41
penggunting rambut ini dilakukan oleh beberapa orang yaitu: 1 angkunyo, 2 ucinyo, 3 ayanyo, 4 umaknyo, 5 Ustad, 6 janang, dan 7 tetangga.
Gunting yang digunakan untuk memotong rambut sang anak disimpan di dalam buah kelapa muda tujuannya agar gunting tersebut bersih
dari karatan yang menempel di gunting. Menurut penjelasan para informan, air kelapa muda mampu membersihkan karat gunting tersebut.
3.2.2 Pemberian Nama
Pada upacara turun karai suku Pesisir pemberian nama adalah salah satu hal yang dilakukan dalam upacar turun karai tersebut. Tujuan dari
pemberian nama tersebut sebagai tanda atau identitas yang mempermudah dalam mengingat dan menganalisis sesuatu. Tanpa ada nama, manusia merasa
kesulitan dalam mengenali sesuatu. Menurut ajaran agama Islam pemberian nama digandengkan dengan upacaraaqiqah penyembelihan hewan pada saat
kelahiran bayi. Orang tua muslim tentunya tidak lepas dari tiga hal secara bersamaan, yakni memenuhi kewajiban alami, menaati perintah agama, dan
mendidik kesalehan anak. Manusia yang pertama kali diciptakan oleh Allah pun tidak lepas dari
kewajiban alami. Allah SWT memberi nama Adam dan benda-benda yang berkenaan atau mengelilingi kehidupan beliaupun oleh Allah SWT diberikan
nama sendiri yang kemudian diberitahukan kepada beliau. Dengan demikian, ketika menamai anak para orang tua muslim tidak terlepas dari tujuan untuk
memenuhi kewajiban alami, anak tersebut itu belum terbilang sebagai
Universitas Sumatera Utara
42
manusiasempurna atau manusia yang lengkap. Dengan nama yang diberikan itulah, maka anak terlengkapi unsur kemanusiaannya.
3.2.3 Mambuekan Anak
Pada masyarakat Pesisir Sibolaga mambuekan anak adalah hal yang wajar dan selalu dilakukan, terutama pada saat upacara turun karai. Dalam
upacar turun karai, anak dibuaikan dengan menggunakan sehelai kain sarung panjang. Namun kini jika di tinjau dari konteks budaya dalam upacara turun
karai, mambuekan anak menggunakan kain sarung panjang sudah berkurang. Kebanyakan dalam upacara yang sekarang ini sudah menggunakan buaian
berbentuk keranjang dari besi. Hal ini dipengaruhi oleh kemajuan zaman, yang memilih keefisienan waktu dan ekonomi yang semakin meningkat.
Mambuekan anak pada masyarakat suku Pesisir adalah sesuatu hal yang dilakukan sebagai simbol rasa syukur kepada Allah SWT, dimana telah
memberikan keturunan kepada sebuah keluarga. Selain itu juga masyarakat Pesisir percaya bahwa kelahiran seorang anak di dalam keluarga mereka adalah
juga sebagai ―kelahiran‖ seorang Nabi Muhamamd SAW. Dalam hal ini kedua orang tua anak tersebut berharap jika sudah besar nanti mengikuti ketauladanan
Nabi Muhammad SAW. Dalam proses mambuekan anak ada lagu yang dilantunkan oleh seorang
janang kepada anak tersebut. Lagu tersebut berjudul Ayun-ayun Tajak berupa vokal tanpa instrumen, yang syairnya diambil dari 2 bait pantun lama yang
berisih nasehat-nasehat. Namun, tujuan dari lagu tersebut bukan hanya untuk menidurkan anak semata melainkan untuk orang-orang tua yang mendengar
Universitas Sumatera Utara
43
Agar kelah mereka dapat membimbing anak-anak mereka sesuai dengan ajaran agama. Seperti sepenggal lagu Ayun-ayun Tajak berikut ini:
Bue... bue.... Ayun tajak buekan tajak
Tajak datang dari jao Ayun anak buekan anak
anak satimbang jongon nyawo [Buai… buai…
Ayun tajak buaikan tajak Tajak datang dari jauh
Ayun anak buaikan anak Anak setimbang beserta nyawa]
Jika, diartikan sebagai bentuk rasa sayang seorang ayah atau ibu kepada anaknya, yang tak bisa ditukar dengan apapun. karena dimatanya anak tersebut
sangat berharga. yang tak bisa tergantikan dengan apapun yang ada di dunia ini.
