Penentuan Harga Air Prof. Dr. Ir. W. H. Limbong, MS sebagai anggota Komisi Pembimbing yang

finansial yang dibutuhkan. Tahapan pengembangan menjadi lebih lengkap dengan adanya pengukuran indeks kelangkaan. Indeks kelangkaan ini menunjukkan apakah wilayah tersebut sudah menghadapi permasalahan kelangkaan sumberdaya air dan sampai sejauh mana kelangkaan tersebut berpengaruh pada pengelolaan sumberdaya air yang ada. Bila indeks kelangkaan air menunjukkan bahwa telah terjadi kelangkaan air, alokasi bagaimana yang sebaiknya dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya air di wilayah tersebut dengan mempertimbangkan aturan alokasi sumberdaya serta mekanisme yang sesuai dengan kondisi yang ada. Setelah memahami kondisi yang ada di wilayah yang akan diteliti, konstruksi model pengelolaan sumberdaya air dilakukan berdasarkan faktor-faktor di atas sebagai bahan pertimbangan. Model yang dihasilkan akan benar-benar sesuai dengan gambaran wilayah tersebut, baik ketersediaan airnya maupun sektor-sektor yang terlibat di dalamnya. Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang dapat memenuhi kriteria yang telah dikemukakan di atas.

2.5 Penentuan Harga Air

Mekanisme pricing dan charging dapat dilakukan melalui volumetric pricing, output pricing, area pricing, tiered dan two part tariff pricing, serta water markets. Mekanisme pricing dan charging seringkali diistilahkan sebagai valuasi air, yaitu valuasi air dibedakan menurut sektor yaitu sektor pertanian dan nonpertanian. Dalam menghitung valuasi air yang digunakan sektor pertanian, pendekatan yang dilakukan menggunakan fungsi produksi sektor pertanian yaitu air diperlakukan sebagai input-nya. Valuasi untuk sektor nonpertanian meliputi permintaan air untuk rumah tangga, industri, air minum, pembangkit tenaga listrik, pertambangan dan pabrik, serta rekreasi dan lingkungan. Terdapat dua cara penentuan valuasi air sektor nonpertanian, yaitu berdasarkan pasar dan nonpasar. Valuasi berdasarkan pasar karena air merupakan barang nilai tambah, sebagai salah satu usaha untuk memberikan nilai kepada sumberdaya. Valuasi berdasarkan nonpasar karena air termasuk salah satu sumberdaya yang pengelolaannya cukup unik, air sulit diperlakukan sebagai barang yang diperdagangkan. Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa penentuan harga air dan alokasinya merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat, yaitu untuk memperoleh suatu alokasi air yang optimal dilakukan melalui penentuan harga air. Penentuan harga air dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi pengguna user dan sisi penyalur atau pengelola. Pengelola sumberdaya air dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu pengelolaan secara publik yang dilaksanakan oleh pemerintah dan pengelolaan secara komersial oleh suatu badan usaha. Kelompok pengelola ini sangat penting artinya karena mempunyai dampak yang berbeda secara ekonomi terutama terhadap pengguna. Pengelola publik tidak berorientasi pada profit karena investasi dan biaya ditanggung oleh pemerintah dan pengguna tidak dibebani biaya pengambilan air. Pengelola komersial akan memperhitungkan investasi dan semua biaya yang dikeluarkannya dan membebankannya pada pengguna. Perbedaan kelompok pengelola ini akan menghasilkan perbedaan pada penentuan harga air. Selain pengelola, pengguna yang beragam dengan pandangan yang berbeda dalam memberikan valuasi terhadap sumberdaya air, memerlukan pendekatan dari berbagai bidang agar dapat dibangun suatu model yang terintegrasi dan mencakup semua bidang yang berperan dalam pengelolaan sumberdaya air. Pengguna sumberdaya air dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu yang memperlakukan sumberdaya air sebagai barang publik sektor pertanian dan sebagai barang ekonomi sektor nonpertanian atau urban. Penentuan harga air dari sisi pengguna, yaitu sumberdaya air diperlakukan sebagai input untuk penentuan harga air oleh pengelalola sumberdaya air dianggap sebagai output. Penentuan harga air oleh pengelola yang bersifat badan usaha dan kelompok pengguna sektor nonpertanian jauh lebih mudah dibandingkan dengan apabila penggunanya sektor pertanian. Sektor pertanian, selain jumlah penggunanya yang banyak, luasan lahan serta jarak dengan saluran induk sangat bervariasi merupakan kendala dalam penghitungan harga air. Penetapan harga air bertujuan untuk mengembalikan baik biaya pengelolaan, infrastruktur, maupun penghematan penggunaan air per unit output yang dihasilkan. Kunci utama untuk pencapaian tujuan tersebut, yaitu merancang mekanisme penetapan harga yang efektif yang disesuaikan dengan kondisi setempat, serta membangun strategi agar mendapat tingkat pengumpulan dana setempat, serta membangun strategi agar mendapat tingkat pengumpulan dana yang tinggi. Terdapat empat metode penetapan harga air, yaitu: 1 berdasarkan areal, 2 volume, 3 keseimbangan pasar, dan 4 full cost recovery. Metode pertama dan kedua serta kombinasi keduanya telah banyak digunakan dan dikembangkan di berbagai belahan dunia. Metode penetapan harga air di setiap wilayah akan berbeda, sesuai dengan kondisi wilayah, petani, pengelola, dan kebijakan pemerintah.

