inap yang ke dua atau ketiga resiko kematian bagi pasien gagal jantung,
khususnya gagal jantung kongestif sebesar 30. 2.9 Pencegahan
Beberapa hal berikut dapat dilakukan untuk mencegah, menurunkan risiko gagal jantung maupun memperlambat perkembangan gagal jantung.
2.9.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan bagi masyarakat sudah menunjukkan risiko gagal jantung. Upaya ini dapat dilakukan dengan mengatur diet, mengecek
tekanan darah secara teratur sehingga dapat hmemperole informasi dini terhadap peningkatan tekanan darah yang dapat menjadi penanda gejala awal gagal jantung.
Menghindari konsumsi alkohol dan mengurangi konsumsi kafein, juga dapat menurunkan risiko menderita gagal jantung AHA, 2014.
2.9.2 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada orang yang sudah terkena gagal jantung agar gagal jantung tidak berlanjut ke stadium yang lebih berat, di
antaranya:
2.9.2.1 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum pasien yang diduga gagal jantung dapat dilakukan melalui evaluasi apakah terdapat gejala-gejala seperti disebutkan di atas
dispnea, ortopnea, DNP, batuk, edema pulmonal. Pemeriksaan lainnya juga dapat dilakukan dengan
palpasi
untuk mengevaluasi denyut nadi yang menurun,
auskultasi
untuk mengetahui adanya bunyi jantung tambahan, serta
perkusi
untuk mengetahui batas jantung yang mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya
hipertrofi jantung
kardiomegali
. Kondisi fisik pasien juga dapat dilihat melalui kesadaran pasien, pada pasien dengan gagal jantung berat sering ditemukan
sianosis perifer. Urine pasien juga dapat dievaluasi apakah terdapat
oliguria
yang merupakan tanda awal adanya
syok kardiogenik
pada gagal jantung. Pemeriksaan lainnya juga dapat dilakukan apakah terdapat edema yang umumnya dapat dilihat
di bagian ekstremitas. Edema ekstremitas dapat dilakukan dengan pemeriksaan pitting edema di mana edema akan tetap cekung setelah penekanan ringan dengan
ujung jari. Selain pemeriksaan-pemeriksaan di atas, pemeriksaan yang paling penting dan paling menunjukkan keadaan pasien gagal jantung adalah tes latihan
fisik. Tes ini dilakukan dengan menggunakan
treadmill
Mutaqqin, 2009
2.9.2.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
bertujuan memastikan
diagnosis klinis,
mengidentifikasi penyebab, faktor pencetus, mengkaji keparahan, mengarahkan terapi, dan menentukan prognosis.
a. Ekokardiografi Ekokardiografi adalah pemeriksaan penunjang dengan teknik ultrasound
sehingga dapat dikatakan sebagai ultrasonografi USG pada jantung. Metode ini digunakan dengan memanfaatkan gelombang bunyi untuk memberikan
diagnosis disfungsi jantung dan informasi yang berkaitan dengan penyebab terjadinya disfungsi jantung dengan segera. Namun pemeriksaan ini sangat
bergantung pada kualitas gambar yang dihasilkan dan interpretasinya. Jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang dinamis dan sangat
dipengaruhi hemodinamik pasien tekanan darah, frekuensi jantung, fase
inspirasi maupun ekspirasi pernapasan pada saat pemeriksaan. Karena itu gambaran yang diberikan bisa saja berubah-ubah. Keuntungan dari
ekokardiografi yaitu sifatnya non-invasif, karena mengevaluasi organ dalam hanya melalui gelombang suara sehingga tidak merusak anatomi dan fisiologi
tubuh Limantoro, 2012. Gambaran yang paling sering ditemukan pada gagal jantung yaitu penyakit jantung iskemik, kardiomiopati dilatasi, penyakit
jantung iskemik, dilatasi ventrikel kiri, penebalan ventrikel, stenosis aorta, dan infark miokard Mutaqqin, 2009 dan Handler Coghlan, 2008.
b
. Rontgen
Toraks Pemeriksaan
rontgen
toraks atau sering disebut
chest X-ray
bertujuan untuk menggambarkan secara radiografi organ yang terdapat pada rongga dada.
Teknik
rontgen
toraks terdiri dari bermacam-macam posisi yang harus dipilih sesuai dengan indikasi pemeriksaan. Foto
rontgen
toraks posterior-anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena, edema paru, kardiomegali,
penebalan hilus, gambaran bats wing, gambaran Kerley B, dan efusi pleura Corr, 2011. Bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan vena paru
adalah adanya diversi aliran darah ke daerah atas dan adanya peningkatan ukuran pembuluh darah Mutaqqin, 2009.
c. Elektrokardiografi EKG Pemeriksaan elektrokardiografi EKG sudah luas digunakan untuk memeriksa
kondisi jantung. Pemeriksaan ini merekam aktivitas elektrik jantung dan menginterpretasikannya dalam bentuk gelombang pada monitor EKG.
