Tahap Formulasi Tahap Analisis dengan DX7

29 Tabel 8 . Interval konsentrasi masing-masing komponen penyusun pure instan ubi jalar Komponen Batas bawah Batas atas Ubi jalar kukus 24.04 25.00 Air 72.11 75.00 CMC 0.000 0.24 Dekstrin 0.000 3.61 Langkah selanjutnya dalam perancangan adalah penentuan respon yang akan diukur. Pertimbangan dalam pemilihan respon-respon ini harus mengacu pada kriteria dari mixture design seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu bahwa respon merupakan fungsi dari komponen-komponen penyusun produk. Dalam penelitian ini, pemilihan respon berdasarkan pada literatur dan hasil penelitian-penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya seperti yang terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 . Literatur dan penelitian yang mendasari pemilihan respon Literatur penelitian tahun Judul Hasil Warsiki 1993 Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap desain produk tepung instan sari buah nanas Ananas comosus L. Merr -Bahan pengisi dekstrin, cmc, dan gum arab memberikan pengaruh nyata terhadap densitas kamba pada taraf uji 0,05. -CMC meningkatkan rendemen -Dekstrin melembutkan tekstur Keller 1986 Sodiumcarboxymethylcel lulose CMC Pada dehydrated product, CMC berfungsi memberikan kemudahan dalam rekonstitusi dan memperbaiki tekstur selama rekonstitusi

2. Tahap Formulasi

Berdasarkan tahap perancangan formula, dihasilkan 18 formula dan terdapat 6 formula yang memiliki nilai leverage mendekati satu ≥ 0.5. Menurut rekomendasi program, formula dengan nilai leverage tersebut sebaiknya direplicate diulang sehingga total formula hasil olahan DX7 30 sebanyak 24 formula. Leverage yang mendekati satu akan mendekati model fit . Langkah selanjutnya dilakukan pembuatan ke 24 formula pure instan ubi jalar. Hasil rancangan formula dapat dilihat pada Lampiran 1. Kedua puluh empat formula tersebut kemudian diukur respon daya rehidrasi, densitas kamba, rendemen, serta kelengketan.