2.5.1 Penetapan Harga Air Berdasarkan Areal

Pembayaraan berdasarkan areal merupakan pembayaran tetap, berdasarkan pada luas areal yang diairi. Keterbatasan metode ini, biaya operasi dan pemeliharaan biasanya jarang diperhitungkan, dengan membagi total biaya operasi dan pemeliharaan dengan total luas areal yang diairi. Padahal, kedua biaya ini sebaiknya diperhitungkan agar petani lebih hemat dalam menggunakan air. Selain itu, penggunaan areal irigasi bervariasi dari waktu ke waktu dan dari musim ke musim. Luas areal irigasi yang digunakan selama musim basah biasanya lebih besar dibandingkan dengan selama musim kering. Luas pertanaman yang bervariasi ini dapat diatasi dengan memperkirakan luas setiap musim berdasarkan data pada tahun-tahun sebelumnya. Besarnya pembayaran yang tetap tanpa mempertimbangkan musim akan berimplikasi pada konsumsi air oleh petani, karena marginal cost setiap penambahan jumlah air per hektar sama dengan nol. Permintaan air biasanya lebih tinggi dibandingkan jika pembayaran sesuai dengan jumlah air yang digunakan, terutama petani yang berada dekat saluran induk. Keunggulan metode ini, yaitu cara penghitungannya sederhana, petani mudah memahaminya, harga ditetapkan lebih rendah dibandingkan dengan penetapan harga berdasarkan volume. Diasumsikan, bahwa 1 seluruh pengguna memenuhi kewajibannya, 2 besarnya pungutan per hektar, dan 3 didasarkan pada biaya langsung rata-rata, sehingga seluruh biaya langsung terbayar. Metode ini tidak mendorong petani untuk mengurangi penggunaan air per hektar, tetapi karena implementasinya sederhana, metode ini telah banyak diterapkan di berbagai negara. Misalnya, di Haryana India, air irigasi dihargai US2.50 per hektar Cornish and Perry, 2003, di Pakistan, harganya 2 sampai 8 per hektar Ahmad, 2002. Penetapan harga berdasarkan areal, biasanya diterapkan di wilayah air tidak langka, tanaman tidak bervariasi, dan pemasangan meter sangat sulit atau biayanya tinggi. Metode ini akan jarang digunakan pada masa mendatang, kecuali jika memodifikasinya dengan mempertimbangkan klasifikasi areal berdasarkan jarak dengan saluran irigasi, musim, jenis tanaman, serta teknologi yang digunakan. Sistem penetapan harga berdasarkan areal dan jenis tanaman, yang besar pungutan berdasarkan luas areal dan jenis tanaman yang ditanam. Harga airnya bervariasi antartanaman, yaitu harga setiap jenis tanaman ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Jika pemerintah menginginkan peningkatan efisiensi penggunaan air, jenis tanaman yang menggunakan air terbanyak seperti padi, harga per hektarnya lebih tinggi dibandingkan dengan palawija. Metode ini akan mendorong petani mengubah jenis tanaman dengan harga yang menggunakan air lebih sedikit sehingga harga air per hektarnya lebih kecil. Sebaliknya, jika pemerintah menetapkan kebijakan harga pangan murah atau menginginkan produksi tanaman komersial seperti padi dan tebu, harga air untuk jenis tanaman ini diatur lebih rendah dibandingkan jenis tanaman lainnya. Pada situasi seperti ini, diperlukan subsidi