Evaluasi Implementasi Program Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Tahun 2008 2009 di Kelurahan Semanggi
commit to user i
Evaluasi Implementasi Program Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Tahun 2008-2009
di Kelurahan Semanggi
Disusun Oleh :
Novi Kurniawati
D 0105109
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
commit to user ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.si NIP. 19641123 198803 1 001
(3)
commit to user iii
PERSETUJUAN
Telah diterima dan disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Pada Hari : Tanggal :
Panitia Penguji
Ketua : Dra sri Yuliani M, Si (...) NIP. 196307301990032002
Sekretaris : Dra Retno Suryawati M, Si (...) NIP. 196001061987022001
Penguji : Drs. Wahyu Nurharjadmo M, Si (...) NIP. 196411231988031001
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dekan
Drs. Supriyadi SN, SU NIP. 19531028 198103 1 001
(4)
commit to user iv
MOTTO
Dan katakanlah “ Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga RasulNya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan. “ ( QS. At-Taubah 105 )
“Ketika kita hidup untuk kepentingan pribadi, hidup ini tampak sangat pendek dan kerdil. Ia bermula saat kita mulai mengerti dan akan berakhir bersama berakhirnya usia kita yang terbatas. Tapi apabila kita hidup untuk orang lain, yakni hidup untuk memperjuangkan sebuah fikrah, maka kehidupan ini terasa panjang dan memiliki
makna yang dalam. Ia bermula bersama mulainya kehidupan manusia dan membentang beberapa masa setelah kita berpisah dengan permukaan bumi.”
(Sayyid Quthb)
”Perbaiki akhiratmu niscaya Allah perbaiki urusan duniamu dan perbaiki hubunganmu dengan Allah maka Dia akan memperbaiki urusanmu dengan semua
manusia.”
(5)
commit to user v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini, penulis persembahkan kepada :
¨ Bapak – Ibu, terima kasih atas doa, dukungan dan
pengertiaanya selama ini....
¨ Mbak Ika – Mr As’ad ¨ Mbak Ely – Mr Bimo ¨ Adek Rois nan jauh disana ¨ Dede’ Dzirwa dan Kuwais
¨ Teman-teamn seperjuangan dikampus tercinta ini…
(6)
commit to user vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Segala puji dan syukur semoga selalu terlimpah kehadiran Allah SWT, sang penggenggam semesta, shalawat serta salam semoga terhaturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah....dengan proses yang cukup panjang, membawa penulis pada akhir penyusunan skripsi yang berjidul “Evaluasi Implementasi Program Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan Tahun 2008-2009 di Kelurahan Semanggi. Penyusunan skripsi ini
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Administrasi Negara , Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.
Penulis merasa bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Drs. Wahyu Nurharjadmo M.Si, selaku Pembimbing Skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan dukungan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini ;
2. Ibu Dra. Sudaryanti, selaku Pembimbing Akademik penulis, yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama proses akademik di kampus ini.
(7)
commit to user vii
3. Bapak Drs. Agus Santoso, MM selaku Kepala Kelurahan Semanggi dan jajarannya.
4. Bapak Rozie selaku ketua LKM Mandiri Semanggi
5. Bapak Santosa dan teman –teman fasilitaor kelurahan Semanggi. Terima kasih untuk kemudahannya dan bantuannya dalam pencarian data.
6. Masyarakat Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta.
Surakarta, Januari 2011
(8)
commit to user viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PENGESAHAN……….…… ii
HALAMAN PERSETUJUAN………... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR BAGAN... iv
ABSTRAK... x
ABSTRACK... xi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang Masalah………..…. 1
B. Rumusan Masalah……… 10
C. Tujuan………... 10
D. Manfaat………. 11
BAB II LANDASAN TEORI………. 13
(9)
commit to user ix
B. Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan………... 30
C. Evaluasi Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan ………..…. 37
D. Kerangka Pemikiran………. 41
E. Definisi Konseptual dan Operasional……… 44
BAB III METODE PENELITIAN……….. 48
A. Jenis Penelitian………. 48
B. Lokasi Penelitian……….. 48
C. Jenis dan Sumber Data………... 49
D. Teknik Pengumpulan Data……… 50
E. Teknik Pengambilan Sampel……… 51
F. Validitas Data……… 51
G. Analisis Data………. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 55
A. Profil Kelurahan Semanggi……….. 55
B. Proses Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan………. 57
1. Tahap Persiapan………. 58
2. Tahap Pelaksanaan………. 63
a. Rembug Keswadayaan Masyarakat……… 63
b. Kegiatan Refleksi Kemiskinan………. 65
c. Pemetaan Swadaya………... 67
(10)
commit to user x
e. Penyusunan PJMP……….. 78
f. Pelaksanaan Kegiatan………. 79
3. Review Program……… 83
4. Rembug Warga Tahunan……….. 89
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotan ……… 94
1. Sumber Daya……….. 94
2. Sikap Pelaksana……….. 97
3. Komunikasi………. 98
4. SOP……….. 100
5. Dukungan Publik………. 101
BAB V PENUTUP………. 108
A. Kesimpulan……….. 108
B. Saran………. 110
DAFTAR PUSTAKA……….. 113 LAMPIRAN
(11)
commit to user xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Jumlah Gakin di Surakarta... 8
Tabel 2: Data Penduduk... 56
Tabel 3: Pelaksanaan sosialisasi awal PNPM Mandiri di Semanggi... 62
Tabel 4: Kajian Sarana Prasarana Lingkungan... 68
Tabel 5: Kajian Ekonomi... 69
Tabel 6: Kajian Kesehatan... 71
Tabel 7: Kajian Pendidikan... 73
Tabel 8: Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan... 74
Tabel 9: Hasil Kegiatan BLM I... 80
Tabel 10: Hasil Kegiatan BLM II... 81
Tabel 11: Hasil Kegiatan BLM III... 82
Tabel 12: Hasil Aspirasi Masyarakat terhadap LKM... 84
Tabel 13: Hasil Kesepakatan tim Review... 85
(12)
commit to user xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1: Faktor Penentu Implementasi Menurut Edward III... 22
Bagan 2: Variabel yang Mempengaruhi Kinerja Implementasi... 24
Bagan 3: Implementasi Sebagai Proses Politik dan Administrasi... 25
Bagan 4: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi... 26
Bagan 5: Kerangka Pemikiran... 43
Bagan 6: Analisa Model Interaktif... 53
(13)
commit to user xiii
ABSTRAK
NOVI KURNIAWATI, D0105109. Judul Evaluasi Implementasi Program
Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan Tahun 2008-2009 di Kelurahan Semanggi, Prodi Administrasi Negara,
FAKULTAS ILMU SOSIALDAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011.
Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multi dimensional. Melihat realita kemiskinan yang terjadi di Indonesia, diperlukan program-program pengentasan kemiskinan yang langsung dan tepat sasaran. Oleh karena itu, pada tahun 2008 pemerintah pusat mencanangkan program PNPM Mandiri yang dilaksanakan serentak di seluruh daerah. Konsep pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan bertujuan untuk mendorong penduduk miskin secara kolektif terlibat dalam proses pengambilan keputusan sampai pada level implementasi keputusan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Semanggi serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program tersebut.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Lokasi penelitian di Kelurahan Semanggi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder serta teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive. Untuk menguji validitas data menggunakan trianggulasi data sedangkan analisis data menggunakan model interaktif.
Pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan melalui beberapa tahapan yaitu : Tahap persiapan atau sosialisasi awal, Tahap pelaksanaan yang terdiri dari rembug warga, refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, pembentukan LKM, penyusunan RPJP dan pelaksanaan kegiatan. Tahapan selanjutnya review program dan rembug warga tahunan. Implementasi program ini terlaksana cukup baik, dapat dilihat dari kuantitas dan kualitas kegiatan yang hasilkan. Proses implementasi sudah sesuai dengan juklak-juknis PNPM Mandiri Perkotaan. Ada beberapa faktor pendukung dalam program ini, yaitu sumber daya, komunikasi, SOP, sikap pelaksana. Dan faktor penghambat adalah partisipasi atau dukungan publik.