3. Tahap Analisis dengan DX7

Masing-masing variabel respon akan dianalisis oleh DX7 untuk mendapatkan persamaan polinomial dengan ordo yang cocok linier, kuadratik, kubik spesial, dan kubik. Terdapat tiga proses untuk mendapatkan persamaan polinomial yaitu berdasarkan sequential model sum of squares [Type I], lack of fit test, dan model summary statistics. Ketiga proses ini dapat dilihat pada kolom fit summary. Proses pemilihan model yang pertama Sequential Model Sum of Squares [Type I] dan kedua lack of fit adalah berdasarkan nilai “ProbF”. Proses pertama model ordo yang dipilih adalah model yang memiliki nilai “ProbF” lebih kecil atau sama dengan 0.05 signifikan. Pada proses kedua model ordo yang dipilih adalah model yang tidak memiliki lack of fit atau lebih besar atau sama dengan 0.1 tidak signifikan. Proses yang ketiga berdasarkan model summary statistics. Parameter yang dilihat untuk menentukan model terbaik adalah model yang mempunyai “Adjusted R-Squared” dan “Predicted R-Squared” maksimum mendekati 1.0. Berdasarkan ketiga proses tersebut, program DX7 akan memberikan saran model polinomial dengan ordo terbaik untuk masing-masing respon. Program Design Expert menggunakan tabel fit summary untuk memilih model terbaik. Skor model dinyatakan sebagai : Skor1 = M L Pred R-Squared Skor2 = M L Adj R-Squared Dimana : M adalah Skor dari Sequential Model Sum of Squares : 31 M = 1 jika nilai ProbF kurang dari atau sama dengan 0.05 M = 0.5 ProbF jika nilai ProbF lebih besar dari 0.05 M= 0 jika model “is aliased” L adalah skor dari Lack of Fit : L = 1 jika nilai ProbF lebih besar atau sama dengan 0.10 atau tidak ada lack of fit L = ProbF0.10 jika nilai ProbF lebih kecil dari 0.10 Model terbaik yang akan dipilih adalah model dengan skor 1 tertinggi. Jika satu model memiliki nilai tertinggi pada skor 1 sedangkan model dengan nilai tertinggi pada skor 2 adalah model berbeda, maka kedua model akan tetap disarankan dan peneliti harus memilih diantara kedua model tersebut Anonim, 2005. Program DX7 selanjutnya menampilkan hasil analisis ragam atau ANOVA. Suatu variabel respon dapat dikatakan berbeda nyata signifikan pada taraf signifikansi 5 apabila nilai ProbF hasil analisis lebih kecil atau sama dengan 0.05. Variabel respon yang signifikan dapat digunakan sebagai model prediksi pada tahap optimasi. Variabel-variabel respon tersebut selanjutnya digunakan sebagai model prediksi untuk mendapatkan formula optimal. 3.1 . Respon rendemen Nilai respon rendemen dinyatakan dalam persen bobot pure kering terhadap bobot pure ubi jalar kukus, bukan bobot ubi jalar utuh. Hal ini disebabkan jika didasarkan pada bobot ubi jalar utuh maka nilai yang dihasilkan kurang valid karena jumlah bagian dari ubi jalar yang digunakan tidak selalu sama mutu kurang seragam. Rendemen yang diharapkan adalah semakin meningkat dengan peningkatan komponen penyusunnya. Nilai rendemen berdasarkan bobot ubi jalar utuh dapat dilihat pada Lampiran 4. 32 Tabel 10. Nilai respon rendemen pada 24 formula pure instan ubi jalar Formula Rendemen Formula Rendemen 1 27.72 13 25.49 2 35.96 14 33.25 3 29.69 15 26.43 4 30.15 16 36.48 5 22.99 17 24.77 6 28.03 18 33.31 7 30.35 19 25.43 8 36.30 20 29.19 9 34.75 21 38.69 10 39.50 22 34.49 11 23.16 23 31.53 12 23.85 24 27.39 Tabel 10 memperlihatkan bahwa nilai rendemen berkisar antara 22.99 formula 5 sampai 39.50 formula 10. Rata-rata rendemen produk adalah sebesar 30.37 dengan standar deviasi yang cukup besar yaitu 2.23. Angka standar deviasi tersebut menunjukkan bahwa data-data yang ada cukup menyebar jauh dari rata-rata atau 2.23 di atas dan di bawah nilai rata-rata sebesar 30.37. Nilai standar deviasi yang cukup besar ini disebabkan efisiensi dari pengering drum yang rendah dan berubah-ubah karena banyak produk yang terjatuh pada saat proses pengeringan. Analisis program DX 7 memperlihatkan bahwa dari 3 proses pemilihan model polinomial, model yang signifikan untuk rendemen pada taraf 0.05 adalah linier. Pada proses pertama yaitu sequential model sum of squares [Type I] , nilai ProbF model linier lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0001 sedangkan berdasarkan proses kedua yaitu Lack of Fit Test model yang direkomendasikan adalah linier dengan nilai ProbF lebih besar dari 0.1 yaitu 0.5035. Proses ketiga yaitu Model Summary Statistic merekomendasikan model linier karena memiliki nilai Adjusted R-Squared dan Predicted R- Squared yang paling tinggi dibanding model lainnya yaitu 0.8016 dan 0.7676. Hasil analisis ragam ANOVA memperlihatkan bahwa proporsi ubi jalar, air, CMC, dan dekstrin berpengaruh secara nyata pada taraf signifikansi 5 terhadap respon rendemen karena memiliki nilai ProbF lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0001. Secara terpisah, komponen ubi jalar, air, CMC, dan 33 dekstrin berpengaruh nyata terhadap rendemen pada taraf signifikansi 5. Persamaaan polinomial untuk rendemen adalah : Rendemen = 0.61915 x ubi jalar + 0.12148 x air + 0.73921 x CMC + 3.8828 x dekstrin Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa komponen-komponen penyusun pure instan ubi jalar yaitu ubi jalar, air, CMC, dan dekstrin berkorelasi positif terhadap rendemen, artinya rendemen produk akan meningkat seiring dengan peningkatan proporsi masing-masing komponennya dan berlaku sebaliknya. Persamaan tersebut juga memperlihatkan bahwa nilai rendemen sangat ditentukan oleh dekstrin karena memiliki konstanta yang paling besar dibanding komponen lain yaitu 3.8828. Model polinomial dan hasil ANOVA respon rendemen dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 5.