input, antara lain, air irigasi, agar produksi pangan meningkat, di lain pihak menyebabkan penggunaan sumberdaya yang berlebihan. Dalam metode kombinasi antara areal dan metode irigasi, pembayaran air biasanya merefleksikan perbedaan biaya penyaluran di antara metode irigasi yang berbeda. Sebagai contoh, biaya pada sistem irigasi gravitasi lebih rendah dibandingkan dengan biaya irigasi pompa. Keunggulan irigasi pompa jumlah air yang disalurkan terukur dan penyalurannya lebih mudah dibandingkan pada sistem irigasi gravitasi. Jadi, pembayaran pada sistem irigasi pompa lebih tinggi karena biaya irigasi serta pendapatan bersihnya pada umumnya lebih tinggi. Beberapa negara menerapkan metode pembayaran berdasarkan kombinasi areal dengan musim, yaitu harga yang diberlakukan pada musim kering lebih tinggi karena air langka, dan lebih rendah pada musim basah ketika air berlimpah. Jika harga ditetapkan tinggi pada musim kering, petani akan membatasi luas areal pada musim tersebut. Di Perancis, struktur penetapan harga didasarkan pada perbedaan biaya antara tinggi rendahnya air yang digunakan. Pada musim panas, harga air merefleksikan marginal cost jangka panjang air yang dipasok. Biaya marjinal jangka panjang biasanya merupakan biaya ekspansi pada masa mendatang. Dalam kenyataannya, sulit sekali mengestimasi biaya proyek perluasan kapasitas pasokan McNeill and Tate 1991. Selama musim basah, Perancis hanya memasukkan biaya operasi. Struktur penetapan harga ini dapat membantu pengurangan penggunaan air selama musim panas ketika permintaan lebih tinggi dibandingkan dengan pasokan Tiwari and Dinar 2003; Johansson, 2000. Penetapan harga yang didasarkan pada kombinasi areal dan teknologi, dengan menyeleksi teknologi irigasi yang digunakan berdasarkan teori yang ide dasarnya mirip dengan penetapan harga berdasarkan kombinasi areal dan jenis tanaman, yaitu petani menggunakan teknologi penyimpanan air agar membayar biaya per hektarnya mejadi lebih rendah. Sebagai contoh irigasi drip dan sprinkler , dimana pengendalian airnya lebih baik dan output yang dihasilkan per unit air yang disalurkan lebih besar dibandingkan irigasi dengan pengendalian aliran. Pembayaran per hektar teknologi pengendalian air yang lebih tinggi akan mendorong petani mengganti dengan teknologi yang pembayaran per hektarnya lebih rendah. Jika pembayaran berdasarkan areal dapat dibuat dengan merefleksikan perbedaan penggunaan air oleh musim, jenis tanaman dan teknologi irigasi, penetapan harga berdasarkan areal lebih menguntungkan dibandingkan dengan penetapan harga berdasarkan volume. Jika musim, jenis tanaman dan teknologi irigasi terkendali, maka penggunaan air per hektarnya menjadi sedikit. Masalah yang mungkin timbul, petani yang berada dekat dengan saluran induk cenderung mengairi lahannya lebih banyak ketika pembayaran hanya berdasarkan areal. Jika pengelola dapat menjamin ketepatan jadwal penyaluran dan jumlah air yang dibutuhkan, petani akan mengalami kerugian apabila penggunaannya berlebih dan penggunaannya tidak teratur.

