LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Bangsa Indonesia memiliki beraneka ragam kebudayaan. Salah satu diantaranya adalah kebudayaan Jawa. Keberadaan budaya Jawa pada saat ini sudah agak tersisih dalam masyarakat terutama dalam hal penggunaan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Padahal budaya Jawa adalah warisan dari nenek moyang terdahulu dan wajib dilestarikan. Dalam upaya melestarikan kebudayaan Jawa tersebut, maka para generasi muda khususnya siswa di sekolah- sekolah dikenalkan dengan pelajaran bahasa Jawa yang isi pembelajarannya tercakup dalam kurikulum Muatan Lokal Mulok. Sistem Pendidikan Nasional di Negara Indonesia diatur dalam UU RI No. 20 tahun 2003. Pada Bab X pasal 37 ayat 1, kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilankejuruan dan muatan lokal. Selanjutnya penjelasan UU RI no. 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 ini tercantum dalam Tambahan Lembaran Negara RI tahun 2003 No. 4301 yang berisi bahan kajian muatan lokal dimaksudkan untuk membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya. 2 Pelaksanaan muatan lokal bahasa Jawa di Jawa Tengah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 895.5012005 yang menetapkan bahwa mata pelajaran bahasa Jawa untuk jenjang SDSDLBMI, SMPSMPLBMTs, dan SMASMALBSMKMA Negeri dan swasta Propinsi Jawa Tengah mulai tahun ajaran 20052006 wajib dilaksanakan. Kurikulum muatan lokal secara umum berfungsi memberikan peluang untuk mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap perlu oleh daerah tertentu. Di propinsi Jawa Tengah, kurikulum mulok dibagi menjadi tiga bagian yaitu mulok wajib propinsi yaitu bahasa Jawa, mulok kabupaten ditentukan oleh masing-masing kabupaten dan mulok sekolah yaitu mulok yang dipilih dan ditentukan oleh masing-masing sekolah. Sekolah Dasar yang melaksanakan kurikulum mulok bahasa Jawa satu diantaranya adalah SDN Banyubiru 04 Kabupaten Semarang. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi akrab dengan budaya daerahnya karena mengingat sebagian besar siswa di SD Banyubiru 04 adalah asli penduduk Jawa. Dengan adanya pelajaran bahasa Jawa ini siswa menjadi lebih paham tentang penggunaan bahasa Jawa untuk berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tertulis. Secara lisan misalnya siswa memahami tentang penggunaan basa kromo untuk berbicara dengan orang yang lebih tua. Sedangkan secara tertulis siswa bisa mengungkapkan pikiran, gagasan serta ide-idenya, bisa menceritakan sesuatu yang dilihatnya kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Ruang lingkup pembelajaran bahasa mencakup 4 keterampilan, yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis KTSP, 2006: 113. Salah satu 3 keterampilan yang cukup kompleks adalah menulis karena dengan menulis siswa dapat mengungkapkan ide atau gagasan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Keterampilan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki oleh seseorang. Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis, dengan memperhatikan ketepatan bahasa yang digunakan yaitu ketepatan penggunaan kosa kata dan penggunaan ejaan Abbas, 2006: 125. Mengajarkan menulis pada pelajaran bahasa khususnya bahasa Jawa di Sekolah Dasar ternyata tidaklah mudah. Mengajar bahasa Jawa tidak sebatas mengajarkan kata-kata Jawa tetapi dalam pelajaran bahasa Jawa terkandung ajaran budi pekerti dan tata krama yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh siswa. Akan tetapi pada kenyataannya dengan segala keterbatasan, terbatasnya jam pelajaran bahasa Jawa di sekolah, terbatasnya sumber belajar, kurangnya media pembelajaran serta penggunaan model yang kurang bervariasi mengakibatkan hasil pembelajaran bahasa Jawa tidak maksimal. Seperti halnya yang terjadi pada siswa kelas IV SDN Banyubiru 04 Kabupaten Semarang. Berdasarkan pengamatan oleh peneliti, ternyata hasil belajar bahasa Jawa pada saat ulangan harian untuk kompetensi dasar 4.2. Menulis deskripsi keindahan alam dan sebagainya, masih sangat rendah. Diantara 20 siswa yang mendapat nilai di atas KKM 65 hanya 7 siswa dan yang lainnya 4 masih di bawah KKM. Itu berarti hanya 33 dari jumlah siswa yang tuntas belajar untuk kompetensi dasar ini. Permasalahan tersebut terjadi karena beberapa hal diantaranya model mengajar guru yang digunakan masih monoton, kurang variatif, pembelajaran hanya berpusat pada guru, siswa kurang aktif dan cenderung diam, kurangnya media pembelajaran yang bisa menarik perhatian siswa dan yang paling penting adalah pada materi menulis deskripsi, siswa kesulitan dalam mengungkapkan pikiran-pikirannya. Sebagian besar dari mereka ketika diminta untuk mendeskripsikan sesuatu, hasilnya belum menggambarkan tentang apa yang dideskripsikan. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang mengetahui objek yang sebenarnya yang akan dideskripsikan. Berdasarkan refleksi awal dan hasil observasi bersama tim kolaborasi, peneliti berinisiatif menetapkan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Jawa khususnya pada keterampilan menulis deskripsi. Tindakan yang akan dilaksanakan adalah menyelenggarakan suatu pembelajaran dengan menggunakan model dan media yang menarik untuk siswa. Maka peneliti menetapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif yaitu model Picture and Picture. Model Picture and Picture merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berbasis sosial yang disarankan pada interaksi sosial dan mengutamakan adanya kerja sama dalam kelompok Suprijono, 2011: 56 Hamdani 2011: 89 berpendapat bahwa model Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai faktor utama dalam 5 proses pembelajaran dan dipasangkan menjadi urutan yang logis, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Dengan menggunakan model Picture and Picture, siswa diharapkan aktif dan berfikir kreaktif dalam mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis karena gambar sebagai media dan faktor dalam proses pembelajaran. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, gambar adalah tiruan barang orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Gambar merupakan media visual dua dimensi di atas bidang yang transparan. Guru dapat menggunakan gambar untuk memberi gambaran tentang sesuatu sehingga penjelasan lebih konkret daripada bila diuraikan dengan kata-kata. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistik Subana dan Sunarti, 2011: 322. Beberapa penelitian dengan menggunakan model picture and picture telah menunjukkan keberhasilan dalam mengatasi masalah kesulitan menulis deskripsi. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dengan judul “Peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi menggunakan media gambar seri pada siswa kelas III SD Negeri Jajar I Surakarta tahun pelajaran 20092010”. Penelitian ini menunjukkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa meningkat yaitu pada siklus I nilai rata-rata 65,77 66 dan pada siklus II nilai rata-rata 73,79 74. Penelitian lain yang juga menggunakan model picture and picture adalah penelitian yang dilakukan oleh Hanun dengan judul “Penggunaan metode picture and picture untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas III SD Negeri Dukuhwaluh 6 Banyumas Tahun pelajaran 20112012. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa. Yaitu pada siklus I nilai rata-rata 72,80 dengan ketuntasan klasikal 69,23 dan pada siklus II nilai rata-rata 76,34 dengan ketuntasan klasikal 84,62. Berdasarkan ulasan latar belakang di atas, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas PTK dengan judul “Peningkatan keterampilan menulis deskripsi bahasa Jawa dengan model Picture and Picture pada siswa kelas IV SDN Banyubiru 04 Kabupaten Semarang.

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH