tahun, cenderung mulai berpikir ideal mengenai bentuk tubuhnya untuk masa mendatang.
Menurut McNicholas 2012 remaja di masa pertengahan yang berada di usia 15-17 tahun akan sangat memikirkan mengenai konsep dirinya dan
hubungan sosialisasi dengan teman sebayanya. Pada usia pertengahan ini, remaja putri cenderung sangat memerhatikan asupan makanannya sebagai
dampak dari keinginan untuk menjadi kurus. Secara psikososial, usia remaja akan menaruh perhatian besar pada cara orang lain memandangnya
Djawandono, 2006. Middle adolescence mulai menerima perubahan bentuk tubuhnya dan
mulai berpikir ideal untuk masa mendatang. Pada tahap ini, mengalami peningkatan kemampuan untuk berpikir kritis dan sikap untuk
menyelesaikan masalah Kliegman, 2007.
5.1.1 Karakteristik Status Gizi Responden
Kebutuhan gizi remaja putri mencakup banyak hal. Untuk remaja perempuan usia 13-18 tahun dibutuhkan energi sebesar 40-50 kalkg
BBhari. Sumber energy seperti nasi, gandum, umbi-umbian dan sereal secara proporsional paling banyak dikonsumsi dalam sehari 3-8
porsi.Kebutuhan protein pada remaja usia 13-15 tahun sebanyak 57 ghari dan usia 16-18 tahun sebesar 55 ghati. Rata-rata porsi protein dikonsumsi
sekitar 10-15 Bestbook, 2012. Beberapa vitamin akan dibutuhkan oleh tubuh seperti Asam folat dan
Vitamin B12 diperlukan untuk metabolism asam nukleat. Vitamin D
diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh. Vitamin A untuk memelihara sel dan jaringan tubuh. Sayur dan buah baik buahan
dikonsumsi individu sebanyak 2 hingga 5 porsi dalam sehari. Kedua sumber makanan ini adalah sumber zat pembangun setelah karbohidrat.
Hasil penelitian berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh ini didapatkan bahwa karakteristik status gizi responden remaja putri
memiliki status gizi yang normal dengan rentang 18,50-24,99 yaitu sebanyak 144 siswi 72.7 dan status gizi gemuk pada remaja putri
dengan nilai ≥ 25,00 terdata sebanyak 13 siswi 6.6. Status gizi gemuk pada responden bisa disebabkan oleh asupan lemak
yang tidak dibatasi. Depkes RI menganjurkan agar konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 dari total energy pada tubuh remaja. Asupan
lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energy yang dikonsumsi tidak mencukupi karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan
lemak hewani juga mengakibatkan asupan Fe dan Zn rendah Bestbook, 2010.
Hasil penelitian pada remaja putri SMAN 3 Cimahi cenderung memiliki status gizi yang normal, kondisi tersebut dipengaruhi oleh
aktivitas olahraganya yang cukup banyak karena terdapat fasilitas olahraga yang memadai. Selain itu, sekolah juga memberikan aktivitas olahraga
sebagai peminatan bagi siswi yang memiliki ketertarikan di bidang olahraga seperti ekstrakulikuler bola basket, futsal, dan lain-lain.
Disisi lain pada tahun 2008, WHO memukan bahwa secara global sebanyak 31 dewasa berumur 15 tahun keatas tidak aktif secara fisik
. Remaja cenderung malas untuk bergerak Zarei, 2013. Orang-orang lebih
memilih untuk duduk seharian dan melakukan aktivitas ringan yang tidak melakukan banyak gerak. Jika tubuh tidak aktif bergerak, energi yang
berasal dari makanan akan menumpuk menjadi lemak NHS, 2014. Rendahnya aktivitas fisik pada 69 remaja, menyebabkan 9,7
obesitas. Pada 64 remaja yang tinggi aktivitas fisiknya menunjukkan hanya 3,2 obesitas. Selain itu, kecenderungan melakukan diet yang salah
juga menjadi trend gaya hidup remaja masa kini Zarei, 2013.Obesitas adalah kondisi abnormal atau akumulasi lemak berlebih yang berisiko
terhadap kesehatan. Individu yang obesitas memiliki risiko yang besar terhadap penyakit kronik seperti diabetes, gangguan kardiovaskular dan
kanker WHO, 2014. Begitupun mengenai persepsi remaja mengenai berat badannya.
Persepsi yang salah akan berat badannya mempengaruhi asupan nutrisi. Remaja cenderung mempunyai pandangan yang negatif terhadap
tubuhnya,mereka memandang tidak memiliki berat ideal seusianya Hisar Toruner, 2012.Individu yang malnutrisi dilihat dari ketidakadekuatan
pada indeks anthropometri yang telah di ukur. Sebuah studi kohort menunjukkan bahwa status gizi yang dimiliki
individu berhubungan dengan pencapaian prestasinya Baraldi, 2013. Menurut Zarei 2013 remaja lebih memilih meningkatkan konsumsi
alkohol dan minuman yang mengandung kadar gula yang tinggi. Penelitian oleh Zarei tersebut juga menemukan konsumsi karbohidrat, lemak dan
protein dalam kadar tinggi namun konsumsi vitamin C , kalsium dan zat besi sangat kurang dari angka kebutuhan gizi remaja.
Sama halnya dengan kebutuhan zat besi pada remaja, zat besi yang kurang dikonsumsi oleh remaja dapat menunjukkan tanda-tanda
kekurangan folat, vitamin B12 dan A, inflamasi kronik, infeksi dan gangguan kesehatan.Kondisi anemia akibat kekurangan besi pada remaja
putri menjadi penyebab ketiga pada kematian dan kecacatan pada remaja Zarei, 2013.
Selain asupan nutrisi yang kurang, remaja cenderung memiliki pola makan yang menyimpang. Pola makan menyimpang merupakan perilaku
yang patut diwaspadai yang dapat memengaruhi status gizi individu. Anoreksia dan bulimia adalah dua kasus spesifik dari gangguan pola
makan sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition DSM-IV. Kasus lain yang sering terjadi di
klinik dan komunitas adalah „Eating disorder no otherwise specified’. EDNOS adalah kasus gangguan pola makan yang tidak spesifik seperti
anoreksia dan bulimia namun EDNOS termasuk sebagian dari kedua sindrom tersebut. Sindrom yang muncul adalah sedikitnya konsumsi
makanan sehari-hari, tidak nafsu makan dan memuntahkan kembali makanan yang telah dikonsumsi Hoek , 2012.
Sama halnya dengan hasil penelitian Bibiloni, Pich, Pons, dan Tur 2013 dengan menggunakan pengukuran IMT,ditemukan sebanyak 90
orang remaja putri memiliki tubuh yang gemuk dan 567 remaja putri memiliki status gizi normal cenderung gemuk. Remaja putri memiliki
keinginan untuk menjadi lebih kurus dan cenderung tidak puas dengan tubuhnya sehingga hal tersebut berkaitan dengan pola makan yang
dijalaninya. Hasil penelitian mengenai status gizi dengan pengukuran IMT juga
ditemukan oleh Wardle, Haase, Steptoe 2006bahwa sebanyak 18.1 wanita memiliki status gizi kurus dan 5.1 wanita memiliki status gizi
yang gemuk serta 1 status gizi obesitas. Status gizi yang dimiliki tersebut memicu keinginan untuk lebih mengontrol berat badannya
menggunakan cara apapun. Didukung
juga oleh
penelitian Mostafavi-
Darani, Daniali, dan Azadbakht 2013 yang menemukan sebanyak 14.1 responden memiliki tubuh obesitas, 35.3 gemuk, 47.6 normal dan 3
kurus. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa sekitar 50 wanita memiliki tubuh obesitas dan gemuk
6.1.3 Karakteristik Gambaran Tubuh Responden