PANGAN INSTAN TINJAUAN PUSTAKA A. UBI JALAR

6 Meskipun akhir-akhir ini telah diproduksi berbagai produk olahan ubi jalar seperti tepung, pasta, dan mash ubi jalar oleh beberapa industri pangan, tetapi semua produk ini diekspor atau bukan untuk konsumsi dalam negeri. Tabel 4 . Alternatif produk olahan di tingkat industri rumah tangga dan industri kecil menengah pangan Tipe Produk Aneka Produk Keterangan Ubi Jalar segar Konsumsi langsung - Ubi Jalar - Ubi goreng - Ubi panggang - Kolak Telah memasyarakat Produk siap santap - Kremes - Keripikceriping - Kue dan roti - Saos Beberapa telah memasyarakat dan lainnya perlu diintroduksi, mutu dan penampilan ditingkatkan Berupa olahan buah-buahan - Manisan - Asinan - Selai - Sari buah - Pekatan minuman ringan - Dodol - Jenang Beberapa telah memasyarakat dan lainnya perlu diintroduksi, mutu dan penampilan ditingkatkan Produk siap masak - Ceriping kering - Kubus kering - Mie Perlu diintroduksi Sumber : Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dan Hortikultura dan IPB, 1999.

B. PANGAN INSTAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989, pure diartikan sebagai bahan makanan yang dilembutkan. Pure instan adalah salah satu jenis pangan instan yang merupakan jenis makanan cepat saji dan praktis untuk dikonsumsi. Penyajian pure instan dapat dilakukan dengan menambahkan air panas ataupun susu sesuai dengan selera. Pada dasarnya pembuatan produk pangan instan dilakukan dengan menghilangkan kadar air sehingga mudah ditangani dan praktis dalam penyediaannya. Bentuk pangan instan biasanya mudah ditambah air dinginpanas dan mudah larut sehingga mudah disantap. 7 Pembuatan produk pangan yang memiliki sifat instan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perlakuan permukaan dengan modifikasi sifat kimia bahan dan penambahan zat aditif. Perlakuan permukaan dibuat dengan memberi perlakuan khusus pada permukaan partikel bahan yaitu dengan panas dan pengadukan. Dengan perlakuan panas dan pengadukan akan membuat partikel bubuk diperbesar menjadi aglomerat berstruktur pori. Penggunaan zat aditif dilakukan dengan menambahkan zat tertentu untuk membuat sifat produk lebih mudah dibasahi, aglomerat tidak terlalu keras, partikel mudah mekar Hartomo dan Widiatmoko, 1992. Sifat instan produk pangan yang baik ditentukan oleh beberapa kriteria tertentu antara lain : 1 sifat hidrofilik, bila bahan pangan mengandung lemakminyak sebagai bagian hidrofobiknya, maka perlu dilakukan peningkatan afinitasnya terhadap air, 2 kandungan lapisan gel yang dapat menghambat proses pembasahan, 3 waktu pembasahan yang tepat yaitu harus segera turun tenggelam tanpa menggumpal, 4 mudah terdispersi yaitu tidak membentuk endapan Hartomo dan Widiatmoko, 1992. C . DEKSTRIN Dekstrin merupakan contoh produk yang dihasilkan dari proses modifikasi pati melalui proses hidrolisis katalis asam, enzimatis maupun pemanasan pati kering Caesar, 1968. Pati termodifikasi adalah pati yang diberi perlakuan tertentu yang bertujuan menghasilkan sifat yang lebih baik untuk memperbaiki sifat sebelumnya atau untuk mengubah beberapa sifat lainnya. Pati termodifikasi merupakan pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat suatu reaksi kimia esterifikasi atau oksidasi atau dengan mengganggu struktur asalnya Fleche, 1985. Dekstrin mempunyai rumus kimia C 6 H 10 O 5 n dan memiliki struktur molekul yang lebih bercabang dibanding dengan pati. Struktur yang lebih pendek ini mengakibatkan dekstrin mempunyai sifat mudah larut dalam air. Semakin tinggi tingkat percabangan, tingkat kelarutan produk dalam air akan meningkat Fleche, 1985. 8 Dekstrin secara alami terbentuk dalam jagung, garut, singkong, dan sebagainya. Secara umum, dekstrin dihasilkan dengan memanaskan pati kering bersama-sama sejumlah katalis. Dekstrin merupakan produk antara pada hidrolisa pati dan sintesa alami dalam tumbuh-tumbuhan. Dekstrin juga merupakan substansi yang terbentuk dalam proses pemecahan hidrolisis pati dan terbentuk pertama kali ketika proses hidrolisis mencapai suatu derajat percabangan tertentu Murray et. al., 1997. Terdapat berbagai jenis dekstrin berdasarkan jenis katalis yang digunakan, suhu, dan lama penyangraian Satterwaite dan Iwinski, 1973. Berdasarkan tahap proses hidrolisis pati, ada tiga jenis dekstrin yaitu amilodekstrin, eritrodekstrin, dan achrodekstrin. Pada tahap awal konversi dihasilkan amilodekstrin yang larut dalam air. Amilodekstrin ini masih memberikan warna biru bila ditetesi dengan larutan iodium. Selanjutnya dihasilkan eritrodekstrin yang akan memberikan warna merah kecoklatan bila direaksikan dengan iodium. Terakhir adalah achrodekstrin yang tidak akan memberikan warna bila direaksikan dengan iodium Garard, 1976. Dekstrin yang dihasilkan dengan hidrolisa asam atau pemanasan kering roasting sering disebut pirodekstrin. Pirodekstrin diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama yaitu dekstrin putih, dekstrin kuning, dan British gum. Pirodekstrin adalah jenis dekstrin yang cukup banyak dipakai dan diperjualbelikan Satterwaite dan Iwinski, 1973. Jenis-jenis dekstrin tertentu memiliki sifat-sifat khusus. Dekstrin putih memiliki warna yang berkisar antara putih sampai krem muda, dekstrin kuning berwarna kekuningan sampai kuning tua, British gum berwarna kekuningan sampai coklat tua. Berdasarkan sifat kelarutannya dekstrin putih memiliki kelarutan dalam air yang lebih rendah dibandingkan dengan dekstrin kuning, dan British gum, dan dekstrin kuning lebih rendah kelarutannya dibanding British gum Whistler, 1973. Jenis dan sifat pirodekstrin dapat dilihat pada Tabel 5. 9 Tabel 5. Jenis dan sifat pirodekstrin Karakteristik Dekstrin putih Dekstrin kuning British gum Kondisi Katalis HCl HCl - Suhu C 79-121 149-190 135-190 Waktu jam 3-7 6-20 10-24 Sifat Produk Warna Putih-krem muda Kekuningan- kuning tua Kekuningan –coklat tua Kelarutan 1-98 95-100 1-100 Pelarutan bagian air 2-5 1 3-8 Sumber : Satterwaite dan Iwinski 1973 Dekstrin banyak diaplikasikan pada industri kemasan dan kertas terutama sebagai bahan perekat. Pada industri pangan, dekstrin dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur bahan pangan. Penambahan dekstrin pada tepung instan sari buah nanas dapat meningkatkan densitas kamba serta dapat melembutkan tekstur Warsiki, 1993.

D. Carboxymethylcellulose CMC