2.5.2 Penetapan Harga Air Berdasarkan Volume

Penetapan harga air berdasarkan volume, adalah pembayaran didasarkan pada jumlah air yang disalurkan. Aturan penetapan harga ekonomi yang optimal jika ditentukan sama dengan biaya marjinal air yang disalurkan memerlukan pengukuran air yang akurat melalui meter. Keunggulan metode ini, mendorong petani membatasi penggunaan airnya, serta lebih mudah dipahami oleh pengguna untuk membayar sejumlah air yang disalurkan ke lahan petani. Keterbatasan metode ini, 1 biaya implementasi lebih tinggi karena dibutuhkan alat ukur serta kejujuran dalam membaca dan melaporkan jumlah air yang digunakan dan 2 penetapan harga, biaya marjinal bukan merupakan pengembalian biaya seluruhnya, yaitu menurunnya biaya rata- rata sebagai contoh sistem kanal yang besar akibat pembangunan infrastruktur. Dengan demikian biaya marjinal proyek akan lebih rendah dari biaya rata-rata, sehingga penetapan harga berdasarkan biaya marjinal tidak akan menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, pada irigasi pompa dengan menggunakan air tanah, biaya proyek marjinal lebih tinggi dari pada biaya rata- rata proyek, kecuali jika biaya marjinal termasuk biaya marjinal pengguna. Pada beberapa proyek air tanah, penetapan harga biaya marjinal mengakibatkan penarikan harga air relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan usahatani. Sebagai contoh, dalam proyek di Gujarat India, proporsi pembayaran air sebesar 37 persen dari pendapatan usaha tani bersih.

2.5.3 Penetapan Harga Air Berdasarkan Blok

Penetapan harga air berdasarkan blok akan bervariasi ketika ditetapkan waktu dan volume penggunaan air sebagai contoh 5 000 m 3 Menurut Easter et al. 1999, di Israel dan Botswana digunakan metode ini. Jumlah air pada blok pertama seringkali mempertimbangkan jumlah per hektar per musim. Jika yang menjadi pertimbangan pembayaran air yang lebih tinggi, maka pembayaran peningkatan blok dapat digunakan. Pembayaran pada blok pertama lebih rendah dari biaya pemeliharaan dan operasi. Blok kedua dan selanjutnya meningkat lebih tinggi dari biaya pemeliharaan dan operasi yang ditanggung dan merefleksikan biaya marjinal operasi. kebutuhan dasar yang mendukung keluarga petani. Metode ini memperhatikan isu keadilan. Petani membayar lebih rendah pada blok pertama dan lebih tinggi jika pemakaian lebih banyak. Di Botawana harga pada blok kedua sama dengan pada blok pertama. Pengoperasian metode ini mirip dengan kuota, yang merupakan suatu kasus ekstrim dari penetapan harga peningkatan blok. Petani tetap bisa mendapatkan tambahan air dari pengelola tetapi dengan harga lebih tinggi. Botswana menetapkan blok pertama sebagai kuota ketika petani mengonsumsi melebihi kuotanya, petani membayar harganya dua kali lipat. Di Israel, kuota mencakup tiga blok dan membayar sesuai dengan kontrak dengan pengelola air. Jika perbedaan harga yang besar antar blok, petani akan mencoba menggunakan air tidak melebihi blok pertama. Keterbatasan penetapan harga berdasarkan blok, tidak mudah memutuskan tingkat harga tiap-tiap blok atau volume tiap-tiap blok sebagai contoh harga terendah jika penggunaan air kurang dari 5 000 m 3 air per musim per hektar atau di atasnya misalnya 6 000 m 3

