13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pembelajaran Fisika
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi
ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.
Belajar erat kaitannya dengan pembelajaran sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hilgard Bower 1972: 85 berpendapat bahwa
kontroversi mengenai pembelajaran pada hakikatnya adalah perdebatan mengenai fakta-fakta, interpretasi atas fakta-fakta, dan bukan definisi istilah pembelajaran
itu sendiri. Meski demikian, hampir semua orang sepakat bahwa pembelajaran berkaitan erat dengan pemahaman. Artinya, pembelajaran tidak hanya melibatkan
interpretasi berbasis fakta, tetapi juga merepresentasikan pemahaman terapan seperti dalam pembelajaran sains.
Pembelajaran sains termasuk fisika, lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi. Fisika berfungsi
sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Yulianti Wiyanto 2009: 2 menyatakan bahwa inti pembelajaran fisika meliputi proses-proses sains
keterampilan proses sains yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, interpretasi data, mengomunikasikan
perolehan.
Belajar sains termasuk fisika tidak sekadar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, dan hukum dalam bentuk pengetahuan deklaratif tetapi
juga belajar bagaimana cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural termasuk kebiasaan bekerja ilmiah.
Pembelajaran fisika diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendasar
tentang alam sekitar. Menurut Yulianti Wiyanto 2009: 2 salah satu kunci untuk pembelajaran fisika adalah pembelajaran harus melibatkan siswa secara
aktif untuk berinteraksi dengan objek konkret. Dalam membelajarkan sains termasuk fisika, guru dituntut merancang
pembelajaran sains yang mengantarkan peserta didik mampu berpikir secara kritis dan logis, kreatif serta dapat mengemukakan pendapat dan berargumentasi secara
benar. Sebagai konsekuensi hal tersebut, guru dituntut dapat menyajikan pembelajaran sains secara menarik, efisien, dan efektif.
Organisasi National Science Teachers Association NSTA menekankan bahwa pembelajaran sains lebih memfokuskan pada keterampilan menyelidiki,
pembelajaran dengan inkuiri, pembelajaran dengan perspektif interdisipliner, pembelajaran untuk semua anak, dan khususnya mengembangkan warga negara
yang berliterasi ilmiah. Pengorganisasian kurikulum dilakukan sedemikian rupa sehingga tema-tema konseptual ditonjolkan dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mempelajari kehidupan nyata, masalah personal dan sosial yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
Siswa harus dapat mengembangkan konsep dan proses sains dalam penerapan sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari, membentuk sikap
positif terhadap sains dan belajar bagaimana sains dan teknologi dapat membantu memecahkan masalah-masalah di masyarakat. Program-program pendidikan yang
dirancang memadukan antara sains, teknologi, matematika hamanitis, dan ilmu sosial
Berdasarkan uraian di atas maka definisi pembelajaran fisika yang digunakan dalam penelitian ini adalah upaya terarah dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar fisika secara optimal serta mempersiapkan siswa untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia dengan ilmu pengetahuan dan
sikap yang positif.
2.1.2 Model Pembelajaran PBL 2.1.2.1