5.1.6 Frekuensi Rawat Inap
Proporsi rawat inap penderita gagal jantung di RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.8 Diagram Pie Frekuensi Rawat Inap Penderita Gagal Jantung di RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.8 di atas, dapat diketahui bahwa penderita gagal jantung terbanyak dirawat inap sebanyak satu kali 83,5 dan paling sedikit
dirawat inap sebanyak tiga kali 2. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Salim 2013 di RSUP H. Adam Malik Medan dimana frekuensi pasien gagal jantung
untuk mengalami rawat inap ulang di RSUP Haji Adam Malik selama Januari hingga Desember 2012 yang paling banyak ialah 1 kali 81,3. Penderita yang
telah dirawat inap sebanyak satu kali umumnya pulang dengan berobat jalan. Namun pada penderita yang dirawat inap sebanyak lebih dari satu kali disebabkan
perburukan kondisi umum penderita. 83,5
14,5 2
Frekuensi Rawat Inap Penderita Gagal Jantung
1 kali 2 kali
3 kali
5.1.7 Sumber Pembiayaan
Proporsi sumber pembiayaan penderita gagal jantung di RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan tahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5.9 Diagram Pie Sumber Pembiayaan Penderita Gagal Jantung di RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan tahun 2014
Berdasarkan gambar 5.9 di atas, dapat diketahui bahwa proporsi terbesar sumber pembiayaan penderita gagal jantung selama perawatan di rumah sakit
adalah bukan biaya sendiri 69,9, sedangkan pembiayaan sendiri hanya 30,1. Penderita gagal jantung lebih banyak menggunakan sumber pembiayaan
bukan dari biaya sendiri karena rumah sakit RSUD dr. Hadrianus Sinaga Pangururan adalah rumah sakit pemerintah yang melayani pasien dengan ASKES,
BPJS, Jamkesmas, ASKES Sosial, maupun Jamkesda yang saat ini disatukan dalam BPJS. Pelayanan BPJS yang ada saat ini juga memperbesar peluang
penderita memperoleh pengobatan sehingga banyak penderita yang berobat menggunakan layanan BPJS.
69,9 30,1
Sumber Pembiayaan Penderita Gagal Jantung
Bukan biaya sendiri Biaya sendiri
Di sisi lain, penderita yang menggunakan pembiayaan sendiri masih cukup besar mengingat bahwa gagal jantung merupakan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan namun hanya dapat dikontrol untuk mencegah meningkatnya kelas dan memperpanjang hidup penderita sehingga penderita harus berobat secara
teratur seumur hidupnya. Penderita yang menggunakan sumber biaya sendiri ini tidak sedikit yang bekerja sebagai petani atau buruh yang pada umumnya
berpenghasilan menengah ke bawah. Penderita seharusnya menggunakan layanan BPJS untuk setiap kali datang berobat dan melakukan kontrol agar biaya yang
dikeluarkan dapat ditekan. Apalagi saat ini BPJS merupakan program wajib yang harus diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
5.1.8 Lama Rawatan