Regangan Dasar Pemodelan Struktur

I 2 I = σ xx . σ yy + σ yy . σ zz + σ zz . σ xx - σ 2 xy - σ 2 yz - σ 2 zx 2.44b 3 Di mana I = σ xx . σ yy . σ zz - σ xx σ 2 yz - σ yy . σ 2 zx - σ zz . σ 2 xy +2. σ xy . σ yz . σ zx 2.44c 1, I 2 , I 3 I merupakan tegangan invariant pertama, kedua dan ketiga, dengan menyamakan sistem koordinat ke dalam arah-arah utama maka, tegangan invariant dapat dituliskan ke dalam persamaan berikut: 1 = σ nn R 1 + σ nn R 2 + σ nn R 3 I 2.45a 2 = σ nn R 1 . σ nn R 2 + σ nn R 2 . σ nn R 3 + σ nn R 3 . σ nn R 1 I 2.45b 3 = σ nn R 1. σ nn R 2 . σ nn R 3

2.10 Regangan

2.45c Regangan merupakan nilai yang digunakan untuk menghitung intensitas deformasi, sama halnya dengan tegangan, regangan juga digunakan untuk menentukan gaya dalam. Regangan umumnya dapat dibagi menjadi dua yaitu regangan normal dan regangan geser. Regangan normal dilambangkan dengan epsilon, ε, regangan normal digunakan untuk menghitung perubahan ukuran seperti perpanjangan pada saat terjadinya deformasi, sedangkan regangan geser dilambangkan dengan gamma γ, regangan geser ini digunakan untuk menghitung perubahan bentuk seperti perubahan sudut yang diakibatkan geser pada bagian badan selama perubahan bentuk terjadi. Regangan atau deformasi dapat dihasilkan oleh tegangan, perubahan temperatur, atau perubahan fisik yang menyebabkan penyusutan atau pengembangan. Regangan pada umumnya tidak memiliki satuan, untuk regangan normal regangan dinyatakan dalam mmmm, inchinch, micro-inchinch Universitas Sumatera Utara μ inin, sedangkan untuk regangan geser dinyatakan dalam microradian, μ di mana micro merupakan 10 -6 Dalam eksperimen-eksperimen yang dilakukan, umumnya akan lebih mudah melakukan pembatasan terhadap regangan dibandingkan dengan melakukan pembatasan terhadap tegangan. Dengan mendapatkan nilai dari suatu regangan, maka nilai suatu tegangan bisa didapatkan melalui hubungan tegangan dan regangan. Alat untuk mengukur regangan pada kegiatan eksperimen adalah strain gauge. .

2.11 Hubungan Tegangan-Regangan

Hubungan tegangan-regangan akan mudah digambarkan ketika dalam kondisi plastis, namun ketika material dalam kondisi plastis maupun elastis-plastis hubungan antara tegangan dan regangan akan sulit digambarkan karena sudah tidak linear lagi. Pada Gambar 2.14 berikut dapat dilihat kenaikan tegangan dan regangan material. Gambar 2.14. Kenaikan Tegangan dan Regangan Structural Plasticity, Chen, W.F dkk Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 2.14 di atas dapat dilihat bahwa regangan d ε tersusun atas dua bagian yaitu, d ε e dan d ε p , dimana d ε e adalah kenaikan regangan elastis sedangkan d ε p merupakan kenaikan regangan plastis. Hubungan kenaikan tersebut dapat dituliskan secara umum sebagai berikut: �� = �� � + �� � 2.46 �� = � � . �� = �. �� � = � � … . �� � 2.47 � � = �� �� 2.48 � � = �� �� � 2.49 dengan, dσ = Kenaikan Tegangan yang bersesuaian, E = Modulus Young, E t = Modulus Tangensial, E p = Modulus Plastis. Hubungan antara Modulus Young E, Modulus tangensial E t dan Modulus plastis E p dapat dituliskan sebagai berikut: 1 � � = 1 � + 1 � � 2.50 atau � � = �.� � �+ � � ; � � = �.� � �−� � 2.51 Dalam menganalisis hubungan tegangan-regangan dalam kondisi elastik-plastis dengan pembebanan monotonik, dapat dilakukan dengan beberapa model antara lain: Elastic-Perfectly Plastic Model, Elastic-Linearly Hardening Model, Elastic- Exponential Hardening Model, Ramberg-Osgood Model. Universitas Sumatera Utara

2.11.1 Elastic – Perfectly Plastic Model

Model ini mengabaikan work hardening sehingga kondisi plastis akan di mulai pada saat tegangan mencapai tegangan leleh � �0 , persamaan untuk model ini dapat dituliskan sebagai berikut: � = � E Untuk kondisi σ � �0 2.52 � = � E + � Untuk kondisi σ = � �0 2.53 dimana nilai � adalah bernilai positif.

