Karakteristik Gambaran Tubuh Responden

Sama halnya dengan hasil penelitian Bibiloni, Pich, Pons, dan Tur 2013 dengan menggunakan pengukuran IMT,ditemukan sebanyak 90 orang remaja putri memiliki tubuh yang gemuk dan 567 remaja putri memiliki status gizi normal cenderung gemuk. Remaja putri memiliki keinginan untuk menjadi lebih kurus dan cenderung tidak puas dengan tubuhnya sehingga hal tersebut berkaitan dengan pola makan yang dijalaninya. Hasil penelitian mengenai status gizi dengan pengukuran IMT juga ditemukan oleh Wardle, Haase, Steptoe 2006bahwa sebanyak 18.1 wanita memiliki status gizi kurus dan 5.1 wanita memiliki status gizi yang gemuk serta 1 status gizi obesitas. Status gizi yang dimiliki tersebut memicu keinginan untuk lebih mengontrol berat badannya menggunakan cara apapun. Didukung juga oleh penelitian Mostafavi- Darani, Daniali, dan Azadbakht 2013 yang menemukan sebanyak 14.1 responden memiliki tubuh obesitas, 35.3 gemuk, 47.6 normal dan 3 kurus. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa sekitar 50 wanita memiliki tubuh obesitas dan gemuk

