Hasil Penelitian ANALISIS DATA

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai data-data yang telah diperoleh dari penelitian yang dilakukan di lapangan melalui wawancara dengan informan. Peneliti berhasil mengumpulkan data dari 4 orang informan yakni pekerja sosial. Dalam hal ini, data yang diperoleh langsung dari pekerja sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. Dari penelitian tersebut, diperoleh data umum mengenai informan melalui nama, usia, jenis kelamin, daerah asal, tamatan terakhir, jabatan dipanti dan tahun masuk di panti. Setelah melakukan observasi langsung ke lapangan dan wawancara dengan informan, diperoleh juga berbagai data-data yang akan dianalisis melalui pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data-data yang sudah terkumpul, penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Informan I Informan yang pertama bernama Lauren Sinaga, seorang laki-laki yang beragama Kristen Protestan. Beliau sekarang berusia 43 tahun dan telah bekerja di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar ini sejak tahun 2001. Dimana pendidikan terakhir Beliau adalah D4 dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial STKS Bandung. Sedangkan jabatan beliau saat ini di panti adalah pekerja sosial madia fungsional dimana hanya Universitas Sumatera Utara beliau yang menjabat sebagai pekerja sosial madia. Bapak Lauren ini berasal dari daerah Dairi, Sidikalang yang merupakan salah satu kabupaten dari Sumatera Utara juga. Alasan bapak Lauren memilih menjadi seorang pekerja sosial dipanti tidak lain karena memiliki latar belakang pendidikan dari bidang kesejahteraan sosial yaitu SMPS SMK Sosial di Medan dan STKS Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. “Setelah lulus penerimaan PNS, saya ditugaskan di UPT ini, ya berhubung memang bidang saya dengan senang hati menerimanya” demikian penjelasan beliau. Kemudian secara singkat, beliau juga menjelaskan tentang profesi pekerja sosial itu berdasarkan pengetahuannya yakni seseorang yang memberikan pelayanan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS baik secara individu, kelompok, maupun masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan pekerja sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar adalah seseorang yang memberikan pelayanan kepada penyandang disabilitas Tuna Rungu Wicara dan lanjut usia ataupun juga PNS yang diberikan tugas, tanggung jawab dan hak untuk memberikan pelayanan kepada PMKS sesuai dengan jenjang jabatannya. Selanjutnya beliau memaparkan fungsi pekerja sosial itu dipanti, dimana beliau mengatakan bahwa pekerja sosial itu terbagi atas 2 kelompok berdasarkan fungsinya, yaitu pekerja sosial terampil dan pekerja sosial ahli. Pekerja sosial terampil, mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan warga binaan sosial tuna rungu wicara mulai dari tahap pendekatan awal, asesmen, rencana intervensi, intervensi, terminasi dan terakhir rujukan. Sedangkan, pekerja sosial ahli mempunyai tugas melakukan supervisi kepada pekerja sosial terampil yakni diantaranya menyusun konsep instrument asesmen, rencan intervensi, pelaksanaan intervensi, evaluasi, terminasi dan rujukan. Artinya, pekerja sosial ahli melakukan evaluasi secara Universitas Sumatera Utara keseluruhan. Dimana hingga saat ini tugas masing-masing dari pekerja sosial tersebut telah berjalan sesuai dengan prosedur kegiatan yang telah ditetapkan. Selain itu, beliau kembali memaparkan mengenai kinerjanya mulai dari pertama dia ditempatkan kerja di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar. Dimana, beliau telah bekerja dipanti ini selama 13 tahun dan durasi kerjanya dipanti ini adalah 6 jam setiap hari kerjanya. Berbagai pelayanan telah diberikan panti ini kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara diantaranya memberikan pelayanan sosial dasar, pelayanan administrasi seperti penyimpanan datafile, pendampingan bimbingan keterampilan, memberikan bimbingan