BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arah utama tujuan pembangunan kesehatan seperti ditegaskan di dalam Sistem Kesehatan Nasional SKN 2004 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator yang menentukan derajat
kesehatan suatu masyarakat adalah Angka Kematian Bayi AKB dan Angka Kematian Balita AKBA. Hal ini disebabkan karena bayi dan balita merupakan
kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit dan kematian. Banyak faktor yang menyebabkan masih tingginya AKB dan AKBA di
Indonesia dan salah satunya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan bagian bawah terutama pneumonia Depkes RI, 2006.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang jaringan paru-paru dan atau ditandai dengan batuk dan kesulitan bernafas, yang biasa disebut
sebagai nafas cepatsesak nafas dan penyakit ini serius pada anak-anak. Angka kejadiannya di Eropa dan Amerika Utara adalah diantara 34 sampai 40 kasus per
1.000 anak. Keadaan ini berkaitan erat dengan berbagai kondisi yang melatar belakanginya seperti malnutrisi, kondisi lingkungan juga polusi di dalam rumah
seperti asap, debu dan sebagainya Ostapchuk, 2004. Berdasarkan data The United
Ahnela Sitepu: Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Disertai Pemutaran VCD Dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat, 2008. USU e-Repository © 2008
Nations Children Fund UNICEFWorld Health Organization WHO tahun 2006, dilaporkan bahwa proporsi kematian balita 19 dan bayi 26 pneumonia di
dunia adalah cukup besar. Pneumonia bahkan disebut sebagai wabah raya yang terlupakan atau The Forgotten Pandemic. Hal inilah yang menyebabkan dunia
internasional menganggap pneumonia sebagai masalah kesehatan masyarakat dan
masalah pembangunan yang sangat serius dan perlu ditanggulangi bersama.
Sebanyak 2 juta balita diperkirakan meninggal setiap tahunnya di negara berkembang karena pneumonia. Angka kejadian pneumonia pada balita diperkirakan
lebih dari 150 juta kasus setiap tahunnya, dimana kasus ini merupakan lebih dari 95 dari seluruh kasus pneumonia pada balita di seluruh dunia UNICEFWHO, 2006.
Pneumonia masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia. Angka kematian pneumonia balita secara nasional berdasarkan hasil survei
mortalitas yang dilakukan oleh Subdit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA di 10 propinsi tahun 2005, tampak bahwa pneumonia masih merupakan penyebab kematian
tertinggi pada balita yaitu sebesar 22,5 Depkes RI, 2006. Angka kematian pneumonia balita di Propinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Langkat tidak tersedia
data, karena angka kematian balita yang ada di propinsi dan kabupaten adalah angka kematian balita secara keseluruhan dan bukan berdasarkan penyebab kematian.
Angka kesakitan pneumonia pada balita secara nasional berdasarkan hasil survei morbiditas oleh Subdit ISPA tahun 2005 dan angka kesakitan pneumonia pada balita
berdasarkan profil kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2007 serta angka
Ahnela Sitepu: Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Disertai Pemutaran VCD Dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat, 2008. USU e-Repository © 2008
kesakitan pneumonia pada balita berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Angka Kesakitan Pneumonia Balita Berdasarkan Hasil Survei Morbiditas Tahun 2005, Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun
2007, dan Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Langkat Tahun 2007
Angka Kesakitan Pneumonia pada Balita Indonesia Propinsi
Sumatera Utara
Kabupaten Langkat Kecamatan Stabat
5,12 7,6
9,1 11,1
Angka kesakitan pneumonia balita pada tabel 1 di atas bila dibandingkan dengan angka kesakitan pneumonia balita yang diharapkan pada akhir tahun 2009
yaitu sebanyak 4 Depkes RI, 2005, ternyata angka kesakitan pneumonia balita di Propinsi Sumatera Utara, terutama di Kabupaten Langkat masih cukup tinggi
khususnya Kecamatan Stabat dengan angka kesakitan 11,1 . Masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk mencapai target tersebut.
Penyakit pneumonia pada balita sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dalam waktu yang singkat, bila tidak segera mendapat
pertolongan yang cepat dan tepat. Secara teoritis diperkirakan bahwa penderita pneumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan. Bila hal ini benar maka
diperkirakan tanpa pemberian pengobatan akan didapat 250.000 kematian balita akibat pneumonia setiap tahunnya di Indonesia Depkes RI, 2006.
Berdasarkan hasil penelitian Notosiswoyo, dkk 2003 bahwa salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian balita akibat pneumonia
Ahnela Sitepu: Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Disertai Pemutaran VCD Dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat, 2008. USU e-Repository © 2008
dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama ibu balita tentang pneumonia yang menimpa anaknya, dan mereka terlambat membawa anak balitanya
berobat ke puskesmas. Hasil penelitian di Kabupaten Indramayu ini menyimpulkan bahwa 76,2 ibu tidak tahu istilah pneumonia.
Penyakit pneumonia pada balita pada dasarnya dapat dicegah dengan berbagai upaya yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap kuman penyakit.
