Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository © 2008
dengan memakai alat seperti sendok atau penjepit dan menjaga kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang.
Onggowaluyo 2002 kuku yang terawat dan bersih juga merupakan cerminan kepribadian seseorang, kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat
melekat berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan mikro organisme diantaranya bakteri dan telur cacing. Penularan kecacingan diantaranya melalui
tangan yang kotor, kuku jari tangan yang kotor yang kemungkinan terselip telur cacing akan tertelan ketika makan.
5.3.2. Pemakaian Alas Kaki dengan Infeksi Kecacingan
Hasil Chi square Test hubungan pemakaian alas kaki dengan infeksi kecacingan menunjukkan p = 0,002, berarti ada hubungan yang bermakna antara pemakaian
alas kaki dengan infeksi kecacingan. Dari 79 orang murid yang menggunakan alas kaki yang tidak baik terdapat 51 orang 64,56 positif infeksi kecacingan. Setelah
dilakukan uji multivariat regresi logistik menunjukkan faktor pemakaian alas kaki termasuk variabel yang mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan.
Apabila dilihat dari perilaku bermain sebagian murid setiap harinya bermain dengan tanah dan melepas alas kaki, yang merupakan salah satu penyebab tingginya
risiko infeksi kecacingan. Sesuai dengan hasil penelitian Agustina 2000 di Kecamatan Paseh Jawa
Barat menjumpai bahwa ada hubungan yang erat antara tanah yang tercemar telur A.lumbricoides dengan kejadian Askaris pada anak balita.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository © 2008
5.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infeksi Kecacingan
Hasil Chi square Test hubungan kebiasaan cuci tangan dengan infeksi kecacingan menunjukkan p = 0,010, berarti ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan cuci tangan dengan infeksi kecacingan. Dari 80 orang murid yang mempunyai kebiasaan cuci tangan yang tidak baik terdapat 50 orang 62,5 positif
infeksi kecacingan. Setelah dilakukan uji multivariat regresi logistik menunjukkan faktor kebiasaan cuci tangan termasuk variabel yang mempengaruhi terjadinya infeksi
kecacingan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Fatmandini 1998 di Sleman bahwa
ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan cuci tangan dengan infeksi kecacingan.
Demikian juga dengan penelitian Mahfuddin, dkk 1994 pada murid Sekolah Dasar di Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur bahwa mencuci tangan yang benar
dan menggunakan sabun sebelum makan dapat mengurangi infeksi cacing gelang. Menurut Majid 2001, bahwa cara yang paling baik dalam memutus mata
rantai penularan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah, antara lain dengan menjaga kebersihan pribadi misalnya mencuci tangan dengan sabun sebelum makan
dan menggunting kuku secara rutin. Penelitian Bakta 1995 di Desa Jagapati Bali menemukan bahwa intensitas
infeksi cacing tambang juga dipengaruhi kebiasaan tidak memakai alas kaki. Penelitian Hayimi pada SD di Bekasi menemukan bahwa 63,52 anak yang
terinfeksi cacing, 14,8 diantaranya tidak menggunakan alas kaki.
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009
USU Repository © 2008
5.4. Karakteristik Anak 5.4.1. Pengetahuan dengan Infeksi Kecacingan