Saran yang dapat penulis berikan pada pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan di Semanggi untuk kedepannya antara lain : meningkatkan sosialisasi semua kegiatan PNPM Mandiri perkotaan, Rekomitmen atau restrukturisasi pengurus LKM, mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan skill siap kerja, menindaklanjuti semua pelatihan yang telah diadakan serta memberikan penyuluhan yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan.
(14)
commit to user xiv
ABSTRACT
NOVI KURNIAWATI ,D0105109. Entitled EVALUATION
OF THE IMPLEMENTATION OF NATIONAL DEVELOPMENT
PROGRAMS OF COMMUNITY EMPOWERMENT (PNPM Mandiri
Perkotaan) 2008-2009 in Semanggi District, Public Administration Department,
FACULTY OF SOCIAL AND POLITIC SCIENCE SEBELAS MARET UNIVERSITY SURAKARTA 2011
Poverty is the main problem of complex and multi dimensional development. Looking at the reality of poverty in Indonesia, it requires programs of poverty reduction directly to the target. Thus, in 2008, the central government launched the program of PNPM Mandiri which was held simultaneously across the region. The concept of community empowerment to alleviate poverty aims to encourage poor people collectively involved in the decision making process until the implementation level decision.
The purpose of of this research is to identify the factors that influence the implementation of the program. So that, the success or inhibitor factors are obtained within its implementation.
This study uses descriptive research. Study site is in Semanggi district. Type of data used is primary and secondary data along with technique of collecting data by interview, documentation, and observation. This study uses purposive sampling technique. To test the validity of the data is using triangulation of data, while data analysis using an interactive model.
The implementation of this program through several stages, namely: the preparation phase or early socialization, it consists of discussion between residents, a reflection of poverty, self mapping, the formation of LKM, the preparation of RPJP and the establishment of the program. The next stage is of program review and annual discussion between residents. This program is implemented fairly well. It can be seen from the quality and quantity resulted in. The process of implementation has been related to the standard program of PNPM Mandiri district. There are some proponent factors in this program. Those are source, communication, SOP, and disposition. The barrier factors are participation or public supporter.
The writer would like to give suggestions to the implementation of PNPM Mandiri in Semanggi for the future include: Increasing socialization of all activities of PNPM programs, recommitment and restructuring the management of LKM, conducting trainings to improve skills ready to work, following up of all the trainings that have been held as well as providing information relating to hygiene environment.
(15)
commit to user xv
(16)
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan terus menjadi fenomena sepanjang sejarah Indonesia sebagai nation state. Catatan merah dari sebuah Negara yang salah memandang dan mengurus kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya berdimensi ekonomi tetapi juga sosial, budaya, politik bahkan ideologi. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan mengakses kesehatan dan pelayanan publik, kurangnya lapangan kerja, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota dan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan secara terbatas. Kemiskinan telah membatasi hak-hak rakyat dan kemiskinan
menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development Indext (HDI)
Jumlah penduduk miskin menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, setiap 100 penduduk Indonesia terdapat 15 orang miskin atau secara total ada 35.000.000 penduduk miskin. Pemerintah menyatakan bahwa terjadi penurunan angka kemiskinan dari tahun-tahun sebelumnya. Data kemiskinan tersebut dikeluarkan BPS sebelum Kenaikan BBM pada tanggal 24 Mei 2008 dan krisis global terjadi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa kemungkinan besar jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah , menurut Pusat
(17)
commit to user
Penelitian Ekonomi (P2E) yang disampaikan pada 28 Mei 2008 menyebutkan bahwa, dampak kenaikan harga BBM membuat jumlah penduduk miskin menjadi 41,7 juta jiwa atau 21,9 persen dari penduduk Indonesia.
Komitmen untuk menghapuskan kemiskinan dari peta dunia telah disepakati, dengan disetujuinya dan ditandatanganinya deklarasi Millenium pada bulan September tahun 2000 oleh 19 negara, Indonesia masuk didalamnya. Program Pembangunan Millenium (Mellenium Development Goals/MDGs) merupakan suatu komitmen dari berbagai bangsa di dunia untuk mengurangi angka kemiskinan dunia menjadi separuhnya pada tahun 2015. Sebagai tindaklanjut dari kesepakatan global dan tanggungjawab moral untuk membebaskan manusia dari kemiskinan, maka pemerintah beserta stakeholder yang terkait berkewajiban untuk membuat program-program atau kebijakan untuk mengurangi kemiskinan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah telah mengeluarkan program pro rakyat yang secara langsung mengena pada sasarannnya. Melihat realita kemiskinan yang terjadi di indonesia, diperlukan program-program pengentasan kemiskinan yang langsung dan tepat sasaran. Ada tiga klaster atau lapisan program pemerintah untuk pengurangan kemiskinan dan pengangguran, antara lain :
1. Klaster I Bantuan dan perlindungan langsung
Klaster ini diibaratkan sebagai ikan. Melalui program ini pemerintah memberikan bantuan pada 19,1 warga miskin atau rumah tangga sasaran (RTS) dan kelompok rentan lainnya. Bantuan berupa :
(18)
commit to user
b. Beras untuk rakyat miskin (Raskin), yang diberikan sebanyak 15 kg/bulan dengan harga Rp 1.600, 00/kg.
c. Program Keluarga Harapan (PKH), yang diberikan kepada RTSM,
dimana setiap RTSM mendapat alokasi dana antara Rp 600.000 – Rp 2.200.000.
d. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), dimana pemegang kartu
jamkesmas bias berobat gratis baik di puskesmas maupun RSUD kelas tiga.
e. Bantuan sosial untuk pengungsi atau korban bencana
f. Bantuan untuk penyandang cacat
g. Bantuan untuk kelompok lanjut usia (lansia) h. Dan lain sebagainya
2. Klaster II Pemberdayaan masyarakat (PNPM Mandiri)
Klaster ini diibaratkan sebagai kail. Melalui program ini pemerintah melaksanakan program-program yang tergabung dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyrakat (PNPM) Mandiri. Yang dilaksanakan oleh 13 departemen dan 1 lembaga.
3. Klaster III Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pengusaha kecil.
Klaster ini diibratkan sebagai perahu. Melalui program ini pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) memperolah kredit usaha rakyat (KUR) dari bank-bank milik Negara, yakni Bank BRI, BNI, Mandiri, syariah mandiri, Bukopin dan BTN. Dengan ketentuan sebagai berikut :
(19)
commit to user
a. Pemerintah memberi jaminan melalui PT Asuransi Kredit
Indonesia (PT Askindo) sebesar Rp 1,4 triliun.
b. Pemberian kredit tanpa agunan khususnya dibawah 5 juta.
c. Persyaratan berupa proposal yang meyakinkan.
d. Alokasi KUR sampai dengan 2009 sebesar Rp 34 triliun.
(Sambung hati 9949, edisi 50, 2009)
Konsep atau strategi pengentasan kemiskinan dengan melibatkan partisipasi masyarakat pada saat ini menjadi isu sentral. Pemberdayaan masyarakat dalam berbagai program atau kebijakan dirasa sangat efektif untuk dapat menyelesaikan permasalah-permasalahan yang ada sekarang. Pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan bertujuan mendorong penduduk miskin untuk secara kolektif terlibat dalam proses pengambilan keputusan sampai pada level implementasi keputusan. Masyarakat miskin bukan sebagai objek melainkan sebagai subjek.