2.5.4 Tarif Dua Bagian

. Jika batas maksimum blok pertama terlalu besar, penerimaan tidak dapat menutupi biaya pemeliharaan dan operasi. Metode ini sebaiknya digunakan ketika air langka, pendapatan usaha tani rendah, dan pembayaran air relatif tinggi pada pendapatan bersih usaha tani. Penetapan tarif dua bagian merupakan kombinasi penetapan harga berdasarkan harga dan biaya administrasi kadang-kadang didasarkan pada ukuran areal irigasi. Metode penetapan harga blok yang telah digambarkan sebelumnya memiliki dua tujuan, yaitu pengembalian seluruh biaya dan pengurangan penggunaan air. Kedua tujuan ini jarang sekali menimbulkan konflik. Keunggulan metode tarif dua bagian ini adalah dapat meredam konflik. Bagian volume dapat dijadikan dasar biaya marjinal, yang menyebabkan penggunaan air lebih sedikit. Untuk bagian tetap yang dapat memperbaiki beberapa kekurangan, dan menjamin kepastian pendapatan yang akan terbentuk, berapa banyak air yang tersedia dan disalurkan. Ketika biaya pemeliharaan dan pengoperasian merupakan komponen tetap yang tidak tergantung pada jumlah air yang disalurkan, biaya tetap ini tetap dibayarkan meskipun air tidak digunakan untuk satu musim. Keterbatasan metode ini, yaitu perhitungannya relatif lebih rumit sehingga sulit untuk dipahami petani dan biaya administrasi dari metode penetapan harga berdasarkan dua bagian, lebih tinggi dibandingkan dengan pembayaran tunggal. Menurut Easter et al. 1999, di Jaiba Brazil, rancangan penetapan harga direvisi dari pembayaran dua-bagian, yang terdiri dari dua komponen, K1 dan K2. Komponen pertama, K1 merefleksikan biaya modal proyek, dihitung berdasarkan periode 50 tahun pengembalian dan tingkat bunga yang disubsidi. Komponen kedua, K2, diperkirakan untuk menutupi seluruh biaya pemeliharaan dan pengoperasian, diestimasikan sebagai fungsi dari volume air yang digunakan. Komponen kedua dipecah lagi menjadi dua komponen, yaitu biaya tetap pemeliharaan dan operasi dan biaya variabel. Jika petani memutuskan tidak menanam selama satu musim, petani tetap harus membayar biaya tetap untuk pemeliharaan dan operasi.