2.11.2 Elastic – Linearly Hardening Model

Model ini mengasumsikan modulus tangensial bersifat konstan dan hubungan tegangan-regangan di gambarkan dalam suatu garis lurus: � = � E Untuk kondisi σ ≤� �0 2.54 � = � E + 1 E t σ - � �0 Untuk kondisi σ � �0 2.55

2.11.3 Elastic – Exponential Hardening Model

Dalam model ini hubungan tegangan-regangan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu untuk kondisi elastis dan untuk kondisi elastis-plastis: σ = E. � Untuk kondisi σ ≤� �0 2.55 σ = k � � Untuk kondisi σ � �0 2.56 di mana nilai k dan n merupakan konstanta ditentukan dari curve-fitting dari hasil eksperimen. Universitas Sumatera Utara

2.11.4 Ramberg - Osgood Model

Model ini menampilkan transisi hubungan tegangan-regangan dari kondisi elastis ke kondisi plastis. Persamaan tegangan-regangan untuk model ini adalah sebagai berikut: � = � E + a � � � � � 2.56 Di mana a, b dan n merupakan konstanta material yang diperoleh dari pencocokan kurva hasil eksperimen. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Dasar Pemodelan Struktur

Pada tesis ini, struktur dimodelkan sebagai bangunan sistem portal terbuka dengan penahan gaya lateral gempa menggunakan tipe rangka Eccentrically Braced Frame EBF jenis D-Braced, yaitu EBF dengan link geser. Model direncanakan memiliki 3 lantai dan 3 bentang dengan tinggi lantai masing-masing 3,8 m. Sistem rangka Eccentrically Braced Frame EBF jenis-D diletakkan pada bagian tengah bentang untuk seluruh lantai. Pemodelan struktur ini dilakukan dengan menggunakan software SAP2000. Bentuk geometri struktur rangka Eccentrically Braced Frame EBF merupakan struktur rangka yang terdiri dari kolom, balok, bracing pengaku miring, dan link. Pada struktur jenis-D, elemen link terletak dibagian sudut, diantara kolom dan bracing yang dihubungkan ke ujung kolom bawah pada masing-masing lantai, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.1.Link merupakan komponen struktur yang mengalami deformasi paling besar akibat beban lateral, karena memikul momen lentur dan geser yang paling besar diantara komponen struktur lainnya. Hal ini memungkinkan link berperan sebagai pendisipasi energi akibat gempa, melalui plastifikasi yang dialaminya, sementara momen lentur dan gaya geser maupun aksial pada komponen struktur lainnya relatif masih rendah. Deformasi inelastik yang dialami link dapat berupa deformasi lentur atau geser, dan ditunjukkan dengan besarnya sudut rotasi plastik yang terbentuk diantara sumbu balok dan sumbu link. Universitas Sumatera Utara Desain dilakukan dengan mengacu kepada beberapa peraturan sebagai berikut: a. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. b. Tata Cara Perencanaan Struktur Tahan Gempa. c. Spesification for StructuralSteel BuildingAISC 360-05. d. Seismic Provision for Steel BuildingAISC 341-05. Gambar 3.1 Pemodelan Struktur Bangunan SRBE 3 Lantai 5000 400 3800 3800 3800 400 400 WF 200.150.6.9 WF 200.150.6.9 WF 200.150.6.9 W F 3 .2 .8 .1 2 W F 3 .2 .8 .1 2 W F 3 .2 .8 .1 2 W F 3 .2 .8 .1 2 W F 3 .2 .8 .1 2 W F 3 .2 .8 .1 2 Universitas Sumatera Utara Pada tahap awal dilakukan perhitungan manual komponen SRBE berdasarkan prinsip desain kapasitas. Pada prinsip desain kapasitas, elemen struktur lainnya didesain berdasarkan kapasitas dari link yang akan digunakan sehingga elemen link selalu menjadi yang paling lemah, dan elemen lainnya diharapkan masih bersifat elastis apabila struktur mengalami gaya lateral sampai dengan link mencapai kapasitasnya. Perhitungan manual komponen SRBE dengan prinsip desain kapasitas, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A. Setelah itu, struktur dimodelkan pada SAP2000 dan dilakukan analisis struktur untuk mengetahui gaya dalam, perpindahan yang terjadi, dan pengecekan kekuatan elemen struktur. Pengecekan kekuatan komponen struktur dilakukan dengan mengecek strength ratio elemen. Apabila nilainya kurang dari 1 maka profil yang digunakan masih kuat, sedangkan bila melebihi 1 maka elemen struktur sudah runtuh failure sehingga harus diubah dengan cara coba-coba sampai seluruh elemen struktur lolos dalam pemeriksaan strength ratiodan diperoleh desain yang ekonomis. Hasil dari perhitungan tersebut di atas yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1 Dimensi Penampang Elemen Struktur Elemen Struktur Dimensi Penampang Link WF.200.150.6.9 BresingBracing WF.200.150.6.9 BalokBeam WF.200.150.6.9 KolomColumn WF.300.200.8.12 PengakuStiffener Pelat tebal 6 mm Sumber: Data olahan Universitas Sumatera Utara Setelah diperoleh dimensi struktur hasil dari desain kapasitas, kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan numerik. Analisis numerik ini dilakukan dengan menggunakan software berbasis elemen hingga yaitu MSC NASTRAN. Gambar 3.2 Konfigurasi Struktur Dalam Program MSC NASTRAN Tahapan proses yang dilakukan dalam pengkajian secara numerik terhadap perilaku dan kinerja struktur rangka berpengaku eksentris SRBE yaitu sebagai berikut: 1. Tahap Input: - Pemodelan system portal SRBE. - Pemilihan elemen. - Pemodelan property material. - Pembebanan monotonik. Universitas Sumatera Utara - Pembebanan siklik cyclic. 2. Tahap Output: - Kurva beban vs perpindahan. - Kurva hysteresis beban vs perpindahan. - Distribusi tegangan. 3. Tahap Hasil: - Perbandingan kekuatan, kekakuan dan daktilitas. - Disipasi energi. - Analisis dan kesimpulan.

3.2 Pemodelan Material