1. Faktor Intern
a. Keinginan untuk dapat hidup. Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang
hidup di muka bumi. Untuk mempertahankan hidup orang mau melakukan apa saja.
b. Keinginan untuk dapat memiliki. Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk
mau melakukan pekerjaan. c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan.
Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati orang lain.
d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan. Keinginan untuk memperoleh pengakuan meliputi hal-hal adanya
penghargaan terhadap prestasi, adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak dan pimpinan yang adil dan bijaksana.
2. Faktor Extern.
a. Kondisi lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas
dari kebisingan dan gangguan akan memotivasi tersendiri bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
b. Kompensasi yang memadai. Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi
perusahaan untuk mendorong para pekerja bekerja dengan baik. c. Adanya jaminan pekerjaan.
Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada dirinya kalau yang bersangkutan merasa akan bekerja sampai tua cukup dalam
satu perusahaan saja. d. Peraturan yang fleksibel.
Bagi perusahaan besar biasanya sudah ditetapkan sistem dan prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja. Peraturan yang bersifat melindungi
dapat memberikan motivasi para pekerja untuk bekerja lebih baik.
c. Status Gizi
Menurut Almatsier 2002 status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi baik
dan tidak baik. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan kemampuan kerja dan kesehatan pada tingkat setinggi mungkin. Sedangkan status gizi tidak baik adalah bila status gizi kurang atau
status gizi lebih.
d. Status Kesehatan
Status Kesehatan adalah status kesehatan lansia saat ini dan riwayat penyakit masa lalu. Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan
Universitas Sumatera Utara
produksi tenaga kerja selaku sumber daya manusia, kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih produktivitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang
menuntut produktivitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan primer Suma’mur, 2009.
e. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung meliputi faktor fisik, sosial, psikologi dan lingkungan. Untuk bekerja produktif
pekerjaan harus dilakukan dengan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka terjadi gangguan pada kesehatan
dan daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja Suma’mur, 2009.
Menurut Sutrisno 2009, lingkungan kerja yang baik dan bersih, mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan akan memotivasi bagi
pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Namun lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan
produktivitas.
f. Sarana
Sarana adalah ketersediaan fasilitas kerja sesuai dengan kebutuhan. Sarana dapat membantu dalam produktivitas kerja Ravianto, 1991.
Menurut Siagian 2003, salah satu faktor yang menunjang tercapainya produktivitas yang tinggi adalah tersedianya sarana dan prasarana yang disediakan
perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Lansia 2.2.1 Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No.13 tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Maryam, 2008.
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia. 1.
Pralansia prasenilis Seseorang yang berusia antara 45 – 59 tahun
2. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih 3.
Lansia risiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan. 4.
Lansia Potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang jasa. 5.
Lansia tidak Potensial Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia tergantung pada karekter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya Nugroho, 2000.
Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri, dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut. 4.
Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja. 5.
Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri minder, menyesal, pasif,
dan acuh tak acuh.
Universitas Sumatera Utara
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen kebergantungan, tipe defensif bertahan, tipe militan dan serius.
Dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari indeks kemandirian kuat, para lansia dapat
digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak
langsung, lansia dengan bantuan sosial.
2.2.3. Karakteristik Lansia
Menurut Maryam 2008 yang mengutip pendapat Budi Anna Keliat lansia memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berusia lebih dari 60 tahun sesuai dengan pasal 1 ayat 2 UU No. 13 tentang
Kesehatan 2.
Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit dari kebutuhan psikososial sampai spiritual serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladaptif. 3.
Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.2.4. Angkatan Kerja
Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Namun tidak semua penduduk mampu melakukannya
karena hanya penduduk yang berusia kerjalah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja.
Universitas Sumatera Utara
Menurut BPS 2010, usia kerja di Indonesia adalah 15 tahun keatas dan dibagi 2 kelompok yaitu :
1. Angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan
mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab, misalnya pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang
mencari pekerjaan. 2.
Bukan angkatan kerja, adalah mereka yang berumur 15 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya
Kegiatan yang tidak aktif secara ekonomis.
