berkaitan dengan penyebab, tetapi tidak dapat memberikan gambaran yang spesifik. Pada pemeriksaan EKG yang normal, perlu dicurigai bahwa hasil
diagnosis salah. Untuk klien gagal jantung, melalui EKG dapat dilihat kelainan sebagai disfungsi ventrikel kiri, penyakit jantung iskemik, stenosis aorta,
penyakit jantung hipertensi, aritmia, dan disfungsi ventrikel kanan Handler Coghlan, 2008.
2.9.2.3 Penegakan Diagnosis
Gagal jantung merupakan kumpulan proses patologis yang kompleks. Meskipun penyebab umum yang paling sering ditemukan adalah penyakit jantung
iskemik dan hipertensi, komorbiditasnya, baik organik seperti disfungsi renal dan dispnea maupun psikologis seperti depresi sering menyertai gagal jantung
sehingga mempersulit pengkajian dan penatalaksanaannya. Adapun kriteria Framingham dibuat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung. Diagnosis dibuat
berdasarkan adanya dua atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor gejala yang terjadi tidak disebabkan oleh kondisi lain Chang, 2006.
Tabel 2.1 Kriteria Framingham untuk Penegakan Diagnosis Gagal Jantung
Kriteria Mayor Kriteria Minor
Dispnea nokturnal paroksimal
Peningkatan
vena jugularis Ronkhi
Kardiomegali Edema pulmonal akut
Bunyi jantung ketiga S3 Peningkatan tekanan vena 16 cmH
2
O Waktu sirkulasi ≥25 detik
Refleks hepatojugularis Edema pergelangan kaki
Batuk di malam hari Hepatomegali
Efusi pleura
Takikardia ≥120 kali permenit Penurunan berat badan 4,5 kg
dalam waktu 5 hari
setelah penanganan
Sumber: McKee, et,al. “The Natural History of Congestive Heart Failure: The
Framingham Study dalam
Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan
2006
2.9.2.4 Terapi Farmakologis
Beberapa terapi farmakologis yang dapat dilakukan untuk pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut.
a. Diuretik
Diuretik meningkatkan pengeluaran cairan melalui ginjal dengan mengurangi reabsorpsi air Davidson, Macdonald, Paull, et.al., 2003. Terapi ini
menyebabkan tubuh membersihkan diri dari cairan dan natrium melalui urin yang juga membantu kerja jantung. Selain itu juga mengurangi penumpukan
cairan di paru dan di bagian tubuh lainnya, seperti kaki dan pergelangan kaki. Setiap diuretik memiliki cara kerja yang berbeda dalam mengeliminasi cairan.
Terapi ini juga berguna untuk membantu menurunkan tekanan darah Tierney, McPhee, dan Papadakis, 2002.
b. Penghambat
Angiotensin-converting Enzyme
ACE Penghambat
Angiotensin-converting Enzyme
ACE bekerja
dengan menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron yang pada awalnya berperan
penting dalam mekanisme neurohormonal perkembangan gagal jantung. Terapi ini menurunkan jumlah angiotensin II sehingga darah dapat mengalir lebih
mudah dan kerja jantung menjadi lebih ringan dan efisien dengan cara mengurangi resistensi pembuluh darah perifer. Hal ini mengurangi konsumsi
oksigen miokardium sehingga memperbaiki curah jantung yang selanjutnya meminimalkan pembuluh darah dan hipertrofi vaskular Davidson, Leung, dan
Daly, 2008
c. Beta Blocker
Beta blocker
bekerja dengan memblok kerja kompensasi sistem saraf simpatis sehingga menurunkan ukuran dan massa ventrikel kiri. Perubahan ini
menurunkan denyut jantung dan curah jantung. Terapi ini digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan digunakan juga untuk terapi aritmia dan angina
serta dapat mencegah serangan jantung di kemudian hari pada pasien penyakit jantung. Sejumlah uji klinis menunjukkan jika beta blocker diresepkan dan
dimulai dengan tepat, penanganan jangka panjang dengan beta blocker dapat mengurangi gagal jantung kronis, meningkatkan status klinis pasien,
meningkatkan perasaan sehat, mengurangi angka masuk rumah sakit, dan menurunkan mortalitas Gibbs, Davies, dan Lip, 2000
d. Glikosida Digitalis
Terapi ini dikenal pula sebagai
digoksin
yang bekerja dengan menghambat pompa natrium sehingga meningkatkan kadar natrium intraseluler yang
memfasilitasi pertukaran natrium. Kondisi ini akan meningkatkan kalsium sitosolik yang pada akhirnya meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga
denyut jantung dapat berfungsi teratur. Terapi ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan kemajuan meskipun telah diberi diuretik dan
penghambat ACE. e.
Vasodilator Prinsip kerja obat vasodilator merupakan antagonis neurohormonal, terutama
ACE. Obat ini bekerja dengan mendilatasi otot arteri sehingga dapat mengurangi afterload ventrikel kiri. Vasodilator dapat berupa pil yang ditelan,
tablet kunyah, maupun krim. f.
Penghambat Kanal Kalsium Penghambat kanal kalsium bekerja dengan cara menghambat kalsium menuju
sel jantung dan pembuluh darah sehingga dapat menurunkan kekuatan memompa jantung dan meregangkan pembuluh darah.
g. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mengurangi koagulasi darah, terutama pada pasien dengan emboli arterial sistemik sehingga peredahan darah menjadi lebih
lancar Tierney, McPhee, dan Papadakis, 2002
2.9.2.5 Terapi Non-Farmakologis