Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik

commit to user 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan aktivitas-aktivitas pokok atau seluruh sarana prasarana dan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Kebijakan publik sendiri menurut Thomas Dye dalam Subarsono 2005:2 adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan publik policy is whatever governments choose to do or not to do. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta serta kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah. Menurut Carl Fredrich dalam Budi Winarno 2002: 16, kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan- hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau untuk merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud terteantu. Kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga kelompok maupun individu. Menurut James Anderson Budi Winarno, 2002:16, kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu commit to user 14 persoalan. Konsep kebijakan ini lebih memusatkan pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan diantara alternatif yang ada. Adapun kebijakan publik menurut Anderson dalam Hanif Nurcholis 2005:159 mengartikan kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Selanjutnya, Anderson menjelaskan bahwa terdapat lima hal yang berhubungan dengan kebijakan publik, antara lain : b. Pertama, tujuan atau kegiatan yang berorientasi tujuan haruslah menjadi perhatian utama pelaku acak atau peristiwa yang tiba-tiba terjadi. c. Kedua, kebijakan merupakan pola model tindakan pejabat pemerintah mengenai keputusan-keputusan diskresinya secara terpisah. d. Ketiga, kebijakan harus mencakup apa yang secara nyata pemerintah perbuat, bukan apa yang mereka maksud untuk berbuat, atau apa yang mereka katakana akan dikerjakan. e. Keempat, bentuk kebijakan bisa berupa hal yang positif atau negative. f. Kelima, kebijakan publik dalam bentuknya yang positif didasarkan pada ketentuan hukum dan wewenang. Sedangkan commit to user 15 tujuan kebijakan publik adalah dapat dicapai kesejahteraan masyarakat melalui peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan dengan proses kebijakan publik, yaitu : perumusan kebijakan, implementasi kebijakan dan Evaluasi kebijakan. Sehingga, diperlukan proses yang bertahap sampai tujuan dari program atau kebijakan dapat terlaksana dan dapat dinilai hasilnya. Dan untuk menilai seberapa jauh kebijakan membuahkan hasil maka dilakukan proses evaluasi kebijakan dari implementasi kebijakan, yaitu membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan yang ditentukan Darwin, 1994: 34. Evaluasi kebijakan dalam Riant nugroho 2003:183 adalah kegiatan yang menyangkut penilaian kebijakan mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana kefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi dipergunakan untuk mengetahui kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Menurut Thomas B. Smith dalam Asian journal of public administration 2005 menyatakan bahwa : “Policy evaluation activities are invisible and when an evaluation is done it is mainly for public relations purposes and auditing.”aktifitas-aktifitas evaluasi kebijakan bukanlah aktifitas yang terlihat dan ketika sebuah evaluasi dilakukan, hal ini hanyalah semata-mata untuk menyelaraskan tujuan dan fakta Menurut Lester dan stewart dalam Budi Winarno. 2002: 166, evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda. Tugas pertama commit to user 16 adalah menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampak-dampaknya. Tugas kedua adalah menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. James Anderson 1975 : 151-152 membagi evaluasi implementasi kebijakan publik menjadi 3 tipe. Tipe pertama, evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, maka evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Kedua, evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu. Tipe evaluasi seperti ini berangkat dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut : 1. Apakah program dilaksanakan dengan semestinya ? 2. Berapa biayanya ? 3. Siapa yang menerima manfaat ? 4. Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan program- program lain? 5. Apakah ukuran-ukuran dasar dan prosedur-prosedur secara sah diikuti? Maka evaluasi seperti ini, lebih berbicara sesuatu mengenai kejujuran atau efesiensi dalam pelaksanaan program. Ketiga, evaluasi kebijakan sistematis, yang melihat secara objektif program-program kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi masyarkat dan sejauh mana tujuan-tujuan commit to user 17 yang telah dinyatakan telah dicapai. Evaluasi ini diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat. Maka pertanyaan-pertanyaan yang relevan antara lain : 1. Apakah kebijakan yang dijalankan mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya ? 2. Berapa biaya yang dikeluarkan serta keuntungan apa yang didapat ? 3. Siapa yang menerima keuntungan dari program yang telah dijalankan ? Evaluasi dengan tipe ini memberikan suatu pemikiran tentang dampak dari kebijakan dan merekomendasikan perubahan-perubahan kebijakan dengan mendasarkan kenyataan yang sebenarnya kepada para pembuat kebijakan dan masyarakat umum. Budi Winarno, 2002, 168. Evaluasi kebijakan dilakukan untuk mengetahui 4 aspek yaitu: 1 Proses pembuatan kebijakan, 2 Proses implementasi kebijakan, 3 Konsekuensi kebijakan, 4 Efektivitas dampak kebijakan Wibowo, 1993: 9. Secara keseluruhan dalam Samodra Wibowo 1993 : 10-11, evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi, yaitu : 1. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola commit to user 18 hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamati. Dari evaluasi ino evaluator dapat mengidentifikasikan masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan. 2. Kepatuhan. melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai dengan standard dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan. 3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar- benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan. 4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial- ekonomi dari kebijakan tersebut. Untuk mengetahui bekerjanya kebijakan atau program-program maka dilakukan evaluasi implementasi kebijakan. Menurut Ripley Riyanto, 1997: 35 dalam jurnal spirit publik 2008 : 217, evaluasi implementasi kebijakan adalah evaluasi yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap proses 2. Dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain kepatuhan 3. Dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek. Mengenai konsep imlpementasi sendiri, Definisi implementasi menurut Pariata Westra dkk 2002, 65 adalah sebagai berikut : commit to user 19 “those action by publik or private indiduals or groups that ar directed at the achievment of objectives set forth in priorpolicy decision”. “Tindakan- tindakan yang dilakukan baik oleh individu-invidupejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainay tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”. Implementasi kebijakan dalam Budi Winarno 2002:102 merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Konsep implementasi kebijakan pada dasarnya dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi pada sisi lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses, keluaran output maupun sebagai hasil. Sementara itu, Van meter dan Van Horn Budi winarno, 2002:102 membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atua kelompok-kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Menurut Mazmanian dan Sabatier 1989 dalam Laurence J OToole Jr Journal of Public Administration Research and Theory 2000 menyatakan : “Policy implementation is what develops between the establishment of an apparent intention of the part of government to do something or to stop doing something, and the ultimate impact in the world action. Some scholars include here both the assembly of policy actors and action.” Implementasi kebijakan adalah apa yang berkembang antara pembentukan niat jelas dari commit to user 20 bagian pemerintah untuk melakukan sesuatu atau berhenti melakukan sesuatu, dan dampak utama dalam aksi dunia. Sebagian ahli yang dimaksud disini, berperan sebagai aktor kebijakan dan pelaksana. Implementasi kebijakan merupakan jembatan yang menghubungkan formulasi kebijakan dengan hasil outcome kebijakan yang diharapkan. Menurut Anderson 1979: 68 dalam jurnal spirit publik 2008 : 217, ada 4 aspek yang perlu dikaji dalam implementasi kebijakan yaitu: 1 Siapa yang mengimplementasikan, 2 Hakekat dari proses administrasi, 3 Kepatuhan, dan 4 Dampak dari pelaksanaan kebijakan. Sementara itu menurut Ripley Franklin1986,54 masih dalam jurnal spirit publik 2008 : 217, ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu compliance kepatuhan dan What”s happening ? Apa yang terjadi . Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur atau standard aturan yang telah ditetapkan. Sementara untuk “what’s happening” mempertanyakan bagaimana proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya. Untuk melihat Keberhasilan suatu implementasi kebijakan maka dikenal beberapa model implementasi kebijakan. Antara lain :