fisik, sosial, psikososial dan mental serta yang terakhir mengadakan rekreasi kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Kemudian, beliau mengatakan jika berbicara pelayanan tentunya menyangkut prosedur atau standar pelayanan tersebut. Sampai saat ini, hanya sebagian pelayanan yang telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sosial sebagaimana mestinya. Walaupun demikian, sebagian dari pelayanan tersebut telah berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan. Sebagian pelayanan yang dimaksud itu adalah menyangkut pelayanan sosial dasar, pelayanan administrasi dan pendampingan bimbingan keterampilan. Karena kemampuan mereka yang terbatas, hanya pelayanan tersebut yang mampu pekerja sosial berikan. Kemudian beliau juga memaparkan bahwa bukan pekerja sosial saja yang terlibat atau berperan aktif dalam semua pelayanan yang diberikan kepada warga binaaan sosial tuna rungu wicara, melainkan hampir semua staff, instruktur keterampilan dari luar panti, psikolog dari luar panti dan juga pemuka agama. Menyangkut kehidupan warga binaan sosial tuna rungu wicara sehari-harinya, pastilah mempunyai permasalahan. Dalam hal ini, pekerja sosial mempunyai peranan penting dalam penyelesaiannya. Nah, kami sesegera mungkin harus bisa menyelesaikan masalah itu, jangan Universitas Sumatera Utara sampai berlarut-larut sehingga menimbulkan masalah yang lebih luas lagi, demikian penjelasan beliau. Akan tetapi ketika permasalahan dianggap berat dan tidak mendapatkan solusinya maka, pekerja sosial meminta bantuan pemikiran ataupun tenaga kepada seluruh staff dan pejabat struktural panti. Selanjutnya, beliau memaparkan strategi yang mereka terapkan menyangkut pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Strategi yang mereka gunakan adalah Strategi Prosedur Tetap yang merupakan strategi yang sesuai dengan program Dinas Sosial yang terbaru. Dimana sampai sejauh ini, strategi tersebut berjalan dengan baik. Itu dapat dilihat dari manfaatnya bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara, dimana manfaatnya adalah warga binaan sosial tuna rungu wicara mendapatkan ilmu pengetahuan, mendapatkan keterampilan dengan baik, pengubahan perilaku dan tentunya mereka bertambah senang dan nyaman tinggal di panti ini. Selain strategi yang telah ditetapkan dinas sosial, beliau juga mengatakan mereka juga mempunyai strategi lain yang digunakan yaitu strategi dalam bentuk pemberian pelayanan penuh selama jam kerja, dimana pekerja sosial bersama-sama dengan pegawai atau staff UPT berkumpul dan sharing membahas permasalahan warga binaan sosial dan perkembangan mereka kedepannya. Agar strategi yang ada dapat sejalan, maka hal yang kami lakukan sebagai pekerja sosial adalah berkoordinasi dengan pegawai lain di UPT. Artinya, setiap ada program yang telah berjalan maka kami sama-sama mengevaluasi apa saja kekurangan atau permasalahan yang dihadapi ketika pemberian pelayanan. Untuk itu, menjadi kewajiban sebagai pekerja sosial selalu terlibat aktif dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Universitas Sumatera Utara Kemudian terkait warga binaan sosial tuna rungu wicara yang nantinya keluar dari panti, pekerja sosial secara bertahap memberikan pendampingan ataupun bimbingan keterampilan sebagai modal dasar untuk mandiri. Setelah itu, diwaktu luang pekerja sosial memberikan bimbingan sosial bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara yang berguna untuk interaksi ataupun pergaulan mereka dengan masyarakat di luar nantinya. Ini sangat penting, karena warga binaan tidak dapat diketahui kapan keluarnya dari panti. Dimana warga binaan dapat keluar atau selesai belajar di panti paling cepat yaitu setahun dan yang paling lama 3 tahun. Dengan catatan, yang cepat keluar telah dinyatakan terampil dalam satu bidang keterampilan yang diajarkan ataupun sangat mudah menangkap pelajaran yang diberikan. Untuk mendukung keterampilan yang mereka miliki, pihak UPT melakukan kerja sama