3.2 Respon Daya Rehidrasi

Daya serap air adalah jumlah air yang terperangkap di dalam matriks molekul pada kondisi tertentu Hutton dan Campbell, 1981. Pengukuran indeks penyerapan air menunjukkan seberapa besar kemampuan suatu bahan makanan dalam menyerap air. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya rehidrasi suatu bahan adalah sifat partikel bahan atau porositas dan polaritas bahan serta komposisinya. Menurut Gomez dan Aguilera 1983, daya rehidrasi tergantung pada ketersediaan gugus hidrofilik dan kapasitas pembentukan gel makromolekul, yaitu pati yang tergelatinisasi dan terdekstrinasi. Semakin banyak pati yang tergelatinisasi, semakin besar kemampuan produk menyerap air. Tabel 11 memperlihatkan bahwa nilai daya rehidrasi berkisar antara 3.1 mlg sampai 5.3 mlg. Rata-rata ke-24 formula adalah sebesar 4.15 mlg dengan standar deviasi sebesar 0.20 mlg. Nilai standar deviasi ini tergolong kecil yang menunjukkan sebaran data daya rehidrasi berada di sekitar rata-rata, yaitu sebesar 0.20 gml di atas dan di bawah 4.15 mlg Lampiran 6b. 34 Tabel 11. Daya rehidrasi 24 formula pure instan ubi jalar Formula Daya rehidrasi mlg Formula Daya rehidrasi mlg 1 4.8 13 5.0 2 3.7 14 3.4 3 4.7 15 4.8 4 3.8 16 3.8 5 4.8 17 4.8 6 4.2 18 3.1 7 3.5 19 5.3 8 3.7 20 3.9 9 4.3 21 4.0 10 3.6 22 3.4 11 4.7 23 3.4 12 4.5 24 4.3 Berdasarkan tiga proses dalam pemilihan model polinomial DX7, model yang direkomendasikan untuk daya rehidrasi adalah special cubic kubik spesial. Dari proses pertama, nilai ProbF model kubik spesial lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.0307 sehingga signifikan pada taraf signifikansi 5, sedangkan nilai ProbF pada Lack of Fit Test tidak disebutkan. Berdasarkan proses ketiga yaitu Model Summary Statistic nilai Adjusted R-Squared model kubik spesial paling tinggi yaitu sebesar 0.8937. Model linier memiliki nilai ProbF 0.0001 berdasarkan proses pertama signifikan, tetapi program tidak merekomendasikan model ini karena memiliki nilai Lack of Fit yang sangat rendah 0.1 yaitu 0.0067 dan Adjusted R-Squared lebih rendah dari model kubik spesial. Analisis ragam ANOVA menyebutkan bahwa proporsi dari komponen- komponen pure instan ubi jalar berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 terhadap respon daya rehidrasi karena memiliki ProbF lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0001. Secara terpisah dapat dilihat pada bagian Linear Mixture masing-masing komponen yaitu ubi jalar, air, CMC, dan dekstrin berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 karena memiliki ProbF 0.0001. Namun interaksi antara komponen-komponennya baik interaksi dua maupun tiga komponen tidak ada yang memberikan pengaruh secara signifikan pada daya rehidrasi karena memiliki nilai ProbF lebih besar dari 0.05. Nilai signifikansi 35 tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6b. Persamaan polinomial daya rehidrasi adalah : Daya rehidrasi mlg = 276.4095 x ubi jalar + 29.11596 x air + 73980.47334 x CMC + 1317.27811 x dekstrin - 4.84761 x ubi jalar x air – 3060. 71323 ubi jalar x CMC - 58. 39823 x ubi jalar x dekstrin - 983.68829 x air x CMC – 17.84762 x air x dekstrin – 607.25570 x CMC x dekstrin + 40.65643 x ubi jalar x air x CMC + 0.74176 x ubi jalar x air x dekstrin + 35.61220 x ubi jalar x CMC x Dekstrin – 3.54972 x air x CMC x dekstrin Persamaan tersebut menunjukkan bahwa secara terpisah komponen- komponen penyusun pure instan berpengaruh positif terhadap rendemen, artinya daya rehidrasi akan meningkat seiring peningkatan masing-masing komponen tersebut dan yang paling berpengaruh adalah CMC karena memiliki konstanta positif terbesar. Interaksi dua komponen maupun tiga komponen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap respon daya rehidrasi. Data hasil analisis respon daya rehidrasi dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.3 Respon Densitas Kamba