1. Model Geoege C. Edward III 1980

Implementasi kebijakan adalah tahap pembuat kebijakn antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi commit to user 21 masyarakat yang dipengaruhinya. Ada empat faktor atau variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Keempat variabel saling berhubungan satu sama lain Gambar I dan varibel tersebut Antara lain: a. Komunikasi Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran darim kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran target group sehingga mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran tidak diketahui kelompok sasaran maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. b. Sumber Daya Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementator kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yaitu kompetensi implementator, dan sumberdaya financial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. c. Disposisi atau kecenderungan-kecederungan Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementator mempunyai disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diingkan oleh pembuat kebijakan dan sebaliknya. dampak dari kecenderung- commit to user 22 kecederungan pelaksana kebijakan adalah akan banyak kebijakan masuk zona ketidakacuhan. Ada kebijakan yang dikerjakan secara efektif karena mendapat dukungan langsung dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan lain mungkin akan bertentangan dengan pandangan pelaksana kebijakan, sehingga akan menghambat implementasi kebijakan. d. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Bagan 1 Faktor penentu implementasi menurut Edward III Komunikasi Sumberdaya Implementasi Disposisi Struktur Birokrasi Sumber Edward III, 1980 : 148

2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn 1975

Menurut Meter dan Horn , ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi Gambar 4, yakni : commit to user 23 a. Standar dan sasaran kebijakan, harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. b. Sumberdaya, implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya manusia human resources maupun sumberdaya non- manusia non-human resources. c. komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, dalam banyak program implementasi program perlu dukungan dan kordinasi dengan instansi terkait. d. karakteristik agen pelaksana, yaitu mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik. Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi. f. Disposisi kecenderungan implementator, mencakup tiga hal, yakni : - respon implementator terhadap kebijakan, yang mempengaruhi kemauan implementator untuk melaksanakan kebijakan, - kognisi, pemahaman terhadap kebijakan, - intensitas disposisi implementator yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator. Arah kecenderungan-kecederungan pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Para pelaksana kebijakan mungkin akan gagal dalam melaksanakan commit to user 24 kebijakan-kebijakan dengan tepat karena mereka menolak tujuan-tujuan yang terkandung dalam kebijakan tersebut, dan sebaliknya. Bagan 2 Variabel yang memepngaruhi kinerja implementasi Sumber : Van Meter dan Horn, 1975 :463

3. Teori Merilee S. Grindle 1980

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle 1980 dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan content of policy dan lingkungan kebijakan context of implementation Gambar 3. Variabel isi kebijakan mencakup : 1 sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan, 2 Jenis manfaat yang diterima oleh target group, 3 sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, 4 apakah letak program sudah tepat, 5 apakah sebuah kebijakan sudah menyebutkan Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksana Ukuran dan Tujuan organisasi Sumberdaya Karakteristik badan pelaksana Lingkungan eko, sos, pol Disposisi pelaksana Kinerja implementasi commit to user 25 implementatornya dengan rinci, 6 apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup : 1 seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, 2 karakteristik institusi dan rezim yang berkuasa, 3 tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran. Bagan 3 Implementasi sebagai proses politik dan administrasi Tujuan kebijakan Tujuan yang ingin dicapai Program aksi dan proyek individu Yang didisain dan dibiayai Apakah program yang dijalankan Sesuai yang direncanakan ? Keberhasilan implementasi Kebijakan Hasil kebijakan : 1. dampak pada masyarakat, individu dan kelompok. 2. perubahan dan penerimaan masyarakat Isi kebijakan : 1. kepentingan kelompok sasaran 2. tipe manfaat 3. derajat perubahan yang diinginkan 4. letak pengambilan keputusan 5. pelaksanaan program 6. sumberdaya yang dilibatkan Lingkungan implementasi : 1. kekuatan, kepentingan dan stretegi aktor yang terlibat. 2. karakteristik lembaga dan penguasa 3. kepatuhan dan daya tanggap commit to user 26 Sumber : Grindle, Merilee, 1980 : 11

4. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1983

Menurut Mazmanian dan Sabatier 1983, ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni : 1 karakteristik dari masalah tractability of the problems, 2 karakteristik kebijakanundang-undang ability of statute to structure implementation, 3 variabel lingkungan nonstatutory variabels affecting implementation. Berikut gambarnya : Bagan 4 Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Mudahtidaknya masalah dikendalikan : 1. kesulitan teknis 2. keragaman perilaku kelompok sasaran 3. prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah populasi 4. ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan Kemampuan kebijakan untuk merestrukturkan proses implementasi 1. kejelasan dan konsistensi tujuan 2. digunakan teori kausal yang memadai 3. ketepatan alokasi sumber daya 4. keterpaduan hierarki dalam dan diantara pelaksana 5. aturan-aturan keputusan dari badan pelaksana 6. rekrutmen pejabat pelaksana 7. akses formal pihak luar Variasi diluar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi 1. kondisi sosio-ekonomi dan teknologi 2. dukungan publik 3. sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok pemilih 4. dukungan dari pejabat atasan 5. komitmen dan keterampilan kepemimpnan pejabat-pejabat pelaksana Tahap-tahap dalam proses implementasi variabel tergantung Output kebijakan dari badan- badan pelaksana Kepatuhan kelompok sasaran terhadap output kebijakan Dampak nyata output kebijakan Dampak output kebijakan sebagaimana dipersepsi Perbaikan mendasar dalam undang- undang commit to user 27 Sumber : Mazmanian A dan Sabatier, Paul A, 1983 Karakteristik masalah : a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu sisi ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, dipihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan. Olehkarena itu, sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Suatu program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok sasaran adalah homogen. Sebaliknya, apabila kelompok sasran heterogen maka implementasi program akan relatif sulit. c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah program akan relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya, program akan mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasaran tidak terlalu besar. d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersufat kognitif akan relatif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat. commit to user 28 Karakteristik kebijakan : a. Kejelasan isi kebijakan. Semakin jelas dan rinci isi kebijakan akan mudah diimplementasikan kerena implementator mudah memahami menterjemahkan dalam tindakan nyata. b. Seberapa jauh kebijakan mempunyai dukungan teoritis. Kebijakan yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat yang lebih manyap karena sudah teruji, walaupun beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi. c. Besarnya alokasi sumberdaya financial terhadap kebijakan tersebut. Keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. Dan setiap program memerlukan dukungan staff untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis dll. d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana. Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal dan horisontal antarinstansi yang terlibat dalam implementasi program. e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat relatif mendapat dukungan daripada sebaliknya. commit to user 29 Lingkungan Kebijakan : a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang terbuka dan terdidik akan relatif mudah untuk menerima program pembaruan daripada masyarakat yang masih tradisional. b. Dukungan publik terhadap kebijakan. Kebijakan yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik, dan sebaliknya. c. Sikap dari kelompok pemilih dari kelompok masyarakat memberikan pengaruh pada implementasi kebijakan. Sikap tersebut dapat berupa intervensi terhadap keputusan atau kritikan-kritikan terhadap badan-badan pelaksana. d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementator. Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan kebijakan merupakan variabel yang paling krusial. Berdasarkan teori – teori yang telah dibahas diatas, maka penelitian evaluasi implementasi ini memfokuskan kinerja implementasi program pada proses kepatuhan implementator terhadap prosedur atau standar yang telah ditetapkan serta identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program tersebut. Adapun faktor – faktor yang menjadi pengaruh kuat dalam penelitian adalah bagaimana sumber daya baik sumber daya manusia mau pun dana, proses komunikasi yang terjadi, disposisi atau keinginan dari para commit to user 30 pelaksana program, bagaimana kesesuaian dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dukungan masyarakat pada program dalam penelitian ini. Sehingga, dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat diketahui faktor keberhasilan atau penghambat program.

B. Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM

Dokumen yang terkait

“Efektivitas Pelaksanaan Pembangunan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM –MP) Di Desa Hutapadang Kota Padangsidimpuan Hutaimbaru

1 83 111

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Efektifitas Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir (PNPM Mandiri Perkotaan) di Kelurahan Karang Berombak Kecamatan Medan Barat Kota Medan

0 27 245

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

IMPLEMENTASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI KOTA PONTIANAK PERKOTAAN.

0 0 10