6.1.3 Karakteristik Gambaran Tubuh Responden

Gambaran Tubuh adalah salah satu aspek psikologis mengenai perubahan fisik pada masa remaja. Remaja akan sangat memperhatikan perkembangan tubuh dan persepsi orang lain mengenai tubuhnya. Perhatian pada gambaran tubuh ini akan semakin terlihat saat individu mengalami pubertas yang menandakan mulainya masa remaja Sunaryo, 2004. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa karakteristik gambaran tubuh responden sebanyak 104 52.5 siswi memiliki gambaran tubuh yang negative sedangkan yang memiliki gambaran tubuh positif sebanyak 94 orang 47.5. Gambaran tentang tubuh memainkan peran penting dalam cara individu mengevaluasi diri sendiri. Usia responden yaitu berada pada masa remaja pertengahan, di mana pada usia 15-17 tahun remaja putri cenderung tidak puas dengan bentuk tubuhnya McNicholas, 2012. Sehingga usia remaja bisa menjadi salah satu penyebab banyaknya responden yang memiliki gambaran tubuh negative. Mood remaja putri yang cenderung belum stabil memiliki kaitan dengan gambaran tubuhnya. Ketika seseorang merasa bahagia, maka apa yang ia lihat dalam dirinya adalah sesuatu yang bagus dan ideal. Mood sedih ,stress ataupun kelelahan yang dialami individu mampu mengubah persepsi tubuhnya, bahwa tubuhnya tidak sesuai gambaran ideal yang diinginkannya Kolodny, 2013. Usia remaja di masa pertengahan memiliki pola pikir yang berbeda. Pola pikir remaja ini merupakan faktor yang berkaitan erat dengan gambaran tubuhnya. Remaja cenderung membandingkan dirinya dengan orang yang hampir serupa dengan dirinya. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, maka individu akan mengalami suatu kondisi di mana ia menganggap dirinya tidak memiliki daya tarik fisik Kolodny,2013. Wanita di usia muda seringnya mengalami krisis terhadap bentuk tubuhnya. Mereka cenderung menginginkan tubuh yang kurus sehingga akan merasa tidak puas dengan bentuk tubuh yang dimilikinya McNicholas, 2012. Berkaitan erat dengan gambaran tubuh, budaya juga menjadi faktor yang memengaruhi remaja putri. Budaya menggambarkan bahwa tubuh ideal adalah yang kurus dan tinggi seperti banyaknya selebritis dan actor film. Faktanya, tidak semua orang memiliki gen kurus dan tinggi dalam riwayat keluarganya dan tidak semua orang yang kurus adalah orang yang lebih sehat dibandingkan mereka yang gemuk Kotecha, 2013. Masih mengenai budaya dimana terjadi pembentukan fenomena bahwa menjadi remaja yang kurus memiliki banyak keuntungan seperti individu terlihat pintar, mampu bersosialisasi, sukses dan disukai banyak orang. Sebaliknya badan gemuk tidak memiliki hal-hal tersebut. Menjadi gemuk akan terlihat antisosial, individu yang gagal dan tidak disukai masyarakat. Perlu dipahami, bahwa sehat atau tidaknya seseorang bukanlah dilihat dari bentuk tubuh. Penentu sehat seseorang dilihat dengan pengukuran BMI. Kotecha, 2013 Lingkungan bermain menjadi tempat remaja untuk membentuk persepsinya mengenai bentuk tubuh. Menurut James dan Ashwill 2007 remaja sering menghabiskan waktu bersama teman-teman di sekolah. Sejalan dengan pendapat Gunarsa 2008 yang menegaskan bahwa perkembangan remaja dipengaruhi oleh model sosialisasi. Model sosialisasi adalah cara individu yang akan melakukan proses interaksi dengan lingkungan sosialnya. Sehingga interaksi sosial antara individu dengan teman di lingkungannya memiliki faktor yang kuat pada gambaran tubuh remaja. Tidak jauh berbeda dengan lingkungan, salah satu faktor lainnya yang berkaitan dengan gambaran tubuh yaitu media yang beredar saat ini, seperti media cetak maupun media online. Saat ini, media akan sangat berpengaruh dalam membentuk gambaran tubuh individu. Majalah mode menggambarkan bahwa model yang ideal untuk memakai banyak jenis pakaian adalah mereka yang kurus dan tinggi. Media massa sering menampilkan fitur individu denga tubuh yang dinilai sempurna sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi persepsi remaja Pinho, 2014. Seiring dengan perkembangan media, tubuh individupun akan mengalami perubahan ketika beranjak remaja, terutama remaja putri. Perubahan fisik selama masa pubertas sangat mempengaruhi gambaran tubuhnya. Perkembangan tubuhnya diimbangi dengan persepsi mengenai tubuhnya yang berbanding lurus dengan gambaran tubuh Pinho,2014. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Mostafavi- Darani, Daniali, dan Azadbakht 2013 bahwasebanyak 70 responden wanita tidak puas dengan bentuk tubuhnya saat ini karena merasa memiliki tubuh yang belum ideal. Selain itu, lebih dari setengah responden tersebut 51.7 menganggap berat badannya berlebihan dan 5.7 menganggap bahwa mereka obesitas. Sebanyak 26.6 wanita yang memiliki status gizi normal, menganggap bahwa status gizinya gemuk. Terdapat 41.7 wanita yang kurus berpikiran bahwa status gizinya berada pada rentang normal dan 67.2 wanita obesitas menganggap bahwa tubuhnya memiliki status gizi yang hanya sedikit pada nilai yang gemuk. Persepsi mengenai bentuk tubuh tersebut memiliki kaitan dengan status gizi yang dimiliki oleh remaja putri yang menjadi responden di penelitian tersebut. Senada dengan hasil penelitian oleh Peltzer dan Pengpid 2015 yang menemukan sebanyak 27.1 siswa yang tidak gemuk ingin menurunkan berat badannya. Pada siswa yang memiliki status gizi kurus dan normal, sebanyak 19 menganggap dirinya gemuk dan 11.3 mencoba diet untuk menurunkan berat badannya.Desakan untuk memiliki tubuh kurus dikaitkan dengan sosial dan budaya pada suatu negara, di mana tekanan tersebut membuat siswa memiliki keinginan kuat untuk tubuh yang kurus Maka, budaya yang berkembang pada suatu negara berkaitan dengan persepsi tubuh yang ideal pada remaja. Hasil perhitungan mengenai component matrix pada kuesioner gambaran tubuh menunjukan bahwa ada empat pernyataan yang paling mewakili karakteristik gambaran tubuh remaja putri di SMAN 3 Cimahi, yaitu ingin merubah bentuk lengan, pipi, payudara dan bokong seperti ukuran tubuh idolanya. Hasil tersebut berarti bahwa remaja putri ingin membentuk tubuhnya seperti bentuk tubuh idolanya sehingga responden akan merasa puas dengan bentuk tubuhnya. Sama halnya dengan penelitian yang dikemukakan oleh Wong, Lin, dan Chang 2014 memaparkan bahwa kepuasan pada tubuh dan harapan pada bentuk dan ukuran tubuhnya adalah hal yang sangat penting yang dapat mempengaruhi kejadian gangguan pola makan pada remaja putri. Remaja putri cenderung memiliki pandangan tersendiri mengenai bentuk tubuh yang ideal seperti tubuh idola perempuannya sehingga hal ini dapat mempengaruhi harapannya terhadap bentuk tubuh yang ideal. Harapan bentuk tubuh yang ideal juga ada pada hasil penelitian Bibiloni,Pich, Pons, dan Tur 2013. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa remaja putri yang memiliki komposisi tubuh yang gemuk sesuai perhitungan Indeks Massa Tubuh, akan mengurangi frekuensi pada konsumsi makanan penutup dan cokelat. Remaja putri berharap bahwa dengan mengurangi makan-makanan tersebut, maka bentuk tubuhnya akan terbentuk mirip dengan bentuk tubuh idolanya.

6.2 Hubungan Status Gizi dan Gambaran Tubuh Remaja Putri