Densitas kamba merupakan massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu dinyatakan sebagai gml. Densitas kamba ditentukan oleh berat wadah yang diketahui volumenya dan merupakan hasil pembagian dari berat bubuk dengan volume wadah Wirakartakusumah et al., 1992. Sifat ini dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia bahan misal komposisi, kadar air, geometri, ukuran, dan karakteristik permukaan partikel Peleg, 1983. 36 Tabel 12 . Nilai respon densitas kamba 24 formula pure instan ubi jalar Formula Densitas kamba gml Formula Densitas kamba gml 1 0.25 13 0.18 2 0.27 14 0.23 3 0.26 15 0.11 4 0.32 16 0.20 5 0.21 17 0.15 6 0.15 18 0.30 7 0.28 19 0.22 8 0.27 20 0.30 9 0.29 21 0.33 10 0.28 22 0.32 11 0.18 23 0.27 12 0.22 24 0.27 Nilai densitas kamba 24 formula pure instan ubi jalar berkisar antara 0.11 gml hingga 0.33 gml Tabel 12. Rata-rata densitas kamba produk adalah 0.24 gml dengan standar deviasi 0.052 Lampiran 7b. Nilai standar deviasi sebesar 0.052 gml menunjukkan angka yang cukup kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data densitas kamba berada dekat dengan nilai rata-rata sebesar 0.24 gml, yaitu sebesar 0.052 gml di atas dan di bawah 0.24 gml. Model polinomial yang direkomendasikan program DX7 untuk respon densitas kamba adalah linier. Dari proses pertama yaitu sequential model sum of squares [Type I] , model linier memiliki nilai ProbF sebesar 0.0471 sehingga signifikan pada taraf 5. Pada proses kedua yaitu lack of fit test model linier memiliki nilai ProbF sebesar 0.7794 dan pada proses ketiga model linier memiliki nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.2200 dan Predicted R-Squared sebesar -0.0270. Model kuadratik tidak direkomendasikan karena walaupun mempunyai nilai ProbF lebih besar dari linier pada lack of fit dan Adjusted R-Squared yang sedikit lebih tinggi dari linier, nilai ProbF pada proses pertama cukup besar yaitu 0.4215 sehingga tidak signifikan pada taraf 5. Selain itu nilai predicted R-Squared model kuadratik lebih rendah yaitu -0.6398. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa proporsi komponen pure instan 37 berpengaruh nyata terhadap respon densitas kamba pada taraf signifikansi 5. Secara terpisah masing-masing komponen berpengaruh nyata pada taraf signifikansi 5 karena memiliki ProbF sebesar 0.0471. Persamaan polinomial untuk respon densitas kamba adalah : Densitas kamba gml = 0.00761 x ubi jalar + 0.000121 x air + 0.03696 x CMC + 0.028041 x dekstrin Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai densitas kamba dipengaruhi secara positif oleh tiap komponen penyusun pure instan ubi jalar. Kenaikan proporsi tiap komponen akan menyebabkan kenaikan densitas kamba. Dari keempat komponen, CMC dan dekstrin memberikan pengaruh yang lebih besar karena memiliki konstanta yang lebih besar dibanding air dan ubi jalar. Data lengkap tentang model, ANOVA, dan persamaan polinomial respon densitas kamba dapat dilihat pada Lampiran 7.