Seorang janang biasanya melantunkan pantun yang dinyanyikannya sesuai dengan keadaan yang dia lihat. Salah satu contohnya pada waktu
upacara turun karai berlangsung janang tidak melihat Ayah nya ikut melantunkan doa melalui bacaan ayat-
ayat Alqur’an maka sang janang akan menyindir sang ayah dengan pantun yang dia lantunkan. Ia berharap sang
anak tidak mengikuti kebiasaan buruk sang ayah dengan syair pantun berikut.
Universitas Sumatera Utara
44
Bue...bue …
Sambah kami sambah pendatang Kacang pitulo basagi-sagi
Lakke anak gadang Bia sikkola mangaji
[Buai … buai … Sembah kami sembah pendatang
Kacang pitulo bersegi-segi Sesudah anak nanti besar
Biarlah sekolah dan mengaji]
Universitas Sumatera Utara
45
Gambar3.1 Orang Anak, Induk Inang, Janang, dan Para Kerabat
Berkumpul di Depan Rumah untuk Bersiap Berangkat ke Masjid
Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 3.2 Suasana Pengarakan Orang Tua dan Anak menuju Masjid
Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 3.3 Di Gerbang Masjid SiIbu Menggendong Anak
Didampingi Ibunya dan Induk Inang
Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
Kebiasaan dalam suku Pesisir terutama dalam upacara turun karai di Pesisir Sibolga dalam membawa anak menuju masjid untuk menginjakkan kaki
sang anak pertama kali adalah sang ibu. Karena masyarakat Pesisir masih percaya bahwa sang ibu lebih punya rasa yang kuat terhadap anaknya
dikarenakan sang ibu sudah lebih dahulu merasakan reaksi-reaksi sang anak di dalam kandungan selama 9 bulan lamanya.
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 3.4 Sang Anak Menginjakkan Kaki untuk Pertama Kali di Pintu Masjid
yang Dibantu oleh Induk Inang
Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
Pada upacara ini induk inang sangat berperan penting, karena induk inanglah yang mengarahkan dan memberitau apa-apa saja yang harus
dilakukan dari setiap tahap-tahap yang sudah dilalui oleh karena itu peran induk inang sangat dibutuhkan dalam upacara ini.
Universitas Sumatera Utara
49
Gambar 3.5 Proses Pemberian Upa-upa kepada Sang Anak dari Ucinyo
Sumber: Dokumentasi penulis 2015
Pemberian upa-upa oleh ucinyo dan para kerabat yang datang pada upacara turun karai merupakan simbol agar kelak sang anak selalu diberkati Allah
SWT dan hormat kepada ibu dan ayahnya. Bahan-bahan yang selalu ada dalam acara turun karai, terutama waktu
membawa sang anak dari rumah sang anak ke Masjid yang diletakkan diatas Dulangtapak besar biasanya berupa: 1 beras kuning, 2 sangkuno, 3
pisang sesisir, 4 itak-itak, 5 sirih, 6 jeruk nipis, dan 7 kelapa muda. Sedangkan untuk peralatannya berupa: 1 gunting, 2 cermin, dan 3
dulangtapak besar. itak-itak tersebut dibagi-bagikan kepada anak-anak yang mengikuti acara pengarakan yang dimulai dari rumah menujuh ke masjid.
Universitas Sumatera Utara
50
Gambar 3.6 Sang Ibu Memangku Anaknya Setelah Dilakukan
Pengguntingan Rambut
Sumber: Dokumentasi penulis 2015
Setelah acara pengguntingan rambut selesai maka sang ibu diijinkan untuk pertama kali mengendong anaknya setelah pengguntingan rambut.
Kemudian sang ibu di suruh makan dengan hidangan seekor ayam yang sudah dimasak, yang dilanjutkan oleh para keluarga, kerabat dan tetangga untuk
makan siang.
Universitas Sumatera Utara
51
Acara selanjutnya pun dilakukan setelah makan siang dan sholat. Untuk membuekan anak untuk membawa sang anak tertidur pulas. Disesi inilah
seorang janang perperan aktif, sambil mengayunkan anak dalam buaian tersebut. janang pun melantunkan pantun-pantun yang dinyanyikannya secara
vokal tanpa iringan instrumen yang berisi nasehat-nasehat.
Gambar 3.7 Saat Anak Akan Dibuekan di Atas Buaian Berupa Kain Panjang
Sumber: Dokumentasi Penulis 2015
3.3 Komponen Upacara Turun Karaisuku Pesisir