18
3. ANALISIS 3.1. Analisis Fisik
3.1.1. Rendemen AOAC, 1984
Perhitungan rendemen menggunakan metode gravimetri a
Rendemen = x 100 b
a = bobot produk pure instan g b = bobot ubi jalar utuh g
Rendemen untuk formulasi dihitung sebagai : x
Rendemen = x 100 y
x = bobot pure instan kering g y= bobot ubi jalar kukus g
3.1.2 . Densitas kamba Wirakartakusumah et al., 1992
Densitas kamba adalah massa partikel yang menempati suatu unit volume tertentu. Densitas kamba ditentukan oleh berat
wadah yang diketahui volumenya dan merupakan hasil pembagian berat bubuk dengan volume wadah.
Sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur sampai volume 100 ml dan ditimbang. Kemudian densitas kamba dihitung
dengan rumus : berat contoh g
Densitas kamba = Volume yang terbaca ml
3.1.3 . Daya rehidrasi Yoanasari, 2003
Sampel sebanyak 1 gram ditambah 10 ml akuades dan diaduk dengan vorteks. Diamkan 30 menit pada suhu kamar.
Selanjutnya campuran tersebut disentrifuse dengan kecepatan
19 3500 rpm selama 30 menit. Daya rehidrasi dihitung dengan
rumus : a - b
Daya rehidrasi mlg = c
Keterangan : a = volume air mula-mula ml c = bobot sampel g
b = volume supernatan ml
3.2. Uji Organoleptik Meilgaard et al., 1999
Uji organoleptik yang digunakan adalah uji rating untuk atribut kelengketan pada formula hasil rancangan dx7 dan kesukaan hedonik
terhadap atribut rasa, warna, tekstur, dan aroma pure instan ubi jalar dengan formula optimum dan produk komersil bubur beras instan.
Skala yang digunakan adalah skala tak terstruktur unstructured scale berupa garis sepanjang 15 cm. Data yang diperoleh akan diolah
menggunakan program dx7 untuk kelengketan dan SPSS uji t untuk uji hedonik. Jumlah panelis yang digunakan sebanyak 30 orang.
3.3. Analisis Kimia 3.3.1
. Kadar air, metode oven BSN, 1992
Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 105
C selama 15 menit lalu dinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan yang kering tersebut ditimbang dengan neraca
analitik a gram. Sampel berupa pure instan kering ditimbang menggunakan neraca analitik sebanyak kurang lebih 1-2 gram x
gram. Kemudian sampel dalam cawan dikeringkan dalam oven pada suhu 105
C selama kurang lebih 3 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang y gram dan
dikeringkan kembali dalam oven 15-30 menit sampai diperoleh berat sampel kering yang konstan. Kadar air dhitung dengan
rumus :
20 x-y-a
Kadar air wb = x 100 x
Keterangan : wb = wet basis basis basah
x = Berat sampel g y = Berat sampel + cawan setelah dikeringkan g
a = Berat cawan kering g
3.3.2. Kadar abu, metode pengabuan kering BSN, 1992
Sebelum digunakan, cawan porselen terlebih dahulu dikeringkan dalam tanur pada suhu 550
C selama 15 menit lalu dinginkan dalam desikator. Cawan yang sudah kering tersebut
ditimbang dengan neraca analitik = a gram. Bubuk pure instan ditimbang sebanyak 2-3 gram ke dalam cawan porselen yang
telah diketahui bobotnya = b gram kemudian dibakar di atas hot plate
sampai tidak berasap. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam tanur suhu 550
C selama 6 jam hingga diperoleh abu putih dan didinginkan dalam desikator. Hasil pengabuan tersebut
ditimbang x gram. Kadar abu sampel diukur : x-a
Kadar abu bb = x 100 b
Keterangan : x = bobot cawan + sampel setelah diabukan g
a = bobot cawan porselen kering g b = bobot sampel sebelum diabukan g
3.3.3 . Kadar lemak, metode Soxhlet BSN, 1992
Sampel ditimbang sebanyak 5 gram = w gram kemudian dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan ke dalam labu
Soxhlet. Pelarut heksan dituang secukupnya ke dalam labu lemak. Rangkaian alat Soxhlet disusun, kemudian sampel
direfluks selama 5-6 jam. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dan pelarut heksan di angkat. Labu lemak tersebut
21 kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 105
C sampai pelarut menguap semua. Labu didinginkan dalam desikator lalu
beratnya ditimbang = x gram. lemak dapat dihitung dengan rumus :
x - y Lemak bb =
x 100 w
Keterangan : x = bobot contoh g y= bobot labu lemak g
w= bobot sampel g
3.3.4. Kadar Protein , metode makro-Kjeldahl AOAC, 1995