi masalahnya adalah anggaran yang kurang dari pemerintah sehingga promosi ini masih hanya sebatas tingkat promosi lokal,
belum internasional. Begitu juga kerjasama dengan investor yang tidak ada, sehingga susah untuk mengembangkan wisata di daerah ini. Padahal hal ini sangat dipandang bagus jika
dilakukan, karena akan menarik minat para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Samosir dan akan semakin menambah retribusi daerah.
Selanjutnya, penulis kembali mengadakan wawancara kepada pengunjung objek wisata, ada dua informan, yaitu dari wisatawan lokal Ibu Mauren Napitupulu, dan
mancanegara Yurry. Penulis mengajukan pertanyaan yang sama untuk mengetahui bagaimanakah tanggapan mereka dengan kawasan wisata Samosir, dengan pertanyaan:
Bagaimanakah Pulau Samosir ini menurut anda sebagai salah satu tujuan wisata? Dan bagaimanakah anda melihat pengembangan pariwisata ini, dan hal-hal apa sajakah yang
masih perlu dibenahi untuk bisa semakin meningkatkan retribusi daerah Samosir? Jawaban kedua informan itu adalah:
“Pulau Samosir ini sangat indah, dan belum pernah menemukan yang seperti ini, setelah tiba di tempat ini, beban pikiran hilang, tenteram, damai. Tetapi sebagai
suatu daerah tujuan wisata, masih perlu dibenahi, seperti fasilitasnya, kebersihannya, lingkungan yang ramah, dan objek wisatanya ditambah. Dan
tentunya ini juga tidak lepas dari perhatian pemerintah, jadi peran pemerintah juga salah satu hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan wisata
Samosir ini, sehingga walaupun Samosir masih baru dimekarkan, akan cepat mengalami kemajuan begitu juga dengan peningkatan retribusi daerah.”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan jawaban kedua informan tersebut, dapat dilihat bahwa Pulau Samosir memang sangat indah sebagai suatu objek wisata, tetapi masih perlu dibenahi dengan
fasilitas, kebersihan, lingkungan yang ramah, dan objek wisatanya ditambah, sehingga Samosir cepat mengalami perkembangan begitu juga dengan peningkatan retribusi akan
meningkat.
C. Sumber Daya Alam Sektor Industri Pariwisata Kabupaten Samosir