dengan pengusaha atau pihak luar untuk memperbolehkan warga binaan sosial tuna rungu wicara magang di tempat mereka walaupun bukan untuk bekerja menetap. Selain itu, warga binaan sosial juga sering diberikan bantuan oleh pihak lain di luar panti yakni bantuan insidentil yakni berupa makanan, minuman, pakaian bekas yang tentunya mereka terima dari pihak panti. Ketika ditanyakan kepada Bapak Loren tentang apa yang menurut beliau paling penting untuk dibenahi di panti ini, dia mengatakan bahwa sarana dan prasarana belajar harus diperbaiki, peralatan eletronik seperti infocus, VCD, TV, dan yang terpenting tenaga ahli seperti psikolog ataupun dokter dapat ditempatkan di panti ini. 5.1.2 Informan II Informan kedua bernama Adry M Simatupang yang berasal dari Pematang Siantar. Jenis kelamin perempuan dan telah berusia 52 tahun. Ibu Adry saat ini menjabat sebagai pekerja sosial Universitas Sumatera Utara penyelia, dimana ibu ini telah hampir 10 tahun menduduki jabatan ini sejak penempatannya di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar di tahun 2004. Beliau merupakan lulusan SMPS Medan, yang kita kenal sebagai SMK sosial saat ini. Ketika ditanyakan kepada beliau tentang pekerja sosial, ibu itu menjawab pekerja sosial itu merupakan sebuah profesi yang dijalaninya sebagai pemberi pelayanan bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti halnya anak tuna rungu wicara di panti itu agar dapat berinteraksi dan diterima di masyarakat nantinya. Selanjutnya, yang melatarbelakangi beliau untuk menjadi seorang pekerja sosial di panti adalah karena selain ditempatkan pemerintah di UPT ini, juga karena keinginan saya untuk selalu dapat memberi pelayanan kepada anak tuna rungu wicara ini berdasarkan ilmu yang pernah dia dapatkan di SMK sosial itu dulu. Tidak terlepas dari fungsi kami sebagai pekerja sosial yang salah satunya menjadi pendamping mereka. Yang mana pendampingan yang beliau lakukan lebih kepada pendampingan agama. Karena beliau merupakan pemeluk agama Kristen, maka beliaulah yang menjadi pendamping warga binaan sosial yang beragama Kristen. Hingga saat ini fungsi yang beliau jalankan sebagai pendamping masih berjalan dengan baik, terlihat dari keseriusan anak-anak tuna rungu wicara menghadiri ruangannya untuk mengikuti pelajaran-pelajaran agama yang ibu itu berikan. Walau pertemuan yang beliau lakukan relatif singkat tetapi itu dapat dimaksimalkan. Ini dikarenakan jam kerja mereka sebagai pekerja sosial hanya berkisar 6 jam dalam setiap harinya. Kemudian beliau juga menjelaskan mengenai pelayanan yang diberikan panti ini kepada warga binaan sosial khususnya tuna rungu wicara, diantaranya pelayanan sosial dasar seperti asrama untuk warga binaan sosial tinggal, makanminum mereka dan juga dalam pengobatan Universitas Sumatera Utara bagi yang sakit. Pelayanan yang lainnya seperti pelayanan bimbingan keterampilan dan rohani. Pelayanan ini dapat dikategorikan sebagai pelayanan yang standar dari panti dan telah sesuai dengan perencanaan program yang telah ditetapkan berdasarkan strategi yang pekerja sosial buat. Dimana strategi yang kami terapkan di panti ini berupa strategi prosedur tetap seperti yang telah dinas sosial berikan. Walau menurut beliau strategi ini belum berjalan maksimal karena sarana dan prasarana yang tidak memadai dan keseriusan pegawai-pegawai yang lain. Pelayanan yang diterima warga binaan sosial tuna rungu wicara bukan saja melalui pekerja sosial sebagai pejabat fugsional melainkan seluruh staff dan pejabat struktural. “Kiranya ini dapat berjalan seimbang agar strategi yang kami terapkan dapat berjalan maksimal pula”, demikian penuturan beliau. Karena bukan hanya satu strategi yang pekerja sosial terapkan melainkan strategi pemberian pelayanan penuh di luar jam kerja. Setiap pelayanan yang diberikan bagi warga binaan sosial baik oleh panti secara umum dan pejabat struktural dan fungsional secara khusus, pasti menemukan berbagai permasalahan. Untuk mengurangi