Perumusan Masalah Sistematika Penulisan Perizinan Usaha

10

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh penulis pada latar belakang, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Impementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Perizinan Usaha Warung Internet di Kota Medan?. 1.3. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Perizinan Usaha Warnet. 2. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Perizinan Usaha Warnet.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Secara subyektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskanya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh selama bangku perkuliahan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi Dinas Komunikasi dan Informasi, Pemerintah dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu terkait implementasi Peraturan Wali Kota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warung Internet. Universitas Sumatera Utara 11 3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

1.4. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan ke dalam 6 bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisikan poin-poin tentang konsep dan teori dan diisi dengan berbagai konsep-konsep penelitian berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisikan profil lokasi penelitian, sejarah singkat, visi dan misi organisasi, struktur organisasi serta tugas dan fungsinya, dan penyajian data. Universitas Sumatera Utara 12

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat-pendapat dari informan yang dianggap kredibel.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, bagian kesimpulam berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan Masalah dinyatakan dalam bentuk saran. Universitas Sumatera Utara 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi

2.1.1. Pengertian Implementasi

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab 2004:68 yang dimaksud dengan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah- perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuansasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkanmengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang-undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan instansi pelaksanaan, kesediaan dilaksanakannya keputusan-keputusan tersebut oleh kelompok-kelompok sasaran, dampak nyata, baik yang dikehendaki atau yang tidak, dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan-badan yang mengambil keputusan, dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting atau upaya untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap undang-undangperaturan yang bersangkutan. Sedangkan menurut Pressman dan Wildavsky dalam Tangkilisan, 2003:17, implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan Universitas Sumatera Utara 14 dengan sarana-sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut, atau kemampuan untuk menghubungkan dalam hubungan kausal antara yang diinginkan dengan cara untuk mencapainya. Implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Definisi lain tentang implementasi diberikan oleh Lineberry dalam Putra 2003:81 yakni tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu dan kelompok yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan.Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi menurut Tangkilisan 2003 : 18 adalah : 1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dijalankan. 2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan. 3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lainya.

2.1.2. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat tercapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang untuk mengimplementasikan kebijakan, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Nugroho, 2003:158. Universitas Sumatera Utara 15 Menurut Mazmanian dan Sabatier Safi ‟i, 2007:144 mengatakan bahwa mengkaji masalah implementasi kebijakan berarti berusaha memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan diberlakukan atau dirumuskan, yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan, baik yang menyangkut usaha-usaha mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau pada kejadian-kejadian tertentu. Pendapat kedua tokoh ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pada hakekatnya tidak hanya terbatas pada tindakan-tindakan atau perilaku badan-badan administratif atau unit birokrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan kepatuhan dari kelompok sasaran target group . Namun demikian hal itu juga memperhatikan secara cermat berbagai jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang berpengaruh pada perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya membawa dampak yang di harapkan maupun yang tidak diharapkan. Setiap perumusan kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Betapa pun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperolehapa dari suatu kebijakan Wahab, 2004:59.Tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Ini Universitas Sumatera Utara 16 menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara perumusan kebijakan dengan implementasi kebijakan dalam arti walaupun perumusan dilakukan dengan sempurna namun apabila proses implementasi tidak bekerja sesuai persyaratan, maka kebijakan yang semula baik akan menjadi jelek begitu pula sebaliknya. Dikemukakan oleh Wahab 2004:51, bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan. Beberapa pemahaman tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa implementasi kebijakan merupakan rangkaian aktifitas dalam rangka membawa kebijakan kepada masyarakat sehingga kebijakan tersebut membawa hasil sebagaimana yang diharapkan. Membicarakan masalah implementasi berarti melihat sejauh mana kebijakan berjalan setelah dirumuskan dan diberlakukan dan dapat dirumuskan bahwa fungsi implementasi ialah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran kebijakan publik diwujudkan sebgai outcome atau hasil akhir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut Wibawa 1994, implementasi kebijakan merupakan keputusan mengenai kebijakan yang mendasar, biasanya tertuang dalam suatu Undang- Undang namun juga dapat berbentuk instruksi instruksi eksekutif yang penting atau keputusan perundangan. Idealnya keputusan-keputusan tersebut menjelaskan masalah-masalah yang hendak ditangani, menentukan tujuan yang hendak dicapai dan dalam berbagai cara “menggambarkan struktur” proses implementasi tersebut. Universitas Sumatera Utara 17 Tujuan implementasi kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah.