Upaya tersebut yaitu : memberikan imunisasi secara lengkap kepada balita, memberikan Air Susu Ibu ASI secara eksklusif dan memberikan ASI hingga anak
berumur 2 tahun, pemberian nutrisi yang baik, penghindaran pajanan asap rokok, asap dapur, dll; perbaikan lingkungan hidup dan sikap hidup sehat, yang kesemuanya
itu dapat menghindarkan balita dari risiko terinfeksi penyakit menular termasuk penghindaran terhadap pneumonia Said, 2006.
Sejak tahun 1990 Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut P2 ISPA memfokuskan pada penanggulangan pneumonia balita.
Namun masih banyak kendala untuk menurunkan angka kematiannya. Keberhasilan program P2 ISPA dalam penanggulangan pneumonia balita salah satunya ditentukan
oleh faktor pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat, petugas dan penentu kebijakan. Oleh karena itu upaya promosi penanggulangan pneumonia balita
sangatlah diperlukan Depkes RI, 2001. Keberhasilan pemerintah dalam menanggulangi masalah penyakit pneumonia
pada balita tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas kesehatan saja tetapi juga
Ahnela Sitepu: Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Disertai Pemutaran VCD Dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat, 2008. USU e-Repository © 2008
menjadi tanggung jawab keluarga terutama ibu. Ini dapat dilihat dari sasaran primer dalam promosi penanggulangan pneumonia balita pada program Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut P2 ISPA antara lain: ibu balita, pengasuh balita, ayah balita, kakeknenek balita, keluarga serumah balita, tetangga, masyarakat.
Ibu balita merupakan sasaran utama dari sasaran primer tersebut, karena ibu mempunyai peranan besar dalam perawatan anaknya. Umumnya ibu merupakan
orang pertama yang mengetahui gejalatanda penyakit pada anak. Depkes RI, 2001. Promosi kesehatan untuk upaya menurunkan angka kesakitan pneumonia pada
balita saat ini adalah merupakan sarana yang tepat. Salah satu bentuk promosi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyuluhan yang berkaitan dengan
penyakit pneumonia kepada masyarakat khususnya ibu balita . Notoatmodjo et al 1993 membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan antara lain berhasil meningkatkan
tindakan pengobatan sendiri untuk kasus ISPA ringan infeksi saluran napas atas pada anak balita di Jawa Timur dan Sumatera Barat. Pemberian penyuluhan
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu mengenai pola hidup bersih dan sehat, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-
hari yang akhirnya dapat mencegah penyakit pneumonia pada balitanya. Metode penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh penyuluh puskesmas
disesuaikan dengan unsur perilaku sasaran yang akan diubah, apakah unsur pengetahuan, sikap atau tindakan. Metode penyuluhan yang paling sering dilakukan
oleh penyuluh puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan adalah metode
Ahnela Sitepu: Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Disertai Pemutaran VCD Dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat, 2008. USU e-Repository © 2008
ceramahtanya jawab Depkes RI, 1991. Salah satu kelemahan ceramah adalah pesan yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama Notoatmodjo at al, 1993.
Salah satu alat bantu atau media dalam penyuluhan kesehatan adalah Video Compact Disk VCD. Video sebagai media elektronik adalah media komunikasi
yang memiliki unsur audio-visual narasi, musik, dialog, sound efect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik sebagai keunggulannya dibanding dengan media
komunikasi massa lainnya De Vito, 2001. Video kebanyakan digunakan sebagai alat peraga untuk pertemuan kelompok, terutama dengan tujuan untuk mempengaruhi
sikap dan pengetahuan sasaran Mardikanto, 1993. Kegiatan penyuluhan kesehatan di Kecamatan Stabat sudah banyak dilakukan.
Selama tahun 2007 dilaporkan sebanyak 78 kali kegiatan penyuluhan kesehatan sudah dilakukan di Kecamatan Stabat yang terdiri dari antara lain : penyuluhan
kesehatan lingkungan, penyuluhan dan penjaringan mata, penyuluhan desa siaga, penyuluhan Usaha Kesehatan Sekolah UKS, penyuluhan imunisasi, penyuluhan
gizi, penyuluhan ibu hamilKeluarga Berencana KB, penyuluhan TB Paru, penyuluhan Lansia, penyuluhan Demam Berdarah Deque DBD, penyuluhan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut ISPA, penyuluhan Perilaku Sehat Dinkes Langkat, 2007. Ceramah sebagai salah satu metode yang digunakan dalam penyuluhan
kesehatan cukup efektif sebagai penyampaian pesan, namun efektivitas ceramah disertai pemutaran VCD dibandingkan dengan ceramah tanpa VCD untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit pneumonia pada balita
Ahnela Sitepu: Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Disertai Pemutaran VCD Dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat, 2008. USU e-Repository © 2008
belum diketahui. Berdasarkan informasi dari petugas kesehatan di Kecamatan Stabat selama peneliti melakukan survey pendahuluan, bahwa mereka belum pernah
memberikan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media seperti leaflet, filmVCD khususnya tentang penyakit pneumonia balita.
Berpijak dari hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas penyuluhan kesehatan menggunakan metode ceramah disertai pemutaran
VCD dibandingkan dengan ceramah tanpa pemutaran VCD dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit pneumonia pada balita di Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat.
1.2. Permasalahan