2.3 Proses Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan
Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan dibagi dalam tiga bagian terdiri dari steverdoring pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke
dermaga kesebaliknya, corgodoring pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan sebaliknya, receivieingdelivery pekerjaan mengambil barang dari
gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya. Kesiapan sumber daya operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan
dalam 24 jam. Dalam melakukan pekerjaan bongkar muat, para pekerja dikontrak untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam batasan waktu tertentu, sehingga pekerjaan harus dilakukan selama 24 jam sehari. Sebagian besar pekerjaan dilakukan di alam terbuka.
Pekerjaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan merupakan pekerjaan yang
Universitas Sumatera Utara
mengandalkan fisik pekerja dan alat mekanik. Tenaga kerja mengangkat barang dari palka kapal ke jala-jala barang, kemudian jala-jala barang diangkut dengan kren ke
truk. Setelah di truk tenaga kerja mengeluarkan barang dari jala-jala barang dan menyusunnya di truk. Pada setiap pelaksanaan bongkar muat barang dengan kapasitas
kira-kira 3000 ton. Pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dikerjakan dengan satu tim yang terdiri dari 12 orang. Proses angkat dan angkut barang 1 jam
sebanyak 25 ton untuk satu tim yang berarti bahwa setiap pekerja menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2,1 ton perjam. TKBM membutuhkan waktu kira-kira 4 hari
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal tersebut disesuaikan dengan kesepakatan antara pihak koperasi dengan perusahaan bongkar muat sebagai pengguna jasa.
Intensitas kapal yang berlabuh untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang dalam satu hari kira-kira 4 kapal. Maka dapat dipastikan pekerjaan bongkar muat dilakukan
setiap hari. Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor
yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar
Muat. Ketentuan tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan bongkar muat, antara lain :
1. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1954.
2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1969.
3. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Laut.
Universitas Sumatera Utara
4. INPRES No. 4 tahun 1985 tentang kebijakan pelaksanaan kelancaran arus
barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 88AL 305Phb.85 dan KM No.13, 1989
5. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 Gunawan, 2010.
2.4 Landasan Teori
Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan
keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai. Produktivitas sangat peka terhadap daya saing, tingkat inflasi, dan standard kehidupan masyarakat, ada
kecenderungan produktivitas akan menjadi pusat perhatian oleh banyak kalangan. Menurut Sutrisno 2010, mengutip pendapat Singodimejo bahawa ada tiga
aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi yaitu : a aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, b aspek efisiensi tenaga kerja dan
c aspek kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif
sederhana. Dalam kaitannya dengan tenaga kerja, maka produktivitas tenaga kerja
merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu. Faktor manusia telah menjadi fokus penghargaan dunia sejak abad
ke-18 yang populer dengan penerapan ilmu perilaku manusia. Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
produktivitas tidak dilihat sebagai konsep produksi dan ekonomi saja, yang melupakan kepentingan tenaga kerja dan lingkungan Ravianto, 1991.
Menurut Apander dalam Ilyas 1999 produktivitas dipengaruhi oleh : 1.
Faktor Lingkungan : ekonomi, sosial budaya, legalitas dan politik 2.
Faktor Tenaga Kerja : Motivasi, tujuan, kemampuan moral, persetujuan organisasi
3. Faktor Organisasi : Stuktur organisasi, teknologi dan iklim kerja
4. Aktivitas Manajerial : Komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan,
motivasi yang diberikan, penyusun tujuan, penentuan dan penggunaan sumber daya.
Menurut Sutrisno 2010 yang memengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulkan menjadi dua golongan yaitu :
1. Faktor yang ada pada diri sendiri : yaitu umur, temperamen, keadaan fisik
individu, kelelahan dan motivasi.
2. Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan,
waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga.
Menurut Simanjuntak 2009 yang mengutip pendapat Sagir faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a. Latar belakang pendidikan dan latihan
b. Alat produksi yang digunakan dan teknologi dalam proses produksi
Universitas Sumatera Utara
c. Value system, nilai-nilai atau pranata sosial masyarakat atau juga dalam
lingkungan hidup tenaga kerja modern atau tradisional, statis atau dinamis, kuat tidaknya ikatan kekeluargaan, mobilitas tenaga kerja, motivasi dan lain-lain.
d. Lingkungan pekerjaan atau iklim kerja
e. Kesehatan, nilai gizi, makanan, sanitasi, tersedianya air bersih.