2.1.3. Model-model Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut. Menganalisis bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan. Sekalipun banyak dikembangkan model-model yang membahas tentang implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa model implementasi kebijakan yang relatif baru dan banyak mempengaruhi berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli. Berikut beberapa model-model implementasi kebijakan dari berbagai ahli :

1. Model yang dikembangkan oleh George C. Edwards III

Sementara menurut George Edwards III ada empat faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan, antara lain Winarno, 2002:125 : a. Komunikasi Secara umum, Edwards membahas tiga hal penting dalam komunikasi, yakni transmisi, konsistensi dan kejelasan clarity. Transmisi adalah keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah telah diteruskan kepada personil yang tepat. Kejelasan adalah perintah-perintah yang akan dilaksanakan tersebut haruslah jelas misalkan melalui petunjuk-petunjuk pelaksanaan. Konsistensi adalah perintah-perintah tersebut harus jelas dan Universitas Sumatera Utara 18 tidak bertentangan dengan para pelaksana kebijakan agar proses implementasi dapat berjalan lebih efektif. b. Sumber-sumber Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun cenderung tidak efektif. Adapun sumber-sumber yang penting meliputi : 1 Staff Jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kecakapan yang dimiliki oleh para pegawai pemerintah ataupun staf, namun di sisi yang lain kekurangan staf juga akan menimbulkan persoalan yang pelik menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Dengan demikian, tidaklah cukup hanya dengan jumlah pelaksanaan yang memadai untuk melaksanakan suatu kebijakan. Para pelaksana harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. 2 Wewenang Setiap wewenang mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Jika para pejabatbadan pelaksana kebijakan mempunyai keterbatasan wewenang untuk melaksanakan kebijakan maka diperlukan kerjasama dengan pelaksanabadan lain agar program berhasil. Universitas Sumatera Utara 19 3 Fasilitas Fasilitas fisik merupakan sumber yang penting pula dalam proses implementasi. Tanpa bangunan sebagai kantor untuk melaksanakan koordinasi, tanpa perlengkapa, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. 4 Struktur Birokrasi Menurut Edwards, ada dua karakteristik utama dari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedure SOP berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari para pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjasamanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. Fragmentasi adalah tekanan-tekanan di luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi-birokrasi pemerintah .

2. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn, Yang

Disebut Sebagai Model Proses Implementasi Kebijakan. Meter dan Horn dalam teorinya ini beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang mempertalikan kebijakan dengan Universitas Sumatera Utara 20 prestasi kerja. Kedua ahli ini menegaskan pula pendiriannya bahwa perubahan, kontrol dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Van Meter dan Van Horn dalam Subarsono, 2005:99 ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu: a Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi misi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi. b Sumber daya Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. c Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu perlu koordinasi dan kerja sama antara instansi bagi keberhasilan suatu program. d Karakteristik Agen Pelaksana Agen pelaksana mancakup struktur birokrasi, Standard Operating Procedure SOP, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi Universitas Sumatera Utara 21 dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program. e Kondisi sosial, ekonomi dan politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok- kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. f Disposisi Implementor Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: i. Respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, ii. Kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan iii. intensitas disposisi implementor, yakni prefansi nilai yang dimiliki oleh implementor. Variabel-variabel kebijakan bersangkutan paut dengan tujuan-tujuan yang telah digariskan dan sumber-sumber yang tersedia. Pusat perhatian pada badan- badan pelaksana meliputi baik organisasi formal maupun informal, sedangkan komunikasi antara organisasi terkait beserta kegiatan-kegiatan pelaksanaannya mencakup antara hubungan di dalam lingkungan sistem politik dan dengan para pelaksana mengantarkan kita pada pemahaman mengenai orientasi dari mereka yang mengoperasionalkan program di lapangan Subarsono, 2005:99. Universitas Sumatera Utara 22 Model implementasi inilah yang akan digunakan penulis di lapangan untuk menganalisis proses implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011. Alasan penulis menggunakan model ini karena variabel ataupun indikator yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn merupakan variabel yang bisa menjelaskan secara komprehensif tentang kinerja implementasi dan dapat lebih kongkret dalam menjelaskan proses implementasi yang sebenarnya.