dampak permasalahan yang dialami para warga binaan sosial, maka pekerja sosial harus bisa berperan aktif untuk penyelesaian masalah tersebut. Strategi pemberian pelayanan penuh itulah yang sangat dominan disini. Strategi yang kami terapkan ini telah dirasakan manfaatnya oleh warga binaan sosial dan juga panti itu sendiri. Itu dapat terlihat dari semakin kondusifnya suasana di asrama warga binaa sosial dan pada saat proses pemberian keterampilan serta proses belajar mengajar. Untuk meyelaraskan kedua strategi tersebut, beliau dan juga kawan-kawan pekerja sosial lainnya selalu membahas apa yang menjadi kendala atau masalah dalam setiap program yang berjalan atau pun ketika pemberian pelayanan. Ketika menemukan permasalahan yang sangat berat dip anti dan Universitas Sumatera Utara para pekerja sosial tidak mendapatkan penyelesaiannya, maka beliau dan kawan-kawan pekerja sosial lainnya berkonsultasi kepada pejabat struktural. Peranan pekerja sosial sangat dominan di panti, termasuk ketika anak tuna rungu wicara nantinya keluar dari panti tersebut. Beliau menjelaskan bahwa selama para warga binaan sosial tuna rungu wicara masih di panti ini maka menjadi kewajiban mereka untuk selalu mendampingi para warga binaan sosial dalam bimbingan keterampilan baik menjahit, salon ataupun bertukang serta yang terutama bimbingan sosial dan mental sebagai modal mereka nantinya keluar dari panti untuk berbaur dengan masyarakat. Semua itu harus dilakukan semaksimal mungin karena ketidakpastian berapa lama warga binaan sosial berada di panti ini. Karena anak tuna rungu wicara dapat keluar dari panti ini, ketika mereka dinyatakan terampil dalam satu bidang keterampilan dan itu paling cepat dalam durasi 1 tahun dan yang paling lama 3 tahun. Kemudian, untuk mewadahi warga binaan sosial yang terampil maka tugas kami mencari perusahaan atau pun produksi rumah tangga untuk menampung warga binaan sosial itu magang tetapi bukan untuk bekerja. Selain itu semua, para warga binaan sosial sering mendapatkan bantuan dari pihak luar yakni berupa bantuan pokok, seperti halnya makanan ringan, minuman, pakaian. Dan tentunya bantuan itu diserahkan melalui pihak panti yang memiliki wewenang. Dengan harapan para warga binaan sosial tuna rungu wicara semakin giat untuk belajar dan semakin betah untuk tinggal dip anti tersebut. Ketika ibu itu ditanyakan hal yang paling penting untuk dibenahi di panti tersebut adalah saran dan prasarana belajarnya dan juga kesadaran pegawai-pegawai lainnya yang di panti untuk lebih aktif lagi dalam memberi pelayanan kepada warga binaan sosial. Universitas Sumatera Utara 5.1.3 Informan III Informan yang ketiga bernama Hanna Purba yang berasal dari Desa Negri Dolok Kabupaten Simalungun. Beliau adalah seorang perempuan dan pemeluk agama Kristen Protestan, sekarang telah berusia 54 tahun dan telah bekerja di panti ini sebagai pekerja sosial fungsional selama 10 tahun. Sejak pengangkatan beliau di tahun 2004 sebagai Pengawai Negeri Sipil di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar, beliau telah merasakan banyak pengalaman dalam memberikan pelayanan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Ibu Hanna ini merupakan tamatan tamatan sekolah menengah atas yakni SMPS SMK Sosial saat itu. Menurut penuturan langsung dari beliau, ketika ditanyakan defenisi pekerja sosial itu tidak lain adalah sebuah profesi yang memberikan pelayanan kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial agar dapat berfungsi secara layak di masyarakat. Dan alasan utama beliau menjadi pekerja sosial di panti karena alasan penempatan tugas yang diberikan pemerintah kepadanya agar bertugas di UPT ini. Kemudian ketika ditanyakan apa yang menjadi tugas dan fungsi utamanya sebagai pekerja sosial di panti, beliau menjelaskan bahwa fungsi utamanya adalah pemberi pelayanan kepada warga binaan sosial mulai dari tahap pendekatan awal, asesmen, rencana intervensi, rujukan dan terminasi. Beliau menekankan, bahwa