Pemeriksaan elektrokardiografi EKG meskipun memberikan informasi yang
berkaitan dengan penyebab, tetapi tidak dapat memberikan gambaran yang spesifik. Pada pemeriksaan EKG yang normal, perlu dicurigai bahwa hasil
diagnosis salah. Untuk klien gagal jantung, melalui EKG dapat dilihat kelainan sebagai disfungsi ventrikel kiri, penyakit jantung iskemik, stenosis aorta,
penyakit jantung hipertensi, aritmia, dan disfungsi ventrikel kanan Handler Coghlan, 2008.
2.9.2.3 Penegakan Diagnosis
Gagal jantung merupakan kumpulan proses patologis yang kompleks. Meskipun penyebab umum yang paling sering ditemukan adalah penyakit jantung
iskemik dan hipertensi, komorbiditasnya, baik organik seperti disfungsi renal dan dispnea maupun psikologis seperti depresi sering menyertai gagal jantung
sehingga mempersulit pengkajian dan penatalaksanaannya. Adapun kriteria Framingham dibuat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung. Diagnosis dibuat
berdasarkan adanya dua atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor gejala yang terjadi tidak disebabkan oleh kondisi lain Chang, 2006.
Tabel 2.1 Kriteria Framingham untuk Penegakan Diagnosis Gagal Jantung
Kriteria Mayor Kriteria Minor
Dispnea nokturnal paroksimal
Peningkatan
vena jugularis Ronkhi
Kardiomegali Edema pulmonal akut
Bunyi jantung ketiga S3 Peningkatan tekanan vena 16 cmH
2
O Waktu sirkulasi ≥25 detik
Refleks hepatojugularis Edema pergelangan kaki
Batuk di malam hari Hepatomegali
Efusi pleura
Takikardia ≥120 kali permenit Penurunan berat badan 4,5 kg
dalam waktu 5 hari
setelah penanganan
Sumber: McKee, et,al. “The Natural History of Congestive Heart Failure: The
Framingham Study dalam
Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan
2006
2.9.2.4 Terapi Farmakologis
Beberapa terapi farmakologis yang dapat dilakukan untuk pasien dengan gagal jantung adalah sebagai berikut.
a. Diuretik
Diuretik meningkatkan pengeluaran cairan melalui ginjal dengan mengurangi reabsorpsi air Davidson, Macdonald, Paull, et.al., 2003. Terapi ini
menyebabkan tubuh membersihkan diri dari cairan dan natrium melalui urin yang juga membantu kerja jantung. Selain itu juga mengurangi penumpukan
cairan di paru dan di bagian tubuh lainnya, seperti kaki dan pergelangan kaki. Setiap diuretik memiliki cara kerja yang berbeda dalam mengeliminasi cairan.
Terapi ini juga berguna untuk membantu menurunkan tekanan darah Tierney, McPhee, dan Papadakis, 2002.
b. Penghambat
Angiotensin-converting Enzyme
ACE Penghambat
Angiotensin-converting Enzyme
ACE bekerja
dengan menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron yang pada awalnya berperan
penting dalam mekanisme neurohormonal perkembangan gagal jantung. Terapi ini menurunkan jumlah angiotensin II sehingga darah dapat mengalir lebih
mudah dan kerja jantung menjadi lebih ringan dan efisien dengan cara mengurangi resistensi pembuluh darah perifer. Hal ini mengurangi konsumsi
oksigen miokardium sehingga memperbaiki curah jantung yang selanjutnya meminimalkan pembuluh darah dan hipertrofi vaskular Davidson, Leung, dan
Daly, 2008
c. Beta Blocker
Beta blocker
bekerja dengan memblok kerja kompensasi sistem saraf simpatis sehingga menurunkan ukuran dan massa ventrikel kiri. Perubahan ini
menurunkan denyut jantung dan curah jantung. Terapi ini digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan digunakan juga untuk terapi aritmia dan angina
serta dapat mencegah serangan jantung di kemudian hari pada pasien penyakit jantung. Sejumlah uji klinis menunjukkan jika beta blocker diresepkan dan
dimulai dengan tepat, penanganan jangka panjang dengan beta blocker dapat mengurangi gagal jantung kronis, meningkatkan status klinis pasien,
meningkatkan perasaan sehat, mengurangi angka masuk rumah sakit, dan menurunkan mortalitas Gibbs, Davies, dan Lip, 2000
d. Glikosida Digitalis
Terapi ini dikenal pula sebagai
digoksin
yang bekerja dengan menghambat pompa natrium sehingga meningkatkan kadar natrium intraseluler yang
memfasilitasi pertukaran natrium. Kondisi ini akan meningkatkan kalsium sitosolik yang pada akhirnya meningkatkan kontraktilitas miokard sehingga
denyut jantung dapat berfungsi teratur. Terapi ini biasanya digunakan pada pasien yang tidak menunjukkan kemajuan meskipun telah diberi diuretik dan
penghambat ACE. e.