2.2. Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial

2.2.1. Kebijakan Publik

Secara umum, kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan sosial. Kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih, pertahanan dan keamanan merupakan beberapa contoh kebijakan publik. Literatur mengenai kebijakan publik telah banyak menyajikan berbagai definisi kebijakan publik, baik dalam arti luas maupun sempit. Dye yang dikutip Young dan Quinn 2002:5 memberikan definisi kebijakan publik secara luas, yakni sebagai whatever governments choose to do or not to do. Sementara itu, Anderson yang juga dikutip oleh Young dan Quinn, menyampaikan definisi kebijakan publik yang relatif lebih spesifik, yaitu sebagai a purposive course of action followed by an actor or set of actors in. dealing with a problem or matter of concern. Untuk memahami berbagai definisi kebijakan publik, ada baiknya jika kita membahas·beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik : a Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis dan finansial untuk melakukannya. Universitas Sumatera Utara 23 b Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata.· Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di masyarakat. c Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu Suharto, 2010:44

2.2.2. Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial merupakan kebijakan publik dalam bidang kesejahteraan sosial. Makna kebijakan pada kata kebijakan sosial adalah kebijakan publik, sedangkan makna sosial menunjuk pada bidang atau sektor yang menjadi garapannya, dalam hal ini adalah sektor atau bidang kesejahteraan sosial Suharto, 2008. Sebagai sebuah kebijakan publik, kebijakan sosial memiliki fungsi preventif pencegahan, kuratif penyembuhan, dan pengembangan developmental. Kebijakan sosial dalah ketetapan yang didesain secara kolektif untuk mencegah terjadinya masalah sosial fungsi preventif, mengatasi masalah Universitas Sumatera Utara 24 sosial fungsi kuratif dan mempromosikan kesejahteraan fungsi pengembangan sebagai wujud kewajiban negara state obligation dalam memenuhi hak-hak sosial warganya Suharto, 2005. Kebijakan sosial diartikan sebagai kebijakan yang menyangkut aspek sosial dalam pengertian spesifik, yakni yang menyangkut bidang kesejahteraan sosial. Pengertian kebijakan sosial seperti ini selaras dengan pengertian perencanaan sosial sebagaimana dikemukakan oleh Conyers 1992. Menurut Conyers, perencanaan sosial adalah perencanaan perundang-undangan tentang pelayanan kesejahteraan sosial yang pertama kali muncul di Eropa Barat dan Amerika Utara. Sehingga meskipun pengertian perencanaan sosial diintegrasikan secara meluas, di masyarakat Barat berkembang anggapan bahwa perencanaan sosial senantiasa berkaitan erat dengan perencanaan kesejahteraan sosial Suharto, 2010:9-10. Beberapa ahli seperti Marshall, Rein, Huttman, Magill, Spicker, dan Hill juga mengartikan kebijakan sosial dalam kaitannya dengan kebijakan kesejahteraan sosial. a Kebijakan sosial merupakan bagian dari kebijakan publik public policy . Kebijakan publik meliputi semua kebijakan yang berasal dari pemerintah, seperti kebijakan ekonomi, transportasi, komunikasi, pertahanankeamanan militer, serta fasilitas-fasilitas umum lainnya air bersih, listrik. Kebijakan sosial merupakan satu tipe kebijakan publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial Magill, 1986. Universitas Sumatera Utara 25 b Kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengantindakan yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan keuangan Marshall,1965. c Kebijakan sosial adalah perencanaan untuk mengatasi biaya-biaya sosial, peningkatan pemerataan, dan pendistribusian pelayanan danbantuan sosial Rein, 1970. d Kebijakan sosial adalah strategi-strategi, tindakan-tindakan, atau rencana- rencana untukmengatasi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial Huttman, 1981. e Kebijakan sosial adalah kebijakan yang berkaitan dengan kesejahteraan welfare, baik dalam arti luas, yang menyangkut kualitas hidup manusia, maupun dalam arti sempit, yang menunjuk pada beberapa jenis pemberian pelayanan kolektif tertentu guna melindungi kesejahteraan rakyat Spieker, 1995. f Kebijakan sosial adalah studi mengenai peranan negara dalam kaitannya dengan kesejahteraan warganya Hill, 1996. Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Universitas Sumatera Utara 26 Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik. Proses pembuatan suatu kebijakan diawali dengan penyusunan agenda yang menempatkan berbagai masalah ke dalam sebuah agenda kebijakan yang selanjutnya akan dibahas oleh para pembuat kebijakan untuk menghasilkan alternatif pemecahan masalah yang akan dibahas pada tahap formulasi kebijakan. Setelah memperoleh alternatif terbaik, maka alternatif tersebut dirumuskan ke dalam bentuk kebijakan yang selanjutnya akan diimplementasikan oleh para pelaksana kebijakan. Kebijakan yang telah dilaksanakan tersebut selanjutnya akan dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Berdasarkan bebrapa literatur yang dibaca adapun tahap- tahap kebijakan publik adalah : Universitas Sumatera Utara 27 Penyusunan Agenda Formulasi Kebijakan Pembuatan Kebijakan Implementasi Kebijakan Evaluasi Kebijakan Implementasi kebijakan merupakan tahap yang paling penting dan krusial dari alur proses kebijakan di atas, sehingga harus mendapat perhatian lebih dari para pembuat maupun pelaksana suatu kebijakan. Tahap ini merupakan kunci keberhasilan proses pembuatan suatu kebijakan akan mencapai tujuannya atau tidak. Jika sebuah kebijakan sudah diformulasikan dan dibuat secara tepat kemungkinan kegagalan pun masih bisa terjadi jika proses implementasi tidak berjalan dengan tepat. Bahkan sebuah kebijakan yang sangat brilliant sekalipun jika diimplementasikan dengan buruk, maka kebijakan tersebut bisa gagal untuk mencapai tujuan para perancangnya. Universitas Sumatera Utara 28