Keberdayaan penduduk miskin ditandai dengan dengan semakin
bertambahnya kesempatan kerja yang diciptakan sendiri oleh penduduk miskin secara kolektif, kemudian juga ditandai dengan meningkatnya kapasitas penduduk miskin secara kolektif dalam mengelola organisasi pembangunan secara mandiri.
Untuk meningkatkan efektivitas pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya pengentasan
(20)
commit to user
kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek upaya pengentasan kemiskinan.
Tujuan umum dari program ini adalah Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Tujuan khusus antara lain :
1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).
3. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
(21)
commit to user
4. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
5. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
6. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat
Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. PNPM-Inti: terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW), dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK).
b. PNPM-Penguatan: terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target tertentu. Pelaksanaan program-program ini di tingkat komunitas mengacu pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri.
Sedangkan loakasi PNPM Mandiri diutamakan pada kecamatan yang memiliki kriteria sebagai berikut :
(22)
commit to user
b. Tingkat pelayanan dasar rendah c. Tingkat kapsitas fiskal rendah
d. Memiliki desa atau kelurahan tertinggal
Oleh karena itu, lokasi PNPM Mandiri terdiri dari dua katagori yaitu PNPM Mandiri perkotaan dan PNPM Mandiri pedesaan.
Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan yang selama ini sering berduplikasi antar proyek diharapkan juga dapat diwujudkan. Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs.
Berdasarkan surat edaran Menteri Keuangan RI Nomor : SE-2354/MK.02/2009 tentang Perubahan APBN tahun 2009 disebutkan bahwa anggaran untuk program PNPM mandiri senilai Rp 191,3 M. Anggaran untuk mengentaskan kemiskinan ini patut untuk direspon positif oleh pelaksana program yaitu pemerintahan daerah. Anggaran ini juga wajib dikawal, agar tujuan dari program PNPM dengan anggaran yang cukup banyak tersebut tepat sasaran.
(23)
commit to user
Kota Surakarta menjadi salah satu daerah yang mendapatkan program PNPM Mandiri Perkotaan. Kota Surakarta termasuk wilayah yang mempunyai kecamatan dengan kriteria PNPM Mandiri Perkotaan. Berdasarkan data Pemerintah Kota Surakarta, jumlah penduduk adalah 561.509 jiwa, jumlah penduduk miskin 104.766 jiwa atau 29.199 kepala keluarga (2007). Jumlah penduduk miskin ini mengalami peningkatan 15.251 jiwa dari tahun 2006 sebesar 89.515 jiwa. Mata pencaharian penduduk kota terdiri dari buruh, pedagang, pegawai, dan sektor informal (Surakarta Dalam Angka, BPS Surakarta, 2006). Sedangkan berdasarkan SK Walikota Surakarta nomor 470/36/1/2007 tentang kondisi keluarga miskin Surakarta berdasarkan kecamatan, sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah Gakin di Kota Surakarta
No Nama
Kecamatan
Jumlah Gakin Jumlah Jiwa
Gakin
1 Laweyan 4.407 14.658
2 Serengan 2.372 7.932
3 Pasar Kliwon 5.296 18.208
4 Jebres 6.230 21.615
5 Banjarsari 7.874 29.481
Total 25.117 88.474
Sumber : Pattiro/Konsorsium Solo 2008
Konsekuensi Kota Surakarta menjadi daerah pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah menyiapkan dana pendampingan. Menurut Wakil Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo, Dana yang dikucurkan pemerintah pusat dalam program PNPM Mandiri Perkotaan di Solo senilai Rp 6,7 miliar, sementara Pemkot Solo diwajibkan menyiapkan dana pendamping senilai Rp 6,57 miliar. PNPM Mandiri Perkotaan di kota Surakarta diawal masa
(24)
commit to user
peluncurannya, sempat ditolak oleh Pemkot Surakarta karena beberapa alasan, terutama berkaitan dengan alokasi dana pendampingan untuk program ini. Selain itu, Pemkot sendiri belum dapat meng-cover program-program Pemkot sendiri yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan juga.
Pada proses awal program PNPM Mandiri Perkotaan ini dilakasankan, dirasa cukup sulit oleh tim PNPM, kecuali 7 kelurahan yaitu Panularan, Penumping, Purwosari, Sriwedari, Keprabon, Timuran dan Mangkubumen. Tujuh kelurahan ini relatif kondusif dibanding 51 wilayah kelurahan lainnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program ini, antara lain berkaitan dengan keberadaan lembaga pemberdayaan masyarakat di tingkat kelurahan (LPMK) yang sudah beberapa tahun lalu menjadi sarana setiap kelurahan untuk meningkatkan kualitas masyarakatnya dengan tujuan mengurangani kemiskinan di Kota Surakarta. LPMK ini dirancang oleh Pemkot Surakarta dengan alokasi anggaran dari APBD yaitu dana pembangunan kelurahan (DKP). Oleh karena itu, Pemkot dan masyarakat kota Surakarta sendiri takut PNPM akan over laping dengan keberadaan LPMK.
Kelurahan Semanggi merupakan salah satu Kelurahan yang kurang kondusif dalam pelaksanaan awal PNPM Mandiri Perkotaan. Pada dasarnya ,Kelurahan Semanggi termasuk dalam kriteria Kelurahan yang berhak melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan. Berdasarkan data dari tim PNPM Mandiri, di Kelurahan Semanggi terdapat 2911 Kepala Keluarga (KK) yang masuk katagori miskin. Sedangkan berdasarkan data BPS tahun 2009 terdapat
(25)
commit to user
1380 KK miskin. Bank data Kelurahan Semanggi juga menunjukkan bahwa banyak masyarakat Semanggi diusia produktif belum atau tidak bekerja sebesar 2.356 jiwa, pekerjaan mayoritas masyarakat Semanggi adalah buruh, karyawan dan mengurus rumah tangga. Sehingga dapat diketahui bahwa Kelurahan Semanggi merupakan Kelurahan yang sangat dekat dengan kemiskinan dan dampak dari kemiskinan tersebut.
Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks di Kelurahan Semanggi, mengharuskan PNPM Mandiri Perkotaan mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan kemiskinan tersebut. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian terkait evaluasi implementasi program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi. Penelitian ini difokuskan pada proses implementasinya serta faktor-faktor apa saja yang memepengaruhinya. Dengan adanya proses evalusasi ini, diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk proses implementasi pada tahun berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis memberikan batasan penelitian melalui rumusan permasalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses implementasi Program Pengentasan Kemiskinan PNPM-Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi? Apakah sesuai dengan juklak-Juknis PNPM Mandiri Perkotaan ?
2. Faktor-fakktor apa saja yang mempengaruhi implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi ?
(26)
commit to user
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Operasional
a. Dengan penelitian ini diharapkan akan diketahui proses implementasi PNPM Mandiri di Kelurahan Semanggi.
b. Dengan penelitian ini diharapakan dapat di ketahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi PNPM Mandiri di Kelurahan Semanggi
2. Tujuan Fungsional
Untuk memberikan masukan atas evaluasi kebijakan terhadap pelaksanaan program pengentasan kemiskinan PNPM –Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk pelaksanaan program ini kedepannya.
3. Tujuan Individu
Untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai aplikasi teori yang telah dipelajari tentang kebijakan publik, evaluasi kebijakan, implementasi kebijakan, dan PNPM-Mandiri Perkotaan.
2. Dimanfaatkan sebagai bahan informasi yang dapat memberi
(27)
commit to user
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM-Mandiri Perkotaan) di kota Surakarta khususnya Kelurahan Semanggi.
3. Dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan acuan pihak tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan program PNPM – Mandiri Perkotaan di kota Surakarta khususnya Kelurahan Semanggi
(28)
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Implementasi Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan aktivitas-aktivitas pokok atau seluruh sarana prasarana dan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Kebijakan publik sendiri menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2005:2) adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan
(publik policy is whatever governments choose to do or not to do). Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta serta kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.