Vasodilator Prinsip kerja obat vasodilator merupakan antagonis neurohormonal, terutama
ACE. Obat ini bekerja dengan mendilatasi otot arteri sehingga dapat mengurangi afterload ventrikel kiri. Vasodilator dapat berupa pil yang ditelan,
tablet kunyah, maupun krim. f.
Penghambat Kanal Kalsium Penghambat kanal kalsium bekerja dengan cara menghambat kalsium menuju
sel jantung dan pembuluh darah sehingga dapat menurunkan kekuatan memompa jantung dan meregangkan pembuluh darah.
g. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mengurangi koagulasi darah, terutama pada pasien dengan emboli arterial sistemik sehingga peredahan darah menjadi lebih
lancar Tierney, McPhee, dan Papadakis, 2002
2.9.2.5 Terapi Non-Farmakologis
Terapi non-farmakologis diberikan pada pasien dengan pemberian terapi oksigen dan perubahan gaya hidup. Terapi oksigen terutama diberikan pada
pasien gagal jantung yang disertai dengan edema pulmonal. Pemenuhan oksigen akan akan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen dan membantu
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Perubahan gaya hidup dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi fisik dan
sebagai penatalaksanaan mandiri terhadap faktor risiko yang meliputi aktivitas fisik, asupan garam dari makanan, penatalaksanaan berat badan, dan
menghentikan kebiasaan merokok Handler dan Coghlan, 2008.
2.9.2.6 Mencegah Influenza dan Pneumonia
Influenza dan pneumonia lebih berbahaya bagi penderita gagal jantung daripada orang sehat. Pneumonia mengganggu penggunaan oksigen dalam tubuh
secara efisien. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sementara orang dengan gagal jantung harus menghindari stress
berat bagi jantungnya. Karena itu, pada klinisi merekomendasikan vaksin influenza dan pneumokokus bagi penderita gagal jantung AHA, 2014.
2.9.3 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan bagi penderita gagal jantung untuk mencegah komplikasi yang lebih berat atau kematian, di antaranya tetap
mengontrol faktor risiko, terapi rutin, dukungan kepada penderita, serta transplantasi jantung. Jika pasien tidak lagi berespon terhadap semua tindakan
terapi dan diperkirakan tidak akan bertahan hidup selama 1 tahun lagi, maka
pasien ini akan dipertimbangkan tranplantasi jantung. Sejak adanya skrining donor jantung yang lebih cermat, maka harapan hidup pasien yang menjalani
transplantasi jantung sangat meningkat. Pada beberapa pusat kesehatan harapan hidup 1 tahun telah mencapai lebih 80-90 dan harapan hidup 5 tahun sekitar
70 Tierney, dkk., 2002. Namun transplantasi jantung hanya digunakan bagi
pasien dengan gagal jantung yang berat Davey, 2006. 2.10 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep pada penelitian tentang Karakteristik Penderita Gagal Jantung di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan
Tahun 2014 adalah sebagai berikut.
KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL JANTUNG
1. Sosiodemografi
Umur Jenis Kelamin
Pekerjaan Tempat Tinggal
2. Keluhan Utama
3. Klasifikasi Gagal Jantung
4. Jenis Penyakit Penyerta
5. Terapi yang Diberikan
6. Frekuensi Rawat Inap
7. Sumber Pembiayaan
8. Lama Rawatan
9. Keadaaan Sewaktu Pulang
10.
Case Fatality Rate
43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan desain
case series
untuk melihat karakteristik penderita gagal jantung.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hadrianus Sinaga Pangururan yang berada di Jalan Jl. dr. Hadrianus
Sinaga No. 86 Kelurahan Pintusona Pangururan Kabupaten Samosir dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini adalah rumah sakit utama yang menjadi
rujukan masyarakat di Kabupaten Samosir.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Mei 2015 sampai dengan Agustus 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh data penderita gagal jantung yang dirawat inap yang tercatat dalam rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Hadrianus Sinaga Pangururan pada tahun 2014 yang berjumlah 103 data penderita.