2.5.5 Pasar Air

Di negara yang memiliki pasar air, baik formal maupun nonformal, perusahaan atau individu dapat memperdagangkan air pada harga keseimbangan pasar, dan berubah sesuai dengan musim. Efektivitas pengoperasian pasar air membutuhkan seperangkat Undang-Undang sumberdaya air yang benar, aturan perdagangan air yang jelas dan komprehensif, suatu kesatuan pengelolaan penyaluran air, serta badan hukum yang mengatur aktivitas dan penyelesaian perselisihan. Selain itu, dibutuhkan pembangunan sistem saluran yang dapat menyalurkan air ke semua pengguna Tsur and Dinar, 1998. Jika semua syarat ini terpenuhi, maka harga keseimbangan pasar yang terbentuk dari pertemuan antara pemintaan dan pasokan akan efektif. Menurut Easter et al. 1999, di Chili hasil analisis terhadap dua sungai, menunjukkan pasar air yang menghasilkan penerimaan yang substansial secara ekonomi dari perdagangan. Di Konservasi Air Colorado Utara, pasar air telah dioperasikan sejak akhir tahun 1950-an, dimana distrik tersebut mengumumkan secara luas pembeli potensial dan penawaran penjual Howe et al. 1986. Di sana terdapat satu pasar dengan regulasi yang tetap, dan penjualan dilakukan secara temporer, untuk penggunaan air musiman. Seiring dengan berjalannya waktu, regulasi permanen ini secara berangsur-angsur hilang dari penggunaan sektor pertanian ke municipal dan sektor industri. Meskipun sektor pertanian merupakan pengguna air terbesar Kemper et al. 1999. Penetapan pasar telah dikembangkan di sejumlah negara, termasuk pasar irigasi di distrik Siurana-Riudeanyes di Provinsi Tarragone, Spanyol, merupakan contoh klasik dan hal yang sama di Alicante Spanyol Maass dan Anderson, 1978. Sistem Siurna-Riudeanyes melayani petani, munipical, dan pengguna lainnya, serta menyalurkan sekitar 6 juta m 3 Contoh pasar air lainnya yang dibangun petani di wilayah Cariri negara bagian timur laut Brazil, dimana pasar didasarkan pada ketersediaan air di sungai. Alokasi air ke petani diatur berdasarkan luasnya lahan, yaitu air diperdagangkan sebagai bagian dari tanah dan keinginan petani sendiri. Umumnya, sistem perdagangan memberikan jaminan air yang dipasok dan fleksibilitas pengalokasian air. Pasar air dirancang dengan melibatkan pemerintah langsung karena terdiri atas sejumlah petani yang homogen, yang menanam tebu dan lainnya Kemper et al. 1999. air per tahunnya. Regulasi penggunaan air, baik jangka panjang maupun temporer, diperdagangkan antaranggota kelompok pemakai air Water User Association ~ WUA, termasuk petani dan municipal. Pada tahun 1982, pengalihan dari pengaturan oleh petugas ke WUA, secara signifikan mengurangi peningkatan harga air dan menjadi lebih transparan. Suatu sistem bonus dan insentif juga ditetapkan untuk pekerja WUA guna meminimumkan kehilangan air dan mengurangi biaya pemeliharaan dan operasi. Dewan Kota Reus, kota utama di irigasi distrik Siurana-Riudecanyes, berperan penting dalam pasar air dan membangun sistem pengairan. Kota memberikan sebagian besar dana yang dibutuhkan untuk membangun dam dan infrastruktur, dengan pendanaan langsung sebesar 50 persen, dan 4 persen yang merupakan pinjaman yang harus dikembalikan. Keuntungan langsung menyisihkan 10 persen dari pendanaan konstruksi awal. WUA terfokus pada sistem pengairan, pengguna berpartisipasi aktif, transparansi, dan fleksibilitas dalam menanggapi perubahan air dan kondisi ekonomi Tarrech et al, 1999.