Menurut Carl Fredrich dalam Budi Winarno (2002: 16), kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau untuk merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud terteantu. Kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga kelompok maupun individu.
Menurut James Anderson (Budi Winarno, 2002:16), kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu
(29)
commit to user
persoalan. Konsep kebijakan ini lebih memusatkan pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan diantara alternatif yang ada.
Adapun kebijakan publik menurut Anderson dalam Hanif Nurcholis (2005:159) mengartikan kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang
dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah.
Selanjutnya, Anderson menjelaskan bahwa terdapat lima hal yang berhubungan dengan kebijakan publik, antara lain :
b. Pertama, tujuan atau kegiatan yang berorientasi tujuan haruslah menjadi perhatian utama pelaku acak atau peristiwa yang tiba-tiba terjadi.
c. Kedua, kebijakan merupakan pola model tindakan pejabat
pemerintah mengenai keputusan-keputusan diskresinya secara terpisah.
d. Ketiga, kebijakan harus mencakup apa yang secara nyata
pemerintah perbuat, bukan apa yang mereka maksud untuk berbuat, atau apa yang mereka katakana akan dikerjakan.
e. Keempat, bentuk kebijakan bisa berupa hal yang positif atau negative.
f. Kelima, kebijakan publik dalam bentuknya yang positif
(30)
commit to user
tujuan kebijakan publik adalah dapat dicapai kesejahteraan masyarakat melalui peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan dengan proses kebijakan publik, yaitu : perumusan kebijakan, implementasi kebijakan dan Evaluasi kebijakan. Sehingga, diperlukan proses yang bertahap sampai tujuan dari program atau kebijakan dapat terlaksana dan dapat dinilai hasilnya. Dan untuk menilai seberapa jauh kebijakan membuahkan hasil maka dilakukan proses evaluasi kebijakan dari implementasi kebijakan, yaitu membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan yang ditentukan (Darwin, 1994: 34).
Evaluasi kebijakan dalam Riant nugroho (2003:183) adalah kegiatan yang menyangkut penilaian kebijakan mencakup substansi, implementasi dan dampak. Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana kefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi dipergunakan untuk mengetahui kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Menurut Thomas B. Smith dalam Asian journal of public administration (2005) menyatakan bahwa :
“Policy evaluation activities are invisible and when an evaluation is done it is mainly for public relations purposes and auditing.”(aktifitas-aktifitas evaluasi kebijakan bukanlah aktifitas yang terlihat dan ketika sebuah evaluasi dilakukan, hal ini hanyalah semata-mata untuk menyelaraskan tujuan dan fakta)
Menurut Lester dan stewart dalam Budi Winarno. (2002: 166), evaluasi
(31)
commit to user
adalah menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang akan ditimbulkan oleh suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampak-dampaknya. Tugas kedua adalah menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan.
James Anderson (1975 : 151-152) membagi evaluasi (implementasi) kebijakan publik menjadi 3 tipe. Tipe pertama, evaluasi kebijakan publik yang dipahami sebagai kegiatan fungsional. Bila evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional, maka evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama pentingnya dengan kebijakan itu sendiri. Kedua, evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program-program tertentu. Tipe evaluasi seperti ini berangkat dengan pertanyaan-pertanyaan dasar yang menyangkut :
1. Apakah program dilaksanakan dengan semestinya ?
2. Berapa biayanya ?
3. Siapa yang menerima manfaat ?
4. Apakah terdapat duplikasi atau kejenuhan dengan
program-program lain?
5. Apakah ukuran-ukuran dasar dan prosedur-prosedur secara sah diikuti?
Maka evaluasi seperti ini, lebih berbicara sesuatu mengenai kejujuran atau efesiensi dalam pelaksanaan program. Ketiga, evaluasi kebijakan sistematis, yang melihat secara objektif program-program kebijakan yang ditujukan untuk mengukur dampaknya bagi masyarkat dan sejauh mana tujuan-tujuan
(32)
commit to user
yang telah dinyatakan telah dicapai. Evaluasi ini diarahkan untuk melihat dampak yang ada dari suatu kebijakan dengan berpijak pada sejauh mana kebijakan tersebut menjawab kebutuhan atau masalah masyarakat. Maka pertanyaan-pertanyaan yang relevan antara lain :
1. Apakah kebijakan yang dijalankan mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya ?
2. Berapa biaya yang dikeluarkan serta keuntungan apa yang didapat
?
3. Siapa yang menerima keuntungan dari program yang telah
dijalankan ?
Evaluasi dengan tipe ini memberikan suatu pemikiran tentang dampak dari kebijakan dan merekomendasikan perubahan-perubahan kebijakan dengan mendasarkan kenyataan yang sebenarnya kepada para pembuat kebijakan dan masyarakat umum. (Budi Winarno, 2002, 168).
Evaluasi kebijakan dilakukan untuk mengetahui 4 aspek yaitu: 1) Proses pembuatan kebijakan,
2) Proses implementasi kebijakan, 3) Konsekuensi kebijakan,
4) Efektivitas dampak kebijakan (Wibowo, 1993: 9).
Secara keseluruhan dalam Samodra Wibowo (1993 : 10-11), evaluasi kebijakan publik memiliki empat fungsi, yaitu :
1. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola
(33)
commit to user
hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamati. Dari evaluasi ino evaluator dapat mengidentifikasikan masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan atau kegagalan kebijakan.
2. Kepatuhan. melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang
dilakukan oleh para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya sesuai dengan standard dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.
4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan tersebut.
Untuk mengetahui bekerjanya kebijakan atau program-program maka dilakukan evaluasi implementasi kebijakan. Menurut Ripley (Riyanto, 1997: 35) dalam jurnal spirit publik (2008 : 217), evaluasi implementasi kebijakan adalah evaluasi yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap proses
2. Dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain kepatuhan
3. Dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek.
Mengenai konsep imlpementasi sendiri, Definisi implementasi menurut Pariata Westra dkk (2002, 65) adalah sebagai berikut :
(34)
commit to user
“those action by publik or private indiduals (or groups) that ar directed at the achievment of objectives set forth in priorpolicy decision”. (“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-invidu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainay tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”.)
Implementasi kebijakan dalam Budi Winarno (2002:102) merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Konsep implementasi kebijakan pada dasarnya dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi pada sisi lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses, keluaran (output) maupun sebagai hasil.
Sementara itu, Van meter dan Van Horn (Budi winarno, 2002:102) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atua kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.
Menurut Mazmanian dan Sabatier (1989) dalam Laurence J O'Toole Jr Journal of Public Administration Research and Theory (2000) menyatakan :
“Policy implementation is what develops between the establishment of an apparent intention of the part of government to do something or to stop doing something, and the ultimate impact in the world action. Some scholars include here both the assembly of policy actors and action.”( Implementasi kebijakan adalah apa yang berkembang antara pembentukan niat jelas dari
(35)
commit to user
bagian pemerintah untuk melakukan sesuatu atau berhenti melakukan sesuatu, dan dampak utama dalam aksi dunia. Sebagian ahli yang dimaksud disini, berperan sebagai aktor kebijakan dan pelaksana).
Implementasi kebijakan merupakan jembatan yang menghubungkan formulasi kebijakan dengan hasil (outcome) kebijakan yang diharapkan. Menurut Anderson (1979: 68) dalam jurnal spirit publik (2008 : 217), ada 4 aspek yang perlu dikaji dalam implementasi kebijakan yaitu:
1) Siapa yang mengimplementasikan, 2) Hakekat dari proses administrasi, 3) Kepatuhan, dan
4) Dampak dari pelaksanaan kebijakan.