2.3 Perizinan Usaha

Peraturan Daerah Kota Medan No. 10 Tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha, yang dimaksud izin tempat usaha adalah suatu izin yang diterbitkan walikota atau pejabat yang ditunjuk dan diberikan kepada orang badan hukum untuk menggunakan suatu tempat tertentu guna melakukan kegiatan usaha yang bersangkutan menurut peraturan perundang-undangan diharuskan memperoleh izin terlebih dahulu. Izin Usaha bertujuan : a. Supaya pemerintah dapat memberikan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan dalam kegiatan usaha. b. Agar pemerintah dapat menjaga ketertiban dalam usaha baik ditinjau dari segi lokasi maupun hubungan dengan perkembangan perekonomian dan kelestarian lingkungan. Undang-undang No. 18 Tahun 2007 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyatakan bahwa retribusi digolongkan jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Retribusi perizinan tertentu adalah : 1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka azas desentralisasi, 2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum, 3. Biaya yang menjadi beban dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negara dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan. Universitas Sumatera Utara 29 Menurut Suparmoko 2002:85 Retribusi izin tertentu adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pemerintah Indonesia lewat Departemen Perdagangan menerbitkan surat keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1458KPXII1984 tentang perizinan usaha. Izin-izin usaha yang dikeluarkan pemerintah sebenarnya sangat banyak. Diantaranya adalah Surat Izin Tempat Usaha SITU, Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP, Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, Nomor Registrasi Perusahaan NRP atau Tanda Daftar Perusahaan TDP. Prosedur pengurusan SITU : 1. Pemohon mengisi formulir SITU dilampiri izin tertulis tetangga disebelah kanan, kiri, depan, belakang yang berisi tidak keberatan dengan usahanya. 2. Formulir pemohonan SITU dimintakan izin kelurahan dan kecamatan untuk disahkan. 3. Formulir SITU diajukan ke kotamadya. Setahun sekali dilakukan registrasi ulang. 4. Membayar izin berdasarkan Perda 17PD1976 nomor 35PD1977. Syarat-syarat dalam pembuatan SITU berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1458KPXII1984 tentang perizinan usaha : 1. Syarat keamanan a. Dalam perusahaan harus disediakan alat pemadam kebakaran. b. Perusahaan yang kegiatannya menyediakan bahan-bahan uang mudah terbakar, harus menyimpan barang-barang tersebut dengan aman. Universitas Sumatera Utara 30 c. Bangunan perusahaan harus terdiri atas bahan-bahan yang tidak mudah terbakar. d. Harus mengikuti dan mentaati undang-undang keselamatan kerja 2. Syarat kesehatan a. Harus memelihara dan menjaga kebersihan dan kesehatan. b. Harus menyediakan tempat kotoran atau sampah yang tertutup. c. Harus mencegah kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan hidup. d. Harus menyediakan alat-alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan P3A. 3. Syarat ketertiban a. Harus menjaga ketertiban. b. Dilarang menyiapkan barang-barang dipinggir jalan umum. c. Melebihi ketentuan jam kerja, dapat dilakukan dengan izin khusus. 4. Syarat-syarat lain a. Perusahaan diwajibkan untuk mengutamakan tenaga kerja dan penduduk disekitarnya yang mempunyai KTP. b. Harus menjaga keindahan lingkungan dan menjaga penghijauan. Perusahaan yang melanggar syaratsyarat tersebut diatas, berakibat SITU-nya akan dicabut dan dikenakan tindakan ditutupnya perusahaan. Universitas Sumatera Utara 31 2.4. Perilaku Menyimpang 2.4.1. Pengertian Perilaku Menyimpang

Dokumen yang terkait

Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Medan No 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warung Internet

0 5 105

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

0 0 10

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

0 0 2

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

0 0 12

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

0 0 31

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

0 0 3

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

0 0 12

Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Medan No 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warung Internet

0 0 12

Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Medan No 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warung Internet

0 0 1

Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Medan No 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warung Internet

0 0 27