fokus pelayanannya yang utama sebenarnya lebih kepada pelayanan warga binan sosial lanjut usia, kendati demikian, beliau juga berperan dalam setiap pelayanan yang diberikan panti kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Hingga saat ini fungsi dan tugas beliau tersebut masih berjalan dengan baik, dengan durasi waktu kerja setiap harinya 6 jam, Ibu Hanna tetap memantau dan memperhatikan Universitas Sumatera Utara pelayanan yang diberikan panti kepada warga binaan sosial. Pelayanan-pelayanan yang diberikan panti kepada warga binaan sosial antara lain adalah pelayanan sosial dasar seperti tempat tinggal dan makanan, pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembagan, dan terakhir pelayanan akses. Pelayanan tersebut telah berdasarkan prosedur dan standar panti sosial sebagaimana mestinya. Setiap pelayanan ini telah direncanakan pelaksanaannya dan dijalankan sesuai program kerja panti yang telah ditetapkan bagi warga binaan sosial. Dan semua pelayanan yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial telah disepakati oleh pekerja sosial dan memberikan perubahan ketika menemukan permasalahan dalam pelaksanaannya. Wewenang pekerja sosial untuk memberikan masukan kepada panti dalam setiap permasalahan pemberian pelayanan kepada warga binaan sosial berdasarkan strategi yang pekerja sosial tetapkan sendiri. Strategi yang digunakan pekerja sosial terkait pelayanan yang diberikan oleh panti adalah strategi prosedur tetap, yang mana sesuai dengan kebijakan dari dinas sosial. Hingga saat ini strategi masih berjalan dengan baik dengan memperhatikan manfaatnya yang dirasakan oleh warga binaan sosial itu sendiri. Beberapa manfaat yang terlihat bagi warga binaan sosial dengan adanya strategi tersebut antara lain yakni keseriusan para warga binaan sosial khususnya anak tuna rungu wicara dalam melakukan proses belajar dan program keterampilan, perubahan tingkahlaku, dan kenyamanan tinggal di panti ini. Selain dari pada strategi tersebut, pekerja sosial juga membuat kebijakan startegi yang lain, yang tentunya untuk mendukung berjalannnya strategi yang utama tersebut. Strategi yang dimaksud tersebut adalah strategi pemberian pelayanan penuh selama jam kerja, dengan tujuan ketika ditemukan permasalahan dalam pelaksanaan program, maka secara tanggap pekerja sosial dapat membuat perubahan perencanaan untuk pelaksanaan program selanjutnya. Namun ketika permasalahan dianggap serius dan pekerja sosial tidak sanggup Universitas Sumatera Utara menyelesaikannya, maka staff UPT yang lain dan pejabat struktural UPT diharapkan dapat memberikan solusi yang terbaik. Keaktifan dan keseriusan pekerja sosial sangat dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kepada warga binaan sosial. Selain pekerja sosial, peran aktif dari staff atau pegawai UPT lainnya sangat dibutuhkan guna kelancaran pelaksanaan program dan pemberian pelayanan. Dalam keberfungsian sosial warga binaan sosial tuna rungu wicara jika nantinya keluar dari panti sangat tergantung dari proses belajar dan bimbingan yang diberikan kepada mereka. Maka kewajiban pekerja sosial selalu memberikan perhatian dan bimbingan kepada warga binaan sosial tersebut. Beberapa bimbingan yang rutin kami pekerja sosial berikan kepada warga binaan tuna rungu wicara antara lain bimbingan keagaamaan dan bimbingan sosial untuk pergaulan dengan masyarakat laur nantinya. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan para warga binaan sosial untuk berinteraksi dengan dunia luar dan untuk tinggal di panti tersebut. Para warga binaan sosial tuna rungu wicara dinyatakan dapat keluar dari panti ketika mereka telah terampil dalam satu bidang keterampilan menjahit, salon, bertukang, dimana warga binaan sosial tuna rungu wicara dapat keluar paling cepat 1 tahun dan paling lama 3 tahun. Untuk menilai mereka telah terampil dalam satu ketrampilan yang dipilih mereka maka kami pekerja sosial melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk menampung warga binaan sosial tuna rungu wicara agar dapat magang di tempat tersebut dan bukan untuk dipekerjakan. Berbagai bantuan juga telah sering diterima oleh warga binaan sosial baik dari pihak panti sendiri maupun dari luar panti. Jika bantuan dari luar panti diterima maka terlebih dahulu pihak panti yang menampung dan kemudian menyalurkannnya kepada warga binaan sosial. Jenis bantuan yang sering diterima adalah dalam bentuk insidentil yakni jenis makanan , minuman dan pakaian. Ketika ditanyakan kepada beliau apa yang paling penting untuk dibenahi di panti ini, Universitas Sumatera Utara beliau memaparkan bahwa yang utamanya dibenahi di panti ini adalah sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar dan keterampilan serta tenaga ahli yang menunjang kesehatan para warga binaan sosial seperti dokter dan psikolog. 5.1.4 Informan IV Informan yang keempat bernama Sri Mayanti, seorang perempuan dan beragama Islam. Ibu ini adalah tamatan SMPS SMK Sosial saat itu dan telah bekerja di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar ini sejak tahun 2004 atau telah berkisar selama 10 tahun. Jabatan beliau adalah pekerja sosial penyelia atau bisa dikatakan sebagai pekerja sosial terampil. Saat ini beliau telah berusia 45 tahun dan sebagai pegawai yang cukup berpengalaman di panti ini. Beliau menjelaskan pekerja sosial itu menurut sudut pandangnya yakni sebuah pekerjaan atau profesi yang dimana bertugas untuk memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan seperti halnya para anak tuna tuna rungu wicara ataupun lansia Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial untuk dapat berfungsi kembali di tengah-tengah masyarakat. Alasan beliau memilih menjadi pekerja sosial adalah karena merupakan tamatan SMK Sosial yang tentunya telah mendapat sedikit banyaknya ilmu seputar pekerja sosial yang saat ini merupakan jabatan yang didudukinya. Tugas dan fungsi utama pekerja sosial di panti adalah memberikan pelayanan penuh kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara dan melakukan pengawasan dan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelayanan dan program yang dilaksanakan. “Hingga saat ini tugas dan fungsi kami masih berjalan dengan baik dan lancar,” demikian penuturan beliau. Pelayanan Universitas Sumatera Utara yang diberikan oleh panti kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara pada dasarnya telah sesuai dengan prosedur dan standar panti sebagaimana mestinya yang telah ditetapkan oleh dinas sosial. Bentuk pelayanan tersebut berupa pelayanan sosial dasar, pelayanan bimbingan dan pelayanan akses. Semua pelayanan tersebut tidak lepas dari kontrol dan pengawasan pekerja sosial. Setiap pekerja sosial diharpkan keseriusan ataupun loyalitasnya dalam pemberian pelayanan dengan setiap harinya bekerja selama 6 jam atau bisa lebih jika ada permasalahan yang serius dan harus diselesaikan. Berbagai pelayanan telah diberikan dan semua pelayanan tersebut telah berjalan sesuai perencanaan dan dituangkan ke dalam bentuk program bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara. Semua pelayanan yang diberikan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara harus terlebih dahulu diseleksi dan disepakati oleh pekerja sosial agar tidak menimbulkan permasalahan nantinya dikemudian hari. Setiap pelayanan yang diberikan, tidak terlepas dari berbagai permasalahan baik itu dari dalam ataupun dari luar panti itu sendiri. Jika ditemukan permasalahan dalam pemberian pelayanan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara, maka kami sebagai pekerja sosial harus membuat kebijakan demi terselesaikannya permasalahan tersebut. Kebijakan yang kami ambil itu, harus sesuai dengan tingkatan permasalahan yang sedang terjadi. Jika permasalahan yang berat, maka kami membuat kebijakan yang harus sepengetahuan pejabat struktural UPT. Sehubungan dengan kebijakan yang kami buat, tidak terlepas dari strategi yang kami terapkan. Strategi