3.4 Respon Kelengketan

Respon yang terakhir yaitu kelengketan diukur melalui uji organoleptik menggunakan uji rating tak terstruktur. Tiga puluh orang panelis harus menilai kelengketan produk di mulut pada saat produk dikonsumsi dan memberikan penilaian pada skala garis sepanjang 15 cm dengan nilai 0 adalah sangat tidak lengket sampai sangat lengket pada ujung kanan garis 15 cm. Rata-rata skor dari ketiga puluh panelis tersebut dimasukkan dalam nilai respon kelengketan Tabel 13. Produk ini diharapkan memiliki nilai kelengketan seminimal mungkin. Contoh kuisioner uji rating dapat dilihat pada Lampiran 12. 38 Tabel 13 . Nilai rata-rata respon kelengketan 24 formula pure instan ubi jalar Formula Kelengketan cm Formula Kelengketan cm 1 7.1 13 7.0 2 6.1 14 4.5 3 5.1 15 5.1 4 6.4 16 6.6 5 7.1 17 7.0 6 5.7 18 6.6 7 4.9 19 6.2 8 6.1 20 5.4 9 4.9 21 7.2 10 5.3 22 7.3 11 6.1 23 2.6 12 6.9 24 4.7 Tabel tersebut menunjukkan bahwa respon kelengketan berkisar antara 2.6 sampai 7.2 Rata-rata kelengketan adalah sebesar 5.9 dengan standar deviasi 0.97 Lampiran 8b. Standar deviasi sebesar 0.97 cm menunjukkan bahwa sebaran data nilai kelengketan berada dekat dengan rata-rata 5.9 cm yaitu sebesar 0.97 cm di atas dan di bawah nilai rata-rata tersebut. Model yang direkomendasikan untuk respon kelengketan adalah linier. Dari proses pertama yaitu sequential model of sum of squares Type I, model linier memiliki ProbF 0.0273 sehingga signifikan pada taraf 5. Berdasarkan lack of fit, model linier memiliki nilai ProbF 0.1630 yang berarti tidak signifikan pada taraf signifikansi 5. Berdasarkan proses ketiga yaitu model summary statistics, model linier mempunyai Adjusted R-Squared sebesar 0.2648 dan Predicted R-Squared sebesar 0.1065. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa proporsi masing-masing komponen berpengaruh secara signifikan pada taraf 5 karena memiliki nilai ProbF lebih kecil atau sama dengan 0.05 yaitu 0.0273. Persamaan linier untuk kelengketan adalah : Kelengketan = -0.33242 x ubi jalar + 0.17929 x air + 6.69194 x CMC + 0.057152 x dekstrin Persamaan tersebut menunjukkan bahwa proposi ubi jalar berkorelasi negatif dengan kelengketan sedangkan komponen air, CMC, dan dekstrin berkorelasi positif. Hal ini berarti bahwa kenaikan proporsi ubi jalar akan 39 menurunkan kelengketan sedangkan kenaikan proporsi air, CMC, dan dekstrin akan meningkatkan nilai kelengketan. Kenaikan komponen CMC akan memberikan kenaikan kelengketan terbesar dibandingkan kenaikan air dan dekstrin dengan jumlah sama karena memiliki konstanta paling besar dan berlaku sebaliknya, penurunan komponen CMC akan lebih menurunkan kelengketan dibanding dua komponen tersebut. Data lengkap mengenai analisis respon kelengketan dapat dilihat pada Lampiran 8a, 8b, dan 8c. Tabel 14 memberikan ringkasan mengenai model ordo dan persamaannya untuk setiap variabel respon. Tabel 15 memberikan ringkasan hasil ANOVA untuk tiap respon. Tabel 14 . Model ordo terpilih dan persamaan polinomial tiap respon No Variabel respon Model Ordo Persamaan Polinomial 1 Rendemen Linier Y = 0.61915X 1 + 0.12148X 2 + 0.73921 X 3 + 3.88208X 4 2 Daya rehidrasi Kubik spesial Y = 276.41 X 1 + 29.12X 2 + 73980.47X 3 + 1317.28X 4 – 4.85X 1 X 2 – 3060.71X 1 X 3 - 58.4X 1 X 4 – 983.69X 2 X 3 - 17.85 X 2 X 4 – 607.26 X 3 X 4 + 40.66 X 1 X 2 X 3 + 0.74 X 1 X 2 X 4 + 35.61 X 1 X 3 X 4 – 3.55 X 2 X 3 X 4 3 Densitas kamba Linier Y = 7.6E-003X 1 + 1.21E-004X 2 + 0.037 X 3 +0.028X 4 4 Kelengketan Linier Y = -0.33242X 1 + 0.17929X 2 + 6.69194X 3 + 0.057152X 4 Keterangan : X1 = ubi jalar kukus , X2 = air , X3 = CMC , X4 = Dekstrin Tabel 15. Hasil analisis ragam ANOVA tiap variabel respon Respon Sum of Squares df Mean Square F value ProbF Keterangan Rendemen 478.38 3 159.46 31.98 0.0001 Signifikan Daya Rehidrasi 8.35 1 3 0.64 15.87 0.0307 Signifikan Densitas kamba 0.026 3 8.706E- 003 3.16 0.0471 Signifikan Kelengketan 10.68 3 3.56 3.76 0.0273 Signifikan Taraf signifikansi 5 40

4. Tahap Optimasi