Sementara itu menurut Ripley & Franklin(1986,54) masih dalam jurnal spirit publik (2008 : 217), ada dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu compliance (kepatuhan) dan What”s happening ? (Apa yang terjadi ). Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur atau standard aturan yang telah ditetapkan. Sementara untuk “what’s happening” mempertanyakan bagaimana proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya.
Untuk melihat Keberhasilan suatu implementasi kebijakan maka dikenal beberapa model implementasi kebijakan. Antara lain :
1. Model Geoege C. Edward III (1980)
Implementasi kebijakan adalah tahap pembuat kebijakn antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi
(36)
commit to user
masyarakat yang dipengaruhinya. Ada empat faktor atau variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan. Keempat variabel saling berhubungan satu sama lain (Gambar I) dan varibel tersebut Antara lain:
a. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran darim kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran tidak diketahui kelompok sasaran maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
b. Sumber Daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementator kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yaitu kompetensi implementator, dan sumberdaya financial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
c. Disposisi atau kecenderungan-kecederungan
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementator mempunyai disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diingkan oleh pembuat kebijakan dan sebaliknya. dampak dari
(37)
kecenderung-commit to user
kecederungan pelaksana kebijakan adalah akan banyak kebijakan masuk zona ketidakacuhan. Ada kebijakan yang dikerjakan secara efektif karena mendapat dukungan langsung dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan lain mungkin akan bertentangan dengan pandangan pelaksana kebijakan, sehingga akan menghambat implementasi kebijakan.
d. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Bagan 1
Faktor penentu implementasi menurut Edward III
Komunikasi
Sumberdaya
Implementasi Disposisi
Struktur Birokrasi
Sumber Edward III, 1980 : 148
2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)
Menurut Meter dan Horn , ada lima variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi (Gambar 4), yakni :
(38)
commit to user
a. Standar dan sasaran kebijakan, harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.
b. Sumberdaya, implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya
baik sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya
non-manusia (non-human resources).
c. komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, dalam
banyak program implementasi program perlu dukungan dan kordinasi dengan instansi terkait.
d. karakteristik agen pelaksana, yaitu mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik. Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi.
f. Disposisi (kecenderungan) implementator, mencakup tiga hal,
yakni : - respon implementator terhadap kebijakan, yang mempengaruhi kemauan implementator untuk melaksanakan kebijakan, - kognisi, pemahaman terhadap kebijakan, - intensitas disposisi implementator yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementator. Arah kecenderungan-kecederungan pelaksana terhadap ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Para pelaksana kebijakan mungkin akan gagal dalam melaksanakan
(39)
commit to user
kebijakan-kebijakan dengan tepat karena mereka menolak tujuan-tujuan yang terkandung dalam kebijakan tersebut, dan sebaliknya.
Bagan 2
Variabel yang memepngaruhi kinerja implementasi
Sumber : Van Meter dan Horn, 1975 :463
3. Teori Merilee S. Grindle (1980)
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle (1980) dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan kebijakan (context of implementation) (Gambar 3). Variabel isi kebijakan mencakup : 1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan, 2) Jenis manfaat yang diterima oleh target group, 3) sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, 4) apakah letak program sudah tepat, 5) apakah sebuah kebijakan sudah menyebutkan
Komunikasi antar organisasi dan kegiatan pelaksana
Ukuran dan Tujuan organisasi
Sumberdaya
Karakteristik badan pelaksana
Lingkungan eko, sos, pol
Disposisi pelaksana
Kinerja implementasi
(40)
commit to user
implementatornya dengan rinci, 6) apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup : 1) seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan, 2) karakteristik institusi dan rezim yang berkuasa, 3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.
Bagan 3
Implementasi sebagai proses politik dan administrasi Tujuan kebijakan
Tujuan yang ingin dicapai
Program aksi dan proyek individu Yang didisain dan dibiayai
Apakah program yang dijalankan Sesuai yang direncanakan ?
Keberhasilan implementasi Kebijakan
Hasil kebijakan : 1. dampak pada
masyarakat, individu dan kelompok. 2. perubahan dan
penerimaan masyarakat Isi kebijakan :
1. kepentingan kelompok sasaran
2. tipe manfaat
3. derajat perubahan yang diinginkan
4. letak pengambilan keputusan 5. pelaksanaan program 6. sumberdaya yang dilibatkan Lingkungan implementasi :
1. kekuatan, kepentingan dan stretegi aktor yang terlibat. 2. karakteristik lembaga dan
penguasa
(41)
commit to user Sumber : Grindle, Merilee, 1980 : 11
4. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)
Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983), ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni : 1) karakteristik dari masalah (tractability of the problems), 2) karakteristik
kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure
implementation), 3) variabel lingkungan (nonstatutory variabels affecting implementation). Berikut gambarnya :
Bagan 4
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
Mudah/tidaknya masalah dikendalikan : 1. kesulitan teknis
2. keragaman perilaku kelompok sasaran 3. prosentase kelompok sasaran dibanding
jumlah populasi
4. ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan
Kemampuan kebijakan untuk merestrukturkan proses
implementasi 1.kejelasan dan konsistensi
tujuan
2.digunakan teori kausal yang memadai
3.ketepatan alokasi sumber daya 4.keterpaduan hierarki dalam
dan diantara pelaksana 5.aturan-aturan keputusan dari
badan pelaksana
6.rekrutmen pejabat pelaksana 7. akses formal pihak luar
Variasi diluar kebijakan yang mempengaruhi proses
implementasi 1.kondisi sosio-ekonomi dan
teknologi 2.dukungan publik 3.sikap dan sumber-sumber
yang dimiliki kelompok pemilih
4.dukungan dari pejabat atasan 5.komitmen dan keterampilan
kepemimpnan pejabat-pejabat pelaksana
Tahap-tahap dalam proses implementasi (variabel tergantung)
Output kebijakan dari badan-badan pelaksana Kepatuhan kelompok sasaran terhadap output kebijakan Dampak nyata output kebijakan Dampak output kebijakan sebagaimana dipersepsi Perbaikan mendasar dalam undang-undang
(42)
commit to user
Sumber : Mazmanian A dan Sabatier, Paul A, 1983
Karakteristik masalah :
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu sisi ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, dipihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan. Olehkarena itu, sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Suatu program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok sasaran adalah homogen. Sebaliknya, apabila kelompok sasran heterogen maka implementasi program akan relatif sulit. c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah
program akan relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya, program akan mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasaran tidak terlalu besar.
d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah
program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau
bersufat kognitif akan relatif akan relatif mudah
diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat.
(43)
commit to user
Karakteristik kebijakan :
a. Kejelasan isi kebijakan. Semakin jelas dan rinci isi kebijakan akan mudah diimplementasikan kerena implementator mudah memahami menterjemahkan dalam tindakan nyata.
b. Seberapa jauh kebijakan mempunyai dukungan teoritis.
Kebijakan yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat yang lebih manyap karena sudah teruji, walaupun beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.
c. Besarnya alokasi sumberdaya financial terhadap kebijakan tersebut. Keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. Dan setiap program memerlukan dukungan staff untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis dll.
d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar
berbagai institusi pelaksana. Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal dan horisontal antarinstansi yang terlibat dalam implementasi program.
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan
pelaksana.
f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.
g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk
berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat relatif mendapat dukungan daripada sebaliknya.
(44)
commit to user
Lingkungan Kebijakan :
a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang terbuka dan terdidik akan relatif mudah untuk menerima program pembaruan daripada masyarakat yang masih tradisional.
b. Dukungan publik terhadap kebijakan. Kebijakan yang
memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik, dan sebaliknya.
c. Sikap dari kelompok pemilih dari kelompok masyarakat memberikan pengaruh pada implementasi kebijakan. Sikap tersebut dapat berupa intervensi terhadap keputusan atau kritikan-kritikan terhadap badan-badan pelaksana.
d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan
implementator. Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan kebijakan merupakan variabel yang paling krusial.
