Hasil Belajar TINJAUAN PUSTAKA 1.

c. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan field trip, siswa melakukan tugas sesuai dengan pembagian kelompok yang telah ditetapkan, sedangkan guru mengawasi, membimbing dan mengarahkan bila perlu menegur sekiranya ada siswa yang tidak menaati ketentuan yang telah dibuat. Ketua tim atau rombongan mengatur segala sesuatunya, mematuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggung jawabnya serta memberi petunjuk bila perlu. d. Menulis Laporan Pengamatan Pada akhir penerapan metode field trip, siswa diminta untuk menulis paragraf atau karangan dari kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil pengamatan seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram serta alat-alat lain. Hasil pengamatan siswa dikumpulkan setelah waktunya selesai. Penggunaan metode field trip masih ada keterbatasan yang perlu diperhatikan agar pelaksanaan teknik ini dapat berhasil guna dan berdaya guna adalah karya wisata biasanya dilakukan dengan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak yang ditempuh sangat jauh di luar sekolah dan perlu menggunakan transportasi yang membutuhkan biaya besar. Selain itu, menggunakan waktu yang lebih banyak daripada jam sekolah, maka kemampuan guru untuk mengkondisikan siswa dan merencanakan pembelajaran sangat diperlukan. Dengan menggunakan metode field trip diharapkan tujuan umum pendidkan dapat tercapai, terutama berkaitan dengan pengembangan dan pengalaman dunia luar yang dimiliki siswa.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Anni, 2006. Menurut Bloom 1956, tingkat kemampuanhasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 1. Ranah Kognitif Hasil belajar intelektual terdiri atas enam aspek, yaitu pengetahuan ingatan knowledge, pemahaman comprehension, penerapan aplication, analisis analysis, sintesis synthesis, dan penilaian evaluation. 2. Ranah Psikomotorik Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan keterampilan kompleks, dan komunikasi nondiskursip. 3. Ranah Afektif Kompetensi afektif berhubungan dengan minat, sikap, perhatian, emosi, penghargaan, proses internalisasi dan pembentukan karakteristik diri. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ranah afektif dibagi menjadi lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Hasil belajar dalam teori behaviorisme diperoleh dari interaksi antara stimulus dan respon. Pada teori tersebut stimulus dan respon merupakan dua hal yang penting dalam belajar. Apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak bisa diamati. Skinner berpendapat bahwa dalam teori behaviorisme penguatan reward dianggap penting karena memperkuat timbulnya respon yang berimbas pada ketercapaian hasil belajar yang lebih baik. Teori ini mengabaikan adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan siswa sehingga tidak menuntut proses berpikir yang dapat dikatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah dari proses menghafal tanpa berpikir. Jadi hasil belajar menurut teori behaviorisme dapat diartikan sebagai akumulasi dari kemampuan dan ingatan berdasarkan fakta atau informasi yang sedang dipelajari. Hasil belajar menurut teori kognitif diperoleh dari proses sintesis informasi yang diukur dari pemahaman konsep dan kompetensi siswa secara aktif dalam mengolah informasi. Dalam teori belajar kognitif, kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar diperlukan agar aktivitas belajar siswa menjadi lebih bermakna. Hal ini disebabkan proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan berpikir seseorang. Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang Warsita, 2008. Dua komponen metakognitif self monitoring dan self regulation dianggap sebagai dimensi penting dalam teori ini karena proses memonitor dan mengatur diri dalam proses belajar berpengaruh pada hasil belajar. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar diperoleh dari proses mengkontruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas, baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya Warsita, 2008. Menurut teori ini, hasil belajar diperoleh dari proses kolaboratif dari interaksi antara individu pembelajar dengan lingkungan sosial. Teori ini menjelaskan perilaku berubah melalui interaksi sosial dengan orang lain yang dilakukan melalui observasi. Faktor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, dan motivasi. Lingkungan sosial digunakan sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Lingkungan sosial diharapkan dapat mengubah pola pikir individu pembelajar, begitupula sebaliknya pola pikir individu pembelajar diharapkan dapat merubah lingkungan sosial karena dua hal tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil perubahan perilaku dari pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang diperoleh dari lingkungannya. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif, yaitu kemampuan siswa dalam menguasai materi ekosistem. Hakikat hasil belajar biologi adalah menghantarkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari. Pada pembelajaran ini siswa belajar dan memecahkan masalah sendiri dengan bantuan guru. Dengan kata lain, guru tidak lagi ceramah dan meminta siswa untuk mengingat dan menghafal informasi ketika diuji. Pada proses pembelajaran dengan memanfaatkan Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik, setiap siswa berperan sebagai subjek belajar dibebaskan untuk menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dipercayai, dengan fenomena dan informasi yang baru dipelajari. Penelitian ini menghadapkan siswa secara langsung dengan gejala yang ada di alam sekitar sehingga siswa dapat menemukan sendiri mengenai materi ekosistem yang sedang dipelajari. Dalam penelitian ini pengaruh Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik dapat dikatakan berpengaruh signifikan, yaitu ketika ada perubahan hasil belajar siswa. Hasil belajar materi ekosistem yang diharapkan, siswa dapat memahami komponen-komponen ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem serta dapat membuat jaring-jaring makanan, diagram rantai makanan dan menjelaskan peran masing-masing tropik. Hasil belajar dalam penelitian ini didefinifisikan secara operasional sebagai skor tes yang diambil dari nilai evaluasi materi ekosistem. Hasil belajar tersebut dianalisis untuk mengetahui pengaruh Pantai Teluk Awur sebagai sumber belajar otentik pada materi ekosistem di SMP Negeri 3 Jepara.

4. Kajian Teoritis Hubungan Pantai Teluk Awur sebagai Sumber