28
Keempat  kecamatan  ini  dihuni  oleh  berbagai  suku,  antara  lain:  suku Melayu 2.382 jiwa, Karo 425 jiwa, Simalungun 295 jiwa, Batak Toba 45.695
jiwa,  Mandailing  4.612  jiwa,  Pakpak  164  jiwa,  Nias  6.293  jiwa,  Jawa  5.283 jiwa,  Minangkabau  8.793  jiwa,  Cina  3.496  jiwa,  Aceh  2.613  jiwa,  dan  suku
lainnya 1.690 jiwa, Total jumlah keseluruhan adalah 81.699 jiwa.
2.2 Unsur Kebudayaan Suku Pesisir
Unsur  Kebudayaan  Suku  Pesisir  di  Kota  Sibolga  meliputi:  1  adat- istiadatPesisir  dikenal  dengan  adat  sumando  2  kesenian  Pesisir  terdiri  dari
keseniansikambang,yaitu  tari-tarian,  alat  musik,  lagu  dan  tata  rias  pengantin, pelaminan, dan pernak-pernik pelaminan; 3 masakan khas pesisir seperti kue
dan  gulei  Pasaribu  2008:54,  81,  273.  Berikut  ini  disajikan  beberapa  unsur kebudayaan Suku Pesisir Kota Sibolga.
2.2.1 Adat Istiadat
Menurut  Panggabean  1995:193,  adat  sumando  berasal  dari  Pulau Poncan  yang  diawali  dengan  perpindahan  penduduk  dari  Poncan  ke  Sibolga
dan  kemudian  berkembang  ke  seluruh  daerah  Tapanuli  Tengah.  Istilah sumando  berasal  dari  kata  suman  dalam  bahasa  Batak  berarti  serupa,  atau
terjemahan  bebasnya  di  pasuman-suman.  Selanjutnya  kata  suman  berubah menjadi  kata  sumandoartinya  hampir  serupa  tetapi  tidak  sama  dengan  adat
yang ada pada suku Minangkabau di Sumatera Barat. Pada  mulanya,  adat  yang  tertinggi  berada  pada  Raja  atau  Kuria.
Selanjutnya,  tingkat  pelaksanaan  adat  berada  pada  empat  lapisan,  yaitu  fakir
Universitas Sumatera Utara
29
miskin  dada,  orang  miskin  lamukku,  orang  kaya  ata,  dan  keturunan  raja bare.
Menurut Soedarsono dalam Pasaribu 2008:54, adat-istiadat  mengatur dan  memberi  arah  kepada  tindakan  dan  karya  manusia,  baik  pikiran-pikiran
dan  ide-ide,  maupun  tindakan  dan  karya  manusia  yang  menghasilkan  benda- benda  kebudayaan  dan  fisiknya.  Dengan  demikian  adat-istiadat  merupakan
hasil  ide  dan  tindakan  manusia  yang  diarahkan  menjadi  kebiasaan  dari masyarakat penghasil ide tersebut.
Adat  sumando  ad alah  ―campuran‖  dari  Hukum  Islam,  Minangkabau,
dan  adat  Batak.  Ini  berarti  bahwa  semua  hal-hal  yang  baik  diterima  dan  yang tidak  sesuai  dengan  tata  krama  dan  sikap  hidup  sehari-hari  masyarakat  suku
Pesisir  diabaikan.  Hal  tersebut  sesuai  dengan  konsep  sumando  yakni  adat bersandi  syarak  dan  syarak  bersandi  kitabullah,  artinya  adat  berdampingan
dengan  kebiasaan  atau  perilaku  dan  perilaku  berdasarkan  kepada  kitab  Allah Sitompul, 2013:9
2.2.2 Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasih,  untuk  bahasa  yang dipakai  oleh suku Pesisir di Kota Sibolga adalah bahasa Pesisir. Bahasa Pesisir merupakan bahas
yang  hidup  dalam  masyarakat  pesisir  Kota  Sibolga  dan  di  pakai  untuk berkomunikasi.  Selain  diterapkan  dalam  percakapan  sehari-hari,  peranan
bahasa  pesisir  memiliki  cakupan  yang  sangat  luas  terhadap  budaya  Pesisir, diantaranya  untuk  sambutan  tamu,  perkawinan,  nasihat,  ajaran  moral
Universitas Sumatera Utara
30
pribahasa, seni sikambang, pantun, syair,cerita rakyat legenda, dan silsilah atau jenjang tutur dalam keluarga baso
3
. Bahasa  Pesisir  digunakan  secara  lisan  maupun  tulisan  untuk
menyampaikan  maksud  dan  tujuan  sehingga  tercapai  rasa  saling  pengertian saat  berkomunikasi.  Menurut  Emi  Tanjung,  bahasa  pesisir  merupakan
perwujudan hubungan
persaudaraan yang
penuh keakraban
dalam penyampaian pesan dan kesan. Yang dapat tercapai melalui ucapan yang indah
dan  mengandung  petatah-petitih  yang  dapat  menyentuh  perasaan  orang  yang mendengarkannya.
2.2.3 Sistem Religi