Berdasarkan teori – teori yang telah dibahas diatas, maka penelitian evaluasi implementasi ini memfokuskan kinerja implementasi program pada proses kepatuhan implementator terhadap prosedur atau standar yang telah ditetapkan serta identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program tersebut. Adapun faktor – faktor yang menjadi pengaruh kuat dalam penelitian adalah bagaimana sumber daya baik sumber daya manusia mau pun dana, proses komunikasi yang terjadi, disposisi atau keinginan dari para
(45)
commit to user
pelaksana program, bagaimana kesesuaian dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dukungan masyarakat pada program dalam penelitian ini. Sehingga, dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat diketahui faktor keberhasilan atau penghambat program.
B. Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan
PNPM Mandiri dalam buku pedoman umum mempunyai pengertian program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan
pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
Kunci dari program ini adalah pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sendiri mempunyai pengertian upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya.
Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.
(46)
commit to user
Tujuan umum dari program ini adalah Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Tujuan khusus antara lain :
1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).
3. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
4. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.
5. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.
(47)
commit to user
PNPM-Mandiri menekankan prinsip-prinsip dasar dalam
pelaksanaannya, harapannya baik tim pelaksana, masyarakat dan stakeholder
lainnya mampu bergerak secara profesional sehinngga tercapai tujuan yang diinginkan. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut ini:
1. Bertumpu pada pembangunan manusia, pelaksanaan PNPM Mandiri
senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
2. Otonomi, dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki
kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.
3. Desentralisasi, kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan
sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.
4. Berorientasi pada masyarakat miskin, semua kegiatan yang
dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
5. Partisipasi, masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.
6. Kesetaraan dan keadilan gender, laki-laki dan perempuan
(48)
commit to user
pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.
7. Demokaratis, setiap pengambilan keputusan pembangunan
dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.
8. Transparan dan akuntabel, masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.
9. Prioritas, pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
10.Kolaborasi, semua pihak yang berkepentingan dalam
penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
11.Keberlanjutan, Setiap pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
(49)
commit to user
12.Sederhana, semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam
pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat
Selain prinsip-prinsip diatas, dalam menjalankan program PNPM ini, digunakan juga pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program yaitu pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:
1. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program.
2. Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal.
3. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.
4. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis.
5. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.
Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan dalam dua level. Harapan dari katagori ini yaitu pembagian tugas yang jelas antar level supaya tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaannya. Kedua katagori tersebut mempunyai fungsi
(50)
commit to user
yang berbeda. Yaitu PNPM inti dan PMPM penguatan. PNPM-Inti terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang
mencakup Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW), dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK). Sedangkan PNPM-Penguatan terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target tertentu. Pelaksanaan program-program ini di tingkat komunitas mengacu pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri.
Dari pembagian katagori diatas, program-program tersebut dapat dikomponenkan dalam empat fungsi besar antara lain : Pertama, Pengembangan Masyarakat yaitu Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan
kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian,
pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal
(51)
commit to user
pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.
Kedua, bantuan Langsung Masyarakat komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin. Ketiga, Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya. Keempat, Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.
Dalam menjalankan program ini, pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintahan daerah sampai pemerintahan terkecil disuatu wilayah dengan didampingi konsultan serta fasilitator dari tingkat kecamatan sampai desa. Banyaknya stakeholder yang terlibat dalam program ini sebagai wujud
(52)
commit to user
tanggungjawab bersama terhadap pengentasan kemiskinan yang mempunyai efek multidimensi.
Berdasarkan pembahasan diatas maka dalam penelitian ini ingin mengetahui program Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, alasan fokus penelitian ini adalah karena lokasi penelitain masuk dalam kriteria daerah yang berhak mendapatkan programPNPM Mandiri serta lokasi penelitian berada pada kecamatan di wilayah perkotaan.
C. Evaluasi Implementasi Program Pembangunan Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan
Evaluasi merupakan salah satu rangkaian dalam proses kebijakan publik. Proses ini cukup strategis untuk mengetahui kualitas kebijakan yang dilaksanakan. Evaluasi implementasi ditujukan pada proses pelaksanaan kebijakan atau program. Terdapat dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu kepatuhan terhadap prosedur atau standard dalam proses implementasi , serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses implementasi
Evaluasi implementasi program PNPM mandiri Perkotaan merupakan suatu proses untuk menilai kinerja program tersebut. Untuk melihat proses implementasi, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada kepatuhan terhadap petunjuk pelaksanaan dan teknis (Juklak-Juknis) PNPM Mandiri Perkotaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi.
(53)
commit to user
Faktor-faktor strategis yang mempengaruhi implementasi PNPM mandiri tersebut antara lain :
1. Sumber daya
Sumber daya merupakan segenap sumber ( fisik maupun non fisik) yang dimiliki oleh seseorang atau instansi. Sumber daya dalam konteks implementasi dapat digolongkan menjadi dua jenis sumber daya yakni : a. SDM (sumber daya manusia), meliputi kuantitas dan kualitas (kompetensi) SDM yang menjalankan program (implementator)
b. SDO ( Sumber daya organisasi), meliputi seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi guna mendukung proses implementasi suatu program atau kebijakan, diantaranya dana.
Sumber daya inilah yang menjadi penentu terwujudnya program yang akan dilaksanakan.
2. Sikap Pelaksana / disposisi
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementator mempunyai disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diingkan oleh pembuat kebijakan dan sebaliknya. dampak dari kecenderung-kecederungan pelaksana kebijakan adalah akan banyak kebijakan masuk zona ketidakacuhan. Ada kebijakan yang dikerjakan secara efektif karena mendapat dukungan langsung dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan lain mungkin akan bertentangan dengan pandangan
(54)
commit to user
pelaksana kebijakan, sehingga akan menghambat implementasi kebijakan. Sikap pelaksana menjadi faktor pendukung untuk kesuksesan suatu program.
3. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar
implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran serta dari mana kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga mengurangi distorsi implementasi. Implementasi yang efektif, meminta para pelaksana (implementor) tidak sekedar dengan suatu petunjuk yang jelas, tetapi yang penting adalah adanya konsisten komunikasi dari atas ke bawah, dalam arti arus komunikasi yang terjadi harus jelas dan tegas. Bila tidak, maka akan membuka peluang bagi para pelaksana untuk menafsirkan kebijakan tersebut. Atau dengan kata lain, perlu dihindari adanya suatu hal yang dapat menimbulkan suatu kegaduhan, kebingungan diantara para pelaksana, sebagai akibat dari adanya kelonggaran-kelonggaran dalam menafsirkan kebijakan tersebut. Terpenting lagi harus adanya ketetapan dan keakuratan informasi kebijakan, sehingga para pelaksana dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tujuan yang sebenarnya ingin dicapai dari implementasi kebijakan tersebut, dan mereka dapat mengetahui dengan tegas dan jelas, apa yang seharusnya mereka lakukan.
(55)
commit to user
Selain konsistensi komunikasi, para pelaksana harus mengetahui apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam implementasi kebijakan tersebut. Ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan untuk implementasi suatu kebijakan harus disampaikan pada orang-orang yang tepat, dan mereka harus menjadi jelas, akurat, konsisten terhadap ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut. Jika tidak, maka akan terjadi salah pengertian di antara mereka dalam mengimplementasikan suatu kebijakan dan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
4. Struktur Birokrasi(SOP/juklak-juknis)
Indikator minimal dari hal ini adalah SOP / standart operational prosedure. Dengan adanya SOP ini diharapkan dalam implementasi kebijakan sesuai dengan arah yang diinginkan, tidak melenceng dari yang diharapkan. SOP yang dimaksud dalam program PNPM Mandiri Perkotaan adalah petunjuk pelaksanaan dan teknis (Juklak-Juknis). Juklak-Juknis ini menjadi pedoman dan panduan utama implementator dalam melaksanakan tugasnya.