yang kami terapkan terkait pelayanan yang diberikan kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara yakni strategi prosedur tetap yang telah ditetapkan dinas sosial. Strategi ini sampai sekarang masih berjalan dengan baik. Strategi yang digunakan ini telah dirasakan manfaatnya oleh warga binaan sosial tuna rungu wicara. Manfaat dari strategi tersebut antara lain Universitas Sumatera Utara para warga binaan sosial mendapat ilmu pengetahuan dan keterampilan dengan baik, perubahan tingkahlaku yang lebih baik dan kenyamanan warga binaan sosial tuna rungu wicara untuk tinggal di panti. Selain strategi itu, pekerja sosial juga menerapkan strategi yang lain yang mendukung bagi berjalannya program pelayanan yang diberikan oleh panti. Strategi yang dimaksud tersebut adalah strategi pemberian pelayanan penuh kepada warga binaan sosial tuna rungu wicara. Demi berjalannya kedua strategi tersebut dengan baik, maka kami pekerja sosial senantiasa berdiskusi atau sharing dengan pegawai UPT yang lain terkait kendala dan permasalahan yang timbul dalam setiap pemberian pelayanan. Untuk itu, peran aktif dari masing- masing pekerja sosial sangat dibutuhkan. Terkait warga binaan sosial jika nantinya keluar dari panti dan kembali ke tengah-tengah masyarakat, pekerja sosial secara rutin dan berkesinambungan memberikan pelayanan bimbingan keagamaan, bimbingan sosial dan pendambingan bimbingan keterampilan. “saya menjadi pembimbing agama bagi warga binaan sosial yang beragama Islam,” demikian penuturan beliau. Pemberian bimbingan tersebut tidak bisa terlewati karena keterbatasan warga binaan sosial untuk menetap di panti ini. Warga binaan sosial dapat kelaur dan meninggalkan panti ini, paling cepat yakni selama satu tahun dengan catatan bahwan warga binaan sosial tuna rungu wicara tersebut telah dinyatakan terampil dalam satu bidang keterampilan yang diikutinya dan menangkap pelajaran yang diberikan dengan baik, sedangkan paling lama untuk meninggalkan panti ini yakni 3 tahun. Setelah warga binaan sosial tuna rungu wcara dibekali ilmu dan keterampilan, pekerja sosial bertugas mencarikan tempat bagi warga binaan sosial untuk melakukan magang dan bukan utuk dipekerjakan. Selain itu, warga binaan sosial kerap dberikan bantuan baik oleh pihak panti itu sendiri maupun dari luar panti. Jenis bantuan yang sering diberikan yakni bantuan dalam Universitas Sumatera Utara bentuk insidentil atau berupa makanan, minuman, pakaian serta peralatan tulis untuk proses belajar. Demi berjalannya semua program yang ditetapkan oleh panti, peran serta semua pihak sangat dibutuhkan, bukan hanya pekerja sosial. Maka, peran serta pegawai atau staff UPT serta tenaga medis juga sangat mendukung untuk kelangsungan dan keberhasilan setiap program yang akan dijalankan. Dan demi kemajuan panti ataupun UPT Pelayanan Sosial Tuan Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar ini, hal yang paling penting untuk dibenahi adalah kelengkapan tenaga ahli baik medis seperti dokter, psikolog ataupu tenaga pengajar buat pelajaran formal bagi warga binaan sosial tuna rungu wicara. Universitas Sumatera Utara 5.2 Pembahasan 5.2.1 Strategi Sesuai dengan Prinsip dan Fungsi Pekerjaan Sosial

Dokumen yang terkait

Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar

8 67 136

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 8 151

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 15

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 2

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 0 8

Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi 2.1.1 Defenisi Strategi - Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

0 2 10

Strategi Pekerja Sosial dalam Pelayanan Anak Tuna Rungu Wicara (Studi Kasus di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar)

0 0 12

Efektivitas Program Pelatihan Keterampilan Bagi Penyandang Cacat Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lanjut Usia Pematang Siantar

0 0 14