2.5.6 Metode Cost Recovery

Metode penentuan harga air sektor pertanian oleh pengelola yang banyak digunakan dan dianggap memenuhi kriteria ekonomi yaitu full cost recovery yaitu penentuan harga air irigasi berdasarkan pada pengembalian biaya-biaya yang dikeluarkan pengelola untuk penyaluran air irigasi sampai kepada pengguna. Metode cost recovery dapat mengatasi biaya pengelolaan air dan bukan hanya sekedar penetapan harga yang tinggi atau penyimpanan dana yang lebih banyak. Ketika biaya air dapat diatasi dengan mekanisme yang digunakan untuk mengatasinya metode ini mempunyai spesifikasi sesuai dengan kondisi yang ada di wilayah tersebut. Secara umum, biaya penyaluran air irigasi dapat dibagi dalam tiga ketegori, yaitu 1 biaya proyek langsung, 2 biaya lingkungan, dan 3 biaya marjinal pengguna. Biaya proyek langsung merupakan pengukuran termudah dibandingkan kategori lainnya dan banyak proyek menggunakan cara ini. Biaya langsung cenderung digunakan dalam penentuan biaya, mulai dari proses sampai penyaluran air irigasi yang dapat dipisahkan dalam biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap termasuk seluruh investasi sarana irigasi seperti pembangunan waduk dan saluran serta pemasangan meter dan pompa, ditambah depresiasi, dan tingkat bunga investasi. Biaya administrasi dan biaya operasi serta pemeliharaan tidak termasuk dalam biaya penyaluran air, tetapi dimasukkan dalam biaya tetap karena tidak bervariasi sesuai jumlah air yang disalurkan. Biaya variabel terdiri dari biaya operasi dan pemeliharaan dalam penyaluran air, biaya tenaga kerja, dan biaya penyaluran air, termasuk biaya penyaluran, dan biaya pengambilan air tanah, dan biaya hilangnya air. Biaya-biaya ini bervariasi, metode penyaluran air, teknologi irigasi, dan musim Massarutto, 2002. Biaya lingkungan meliputi erosi tanah dan kerusakan ekosistem selama dan sesudah pembangunan suatu proyek irigasi. Sejauh ini, hanya sebagian kecil proyek irigasi yang memasukkan biaya lingkungan sebagai bagian keseluruhan biaya yang akan dikembalikan. Biaya lingkungan secara substansial akan meningkatkan total biaya pembangunan proyek irigasi. Di Afrika Selatan telah dikembangkan suatu sistem pembayaran yang merefleksikan dan menutupi biaya langsung dan tidak langsung dengan memasukkan biaya pembuangan limbah. Biaya pembuangan limbah ini berhubungan dengan salinitas, nitrase, dan phospor dalam air pembuangan. Suatu pembayaran ekstra akan dibebankan kepada pembuang limbah, jika limbah yang dibuang melebihi batas maksimum yang diijinkan. Dan sebaliknya jika limbah yang dibuang kualitasnya lebih tinggi dibandingkan pada waktu pengambilan akan diberikan insentip berupa pengurangan pembayaran limbah Republic of South Afrika , 2004. Pemerintah Australia Selatan sepakat membiayai pengelolaan salinitas yang diakibatkan oleh pembangunan irigasi sebelum 1988, petani menyanggupi menanggung biaya pembangunan irigasi sesudah tahun 1988. Struktur biaya dua bagian two part tariff dapat dipilih untuk mengakomodasi eksternalitas. Ketika infrastruktur dibangun atau diperbaiki untuk mengurangi hubungan kualitas air dengan eksternalitas, biaya tetap dapat dimasukkan sebagai bagian tetap dari harga dua sisi, untuk kuantitas yang dihubungkan dengan eksternalitas dimasukkan dalam porsi volume Bueren and MacDonald, 2004. Di Queenslands ketika pemerintah meninjau kembali pembayaran air di tahun 2004, banyak masyarakat yang menolak ide pengenalan biaya eksternalitas. Masyarakat berpendapat bahwa banyak pengguna air telah siap dengan infrastruktur yang mencegah eksternalitas, serta melakukan beberapa perbaikan regulasi Queensland Government, 2004. Marginal User Cost didefinisikan sebagai nilai sekarang dari kelangkaan sumberdaya di masa mendatang sebagai implikasi penggunaan sumberdaya saat ini Howe et al. 1979. Akibatnya, biaya pengadaan pasokan air di masa mendatang lebih tinggi karena pengambilan sumberdaya pada masa sekarang. Kondisi ini sangat relevan untuk sumberdaya air tanah, terutama jika tidak ada pengisian kembali recharge atau tingkat rechargenya kecil. Ketika harga air tanah tidak dimasukkan ke marginal user cost, akan mengakibatkan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya tersebut. Proyek sumberdaya air biasanya memiliki multitujuan, yaitu 1 memasok air irigasi, 2 memasok rumah tangga dan industri, 3 sebagai pengendali banjir, dan 4 pembangkit listrik tenaga listrik. Sekitar 90 persen waduk yang ada di Asia memiliki multitujuan, pengguna yang berbeda akan memberikan kontribusi biaya yang berbeda, sesuai dengan jasa layanan yang diterimanya. Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk mengalokasikan kontribusi kepada setiap pengguna, yaitu 1 metode penggunaan fasilitas use of facilities atau UOF, 2 penyesuaian pengeluaran alternative justifiable expenditures atau AJE, dan 3 biaya terpisah dan sisa benefit separate costs, remaining benefits atau SCRB Easter, 1999; Young et al., 1982; dan Young, 1985. Pendekatan use of facilities mengalokasikan biaya pada setiap pengguna yang menggunakan fasilitas yang sama sesuai dengan proporsi air yang disalurkan sebagai contoh irigasi dan domestik. Pendekatan alternative justifiable expenditures mengalokasikan biaya bersama didasarkan sisa benefit setelah dikurangi dengan biaya spesifik, yaitu biaya langsung dari setiap pengguna sebagai contoh irigasi, tidak memasukkan biaya perubahan rancangan proyek apabila terjadi penambahan tujuan. Pendekatan yang terakhir adalah pendekatan SCRB mirip dengan pendekatan alternative justifiable expenditures, yaitu pendekatan ini menetapkan biaya sebagai tujuan tunggal untuk mencapai manfaat ekonomi, dan biaya perubahan rancangan sehubungan dengan penambahan tujuan dimasukkan dalam total biaya. Sisanya merupakan biaya bersama sesudah dikurangi dengan biaya tiap-tiap pengguna. Biaya bersama ini akan dibebankan pada pengguna dengan proporsi sesuai dengan besarnya biaya untuk tiap-tiap pengguna. Proyek yang menggunakan pendekatan ini terdapat di Anda Pradesh India, dimana proyek dengan multi tujuan dapat mengalokasikan biaya yang berbeda sesuai dengan tipe pengguna. Proyek dengan benefit tidak langsung yang besar, ada beberapa biaya dapat dialokasikan menjadi benefit. Sebagai contoh, negara dengan kebijakan harga pangan rendah, ketika sarana irigasi diperbaiki, perusahaan pengolah makanan dan konsumen lebih diuntungkan bila dibandingkan dengan petani. Dalam berbagai kasus, pemberian subsidi terhadap proyek melalui penerimaan pajak dari konsumen yang menghasilkan benefit, dan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan pengolah pangan dapat membantu pendanaan proyek tersebut. Proyek pengelolaan air di Daerah Aliran Sungai Sana’a Yemen, memberikan suatu ide kontribusi biaya oleh pemerintah, dimana program perbaikan irigasi yang bertujuan untuk mengurangi tingkat eksploitasi air tanah, sehingga keberlanjutan akuifer dapat dipertahankan serta memberikan waktu pada pemerintah untuk menemukan solusi jangka panjang. Jika strategi kelestarian yang dipilih, pencapaian benefit secara ekonomi bukan merupakan prioritas utama. Strategi ini juga mendorong pengalihan irigasi dari irigasi air tanah menjadi irigasi dengan menggunakan teknologi lainnya, seperti teknologi drip dan gelembung yang menggunakan pipa sebagai saluran distribusi. Teknolgi drip dan gelembung terbukti dapat meningkatkan efisiensi irigasi dari 35 persen menjadi 60 persen. Biaya ditanggung oleh pemerintah dan petani, dengan kontribusi pemerintah sebesar 75 persen dari biaya investasi dan 90 persen dari biaya instalasi, dan petani menanggung sisanya. Biaya operasi dan pemeliharaan seluruhnya ditanggung oleh petani. Selain untuk pembiayaan, petani juga memberikan kontribusi melalui pengurangan jumlah air yang digunakan per hektar World Bank, 2003a. Ahli pengelolaan air MF. Abu Taleb dari World Bank melaporkan bahwa water user allocation yang termasuk dalam implementasi proyek menanggapinya dengan sangat positif. Hal ini terbukti dengan kesepakatan pengguna untuk membayar dan memasang instalasi konservasi air.

2.6 Penelitian Terdahulu:Model Pengelolaan Sumberdaya Air