5. Dukungan Publik
Dukungan publik terhadap kebijakan mempunyai faktor yang
strategis juga. Publik dalam hal ini kelompok sasaran atau target group dari program atau kebijakan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu implementasi program. Kebijakan atau program yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik, dan sebaliknya. Dukungan target group sangat beragam, dapat
(56)
commit to user
berupa partisipasi dalam kegiatan, kepatuhan terhadap hasil musyawarah, atau yang lainnya.
D. Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan tantangan pembangunan disetiap pemerintahan baik pusat maupun wilayah di Indonesia yang harus segera untuk diselesaikan. Pemerintahan pusat sudah mempunyai i’tikad yang baik untuk
segera menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia dengan
mengeluarkan kebijakan program penanggulangan kemiskinan dengan berbagai lapisan kegiatan yang langsung dan tepat sasaran. Hal ini bisa dilihat dengan program-program pemerintah yang terdiri dari berbagai klaster yang mempunyai target yang berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan yang sama. Antara lain yaitu : Bantuan operasional sekolah (BOS), jaminan kesehatan masyarakat, pemberdayaan masyarakat, bantuan usaha mandiri dan lain sebagainya.
Tahun 2007 Presiden Bambang Yudhoyono mensosialisasikan program Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri. Program PNPM bertujuan untuk Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Maka, pelaksanaannya pada tahun 2008 untuk semua daerah di Indonesia. Pelaksana program PNPM ini adalah pemerintahan daerah dengan mengalokasikan dana pendampingan dalam anggaran pembangunan belanja daerah serta masyarakat sebagai
(57)
commit to user
pelaksana dilapangan dengan pendampingan dari tim PNPM Mandiri (fasilitator).
Dalam proses implementasi program PNPM Mandiri terdapat panduan atau juklak-juknis kegiatan PNPM, jadi dalam implementasi program PNPM harus sesuai dengan juklak-juknis yang telah ditetapkan. Dari juklak-juknis tersebut program PNPM dilaksanakan. Untuk menilai kinerja implementasi, maka maka dilakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi, yaitu komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, Struktur Birokrasi, dan dukungan publik (kelompok sasaran).
Ketika implementasi sesuai dengan perencanaan dan dilaksanakan dengan petunjuk yang ada maka dapat dikatakan implementasi tersebut sukses atau sebaliknya, ketika tidak sesuai dengan perencanaan dan petunjuk yang ada maka dapat dipastikan implementasi tersebut gagal. Keberhasilan dalam implementasi program PNPM Mandiri Perkotaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
(58)
commit to user
Bagan 5 Kerangka Pikir
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi :
1. Sumberdaya 2. komunikasi
3. Disposisi / sikap pelaksana 4. SOP/Juklak-juknis
5. Dukungan publik (kelompok sasaran) Pelaksanaan Program PNPM
Mandiri Perkotaandi kelurahan Semanggi
juklak-juknis pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan
Program PNPM Mandiri Perkotaan
Tahapan Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan :
1. Persiapan atau Sosialisasi awal 2. Pelaksanaan
a. Rembug Keswadayaan Masyarakat (RKM) atau Rembug Warga b. Refleksi Kemiskinan c. Pemetaan Swadaya
d. Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) e. Penyusunan Program Jangka
Menengah Pronangkis 2009-2011 dan Rencana Tahunan 2009
f. Pelaksanaan Kegiatan 3. Review Program 4. Rembug Warga Tahunan
(59)
commit to user
E. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi Konseptual
a. Evaluasi Implementasi
Merupakan kegiatan yang menyangkut penilaian terhadap proses kinerja kebijakan atau program.
b. Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan
PNPM Mandiri Perkotaan adalah program-program
penanggulangan kemiskinan nasional berbasis pemberdayaan masyarakak melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Program ini dilaksanakan pada tingkat kecamatan di Kota.
c. Evaluasi Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan
Evaluasi implementasi program PNPM mandiri merupakan suatu proses untuk menilai kinerja program tersebut. Peoses penilaian mefokuskan pada kepatuhan terhadap petunjuk pelaksanaan dan teknis (Juklak-Juknis) dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan serta identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi program PNPM Mandiri Mandiri Perkotaan.
(60)
commit to user
2. Definisi Operasional
a. Evaluasi Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan tahun
2008-2009 di Kelurahan Semanggi
Evaluasi implementasi program pembangunan nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri Perkotaan adalah proses menilai kinerja pelaksanaan program PNPM mandiri Perkotaan tahun 2008-2009 di Kelurahan Semanggi. Untuk menilai pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan tersebut maka digunakan dua indikator yaitu :
1. Kepatuhan terhadap petunjuk pelaksanan dan teknis ( Juklak-Juknis)
2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
program PNPM tersebut, antara lain :
1. Sumber daya
Sumber daya yang memadai dan mendukung sangat diperlukan agar implementasi dapat berjalan dengan lancar. Sumber daya yang dibutuhkan dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan ini antara lain :
a. Fasilitator sebagai pendamping untuk pelaksanaan PNPM,
Lurah, LKM serta KSM atau masyarakat.
(61)
commit to user
2. Sikap Pelaksana / disposisi
Apabila implementator mempunyai disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diingkan oleh pembuat kebijakan dan sebaliknya. dampak dari kecenderung-kecederungan pelaksana kebijakan adalah akan banyak kebijakan masuk zona ketidakacuhan. Ada kebijakan yang dikerjakan secara efektif karena mendapat dukungan langsung dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan lain mungkin akan bertentangan dengan pandangan pelaksana kebijakan, sehingga akan menghambat implementasi kebijakan. Apakah diposisi yang dimiliki oleh stakholder yang terkait baik atau sebaliknya. Stakeholder yang terlibat atau pelaksana dalam program PNPM Mandiri Perkotaan di Surakarta terkhusus Kelurahan Semanggi antara lain :
a. Kepala kelurahan Semanggi dan jajarannya
b. Konsultan dan fasilitator PNPM Mandiri di Kelurahan Semanggi
c. Lembaga Kswadayaan Masyarakat (LKM)
d. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau masyarakat
3. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana untuk menghubungkan tujuan program dengan pelaksana program agar program dapat direalisasikan dengan baik. Komunikasi antar pelaksana harus dijalankan dengan baik. Pola komunikasi yang dibangun adalah
(62)
commit to user
top-down dan buttom- up karena proses implementasi melibatkan banyak elemen. Pola komunikasi juga dapat dilaksanakan secara formal maupun informal untuk menunjang kelancaran pelaksanaan program.
4. Struktur Birokrasi
Indikator minimal dari hal ini adalah SOP / standart operational prosedure atau petunjuk pelaksanan dan teknis (Juklak-Juknis). Dengan adanya SOP (Juklak-Juknis) PNPM Mandiri Perkotaan ini diharapkan dalam implementasi kebijakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
5. Dukungan Publik
Dukungan publik merupakan prasyarat utama dalam proses implementasi program PNPM Mandiri Perkotaan, karena pada dasarnya program ini ditujukan pada pemberdayaan masyarakat atau warga miskin secara langsung. Dukungan publik dapat berupa :
a. Partisipasi masyarakat dalam musyawarah atau semua
kegiatan PNPM
b. Swadaya masyarakat baik dana, tenaga dan waktu.