2.5 Kerangka Konsep
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah, maka peneliti menggambarkan kerangka konsep seperti berikut ini :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor Internal : • Masa kerja
• Motivasi • Status Gizi
• Status Kesehatan Produktivitas Lansia
Faktor Eksternal : • Lingkungan Kerja
• Sarana
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan menggunakan Cross Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan sesaat dalam menguji variabel
independen terhadap variabel dependen pada waktu yang bersamaan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi
Penelitian dilaksanakan di Sektor II PT. Pelindo I Belawan Medan. Lokasi aktivitas pekerja adalah palka kapal, geladak kapal, dan dermaga.
3.2.2 Waktu
Penelitian direncanakan berlangsung dari bulan April sampai September 2011, dengan kegiatan melakukan penelusuran pustaka, survei data awal,
mempersiapkan proposal penelitian, pelaksanaan seminar proposal, pelaksanaan penelitian, pengolahan data, penyusunan hasil penelitian serta seminar hasil.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Tenaga Kerja Lansia di sektor 2 Ujung Baru Pelabuhan Belawan berjumlah 162 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah TKBM yang terpilih sebagai responden melalui pengambilan data sampel secara simple random sampling. Penggunaan besar sampel
menggunakan rumus Murti, 2006.
n = pq
Z N
d pq
z N
2 1
. 1
2 1
. .
2 2
2
α α
− +
− −
= 5
, .
5 ,
. 8166
, 3
161 1
, 5
, .
5 ,
. 8166
, 3
162
2
+ = 61,58
= 62 orang Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sampel yang akan diteliti
2 1
.
2
α −
z = tingkat kemaknaan z = 1,96
α = 0,05
p = proporsi 0,05
q = 1-p 1-0,5 = 0,5
d = presesi absolut
Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 62 orang.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi langsung.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Unit Usaha Jasa Bongkar Muat UUJBM pelabuhan Belawan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan. Agar layak
digunakan sebagai alat pengumpulan data primer, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang memiliki
variabel terikat dan variabel bebas pada suatu penelitian. Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasi 0,3 dan dikatakan reliabel apabila
nilai Cronboach alpha 0,6 Riwidikdo, 2008. Kelayakan menggunakan isntrumen yang akan dipakai dalam penelitian,
maka uji coba kuesioner dilakukan kepada 30 responden di sektor I PT. Pelindo I Belawan Medan.
Setelah dilakukan uji coba kuesioner kepada 30 orang responden di sektor I PT. Pelindo I Belawan Medan, diketahui butir-butir pertanyaan pada variabel masa
kerja, motivasi, status gizi, status kesehatan, lingkungan kerja dan sarana valid dan reliabel untuk digunakan pada penelitian ini data terlampir.
Universitas Sumatera Utara
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen Variabel Bebas
1. Masa Kerja
Masa kerja adalah masa kerja reponden yang dimulai sejak diangkat menjadi tenaga kerja sampai dengan saat penelitian. Lamanya seseorang
bekerja dapat diklasifikasikan dalam : a.
30 tahun, yaitu tenaga kerja yang bekerja 0 – 30 tahun. b.
30 tahun, yaitu tenaga kerja yang bekerja 30 tahun.
2. Status Gizi
Status Gizi adalah gambaran kesehatan seseorang pada waktu tertentu yang dimulai dengan menentukan Indeks Massa Tubuh IMT, yaitu :
IMT =
2
M TB
kg BB
Kriteria status gizi menurut Depkes, 2002 a.
Kurus, jika IMT 18,5 b.
Normal Sehat, jika IMT 18,5 – 25 c.
Kegemukan, jika IMT 25
3. Status Kesehatan
Status Kesehatan adalah status kesehatan saat ini dan riwayat kesehatan masa lalu. Pekerjaan yang menuntut produktivitas kerja tinggi
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan prima.
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja yang sakit dan tidak bekerja menyebabkan yang bersangkutan tidak produktif selama ia sakit dan tidak bekerja.
4. Lingkungan Kerja
Kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung meliputi faktor fisik, sosisal, psikologi dan lingkungan.
5. Sarana