(63)
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian bermakna cara ilmiah untuk mendapatkan jawaban mengenai suatu masalah. Metode merupakan unsur yang penting dalam penelitian untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan pendekatan untuk memenuhi tujuan penelitian dengan prosedur dan urutan untuk menjawab pernyataan penelitian (Y. Slamet : 25)
Adapun metode penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci terhadap gejala sosial seperti sistematis, factual, akurat mengenai sifat-sifat, fakta-fakta serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan bagaiman pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan Semanggi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan Semanggi.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semanggi, alasan dalam pemelihan lokasi penelitian ini karena Kelurahan Semanggi merupakan salah satu Kelurahan yang kurang kondusif dalam pelaksanaan awal PNPM Mandiri Perkotaan . Selain alasan tersebut, berdasarkan data BPS tahun 2009
(64)
commit to user
menyebutkan bahwa terdapat 1.380 masyarakat miskin di daerah Semanggi. Dan mayoritas masyarakat Semanggi bekerja sebagai buruh dan sektor informal. Sehingga Kelurahan Semanggi masuk dalam daftar daerah yang berhak mendapatkan program PNPM Mandiri Perkotaan.
C. Jenis dan Sumber Data
Data adalah suatu fakta atau keterangan dari objek yang diteliti. Data yang diperlukan adalah data yang mendukung dengan penelitian yaitu proses implementasi PNPM Mandiri Perkotaan di Surakarta.
Adapun data yang digunakan adalah : a. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber pertama untuk tujuan penelitian yang dilakukan dan mendapatkan hasil dari sebernanya pada objek yang diteliti. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Soejono Soekanto (1986) yaitu data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu pelaku, masyarakat melalui penelitian. Data primer dalam penelitian ini antara lain :
1 Fasilitator PNPM Mandiri kelurahan Semanggi
2 Kepala Kelurahan Semanggi
3 Lembaga Keswadayaan Masyarakat
4 Masyarakat Kelurahan Semanggi
(65)
commit to user
Data ini diperoleh dari dokumen, laporan, peraturan perundangan, dan internet yang berkaitan dengan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi.
D. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara.
Teknik wawancara yang diterapkan adalah wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing). wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat “open-ended”, dan mengarah pada kedalaman informasi , serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh dan mendalam. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada : Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan Kelurahan Semanggi, Kepala Kelurahan Semanggi, pengurus LKM dan Masyarakat Kelurahan Semanggi.
b. Dokumentasi
Untuk mendukung kebenaran hasil analisis data yang diperoleh dari wawancara, maka diperlukana dukungan dari sumber data sekunder yaitu dokumentasi yang relevan. Teknik pengambilan data tertulis, bersumber pada catatan-catatan tertulis maupun gambar atau visual terkait PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi.
(1)
commit to user
(KSM) Sumber daya organisasi yang utama adalah dana. Semua sumber daya sangat mendukung program ini.
b. Komunikasi
Komunikasi dibangun secara botton up dan top down antar sesama stakeholder. Koordinasi ini dijalankan secara formal dan informal serta dilakukan secara periodik atau sesuai kebutuhan. Komunikasi berjalan dengan baik, tidak ada kendala.
c. Struktur Birokrasi atau Juklak-Juknis
Kesesuaian pelaksanaan program PNPM dengan Juklak-Juknis merupakan salah satu indikator keberhasilan program tersebut. Implementasi PNPM Mandiri di Semanggi sesuai dengan Juklak-Juknis.
d. Sikap Pelaksana / Disposisi
Kepahaman dan kemauan bersama para pelaksana program PNPM Mandiri merupakan titik awal keberhasilan dari pelaksanaan program PNPM Mandiri. Semua pelaksana program PNPM Mandiri di Semanggi mempunyai disposisi yang baik.
Sedangkan faktor yang kurang mendukung pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi adalah faktor dukungan Publik atau partisipasi masyarakat. Partisipasi dapat berbentuk keterlibatan masyarakat dalam rapat, pelaksanaan kegiatan dan kesediaan masyarakat untuk menjadi pengurus. Partisipasi masyarakat Semanggi cukup baik tetapi belum sesuai
(2)
dengan yang diharapkan. Sehingga pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan kurang maksimal. Olehkaren itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
C. Saran
Program pembangunan nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan oleh pemerintah pusat untuk dilaksanakan oleh semua daearah di Indonesia. Program ini dicanangkan sampai tahun 2015 dan pemerintah pusat melalui APBN telah menganggarkan dana yang cukup besar disetiap tahunnya. Oleh karena itu, berdasarkan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tahun pertama pelaksanaan program yaitu tahun 2009, maka perlu adanya saran agar implementasi program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Semanggi untuk beberapa tahun kedepan lebih baik, yaitu :
1 Meningkatkan sosialisasi semua kegiatan yang berkaitan dengan PNPM
Mandiri di Semanggi melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan, papan-papan pengumuman atau melalui forum-forum yang diselenggarakan oleh aparat Kelurahan Semanggi. Sosialisasi ini perlu digalakkan kembali untuk meningkatkan kesadaran partisipasi masyarakt. Karena, sampai saat ini masih dijumpai pengurus RT dan masyarakat yang belum mengetahui program PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan
(3)
commit to user
cukup berat terhadap kesuksesan pelaksanaan program PNPM Mandiri di Semanggi. Sehingga diperlukan kerja tim yang baik pada kepengurusan LKM Mandiri.
3 Mengadakan pelatihan-pelatihan keterampilan atau skill yang bertujuan
untuk mengurang pengagguran terutama pengagguran usia produktif. Pelatihan ini dapat bekerjasama dengan pemilik home-home industri
yang berada di Semanggi, seperti home industri pakaian batik, kerajinan dari batik, kerajinan dari sapu lidi dan yang lainnya.
4 Selain mengadakan pelatihan, diperlukan tindak lanjut dari pelatihan tersebut. Tindak lanjut dapat berupa stimulus dana untuk meningkatkan usaha bagi yang telah memiliki usaha kecil atau memberikan modal bergulir untuk peserta pelatihan yang belum memiliki usaha. Sehingga dengan bantuan dana tersebut dapat meningkatkan pendapatan atau membuka lapangan kerja yang baru.
5 Memberikan penyuluhan yang berkaitan dengann kesehatan atau
kebersihan lingkungan tempat tinggal. Kelurahan Semanggi merupakan daerah rawan banjir dan termasuk pada kawasan kumuh untuk sebagian daerah Semanggi. Sehingga dengan penyuluhan tersebut dapat meningkatkan standar kesehatan masyarakat dan lingkungan tempat tinggal mereka.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agus Subarsono, Drs. M. Si, M.A. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo
M. Irfan Islamy. Dr, 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara. Jakarta : Bumi aksara
Riant Nugroho Dwijiwijoto. 2003. Kebijakan Publik Formulasi,
Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta : PT Gramedia
Samodra Wibawa. 1994. Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta : Raja Grafindo Persada
H. B Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan
Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press
Priata westra, dkk. 2002 Manajemen Pembangunan Daerah. Jakarta : Ghalia Indonesia
Tim Pengendalian PNPM Mandiri. 2007/2008. Pedoman Umum Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri
(5)
commit to user
Alif Basuki, Yanu Endar Prasetyo. 2007. Satu Langkah Bersama Untuk : Me-Museum-kan kemiskinan Saatnya Suara Si Miskin Didengar Dan menjadi
Dasar Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah . Surakarta :
FASCHO Grafika
Referensi lain :
Wahyu Nurharjadmo. 2008. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan
Sistem Ganda di Sekolah Kejuruan. Surakarta : Jurnal Spirit Publik. Surakarta
Thomas B. Smith, 2005. Policy Evaluation in Third World Countries :
Some Issues and Problems. Asian Journal of Public Administration.
Laurence J O'Toole Jr. 2000. Research on Policy Implementation:
Assessment and prospects. Journal of Public Administration Research and
Theory
Buletin Sambung Hati 9949. Edisi 50 /9-15 Maret Pemkotsolo.go.id
www.solopos.co.id
(6)