Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif

18 lingkungan keagamaan, lingkungan pemerintah dan negara. Adapun contoh sikap yang harus kita ambil terhadap pengaruh globalisasi adalah, bijaksana, waspada, selektif, menerapkan nilai-nilai agama.

2.1.8 Model Pembelajaran

Berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, dapat diatasi antara lain dengan model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik. Menurut Joyce dalam Trianto 2007: 5 model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjtnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajarn tercapai. Adapun Suprijono 2010: 46 menyatakan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu. Oleh karena itu dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu Arends dalam Trianto 2007: 9. Berbagai definisi tentang model pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli di atas menjelaskan bahwa para pengajar wajib untuk mempelajari dan 19 menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapakan.

2.1.9 Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson Johnson dalam Ergun et. al 2010: 169 menyatakan bahwa: Cooperative learning activities are frequently employed in different parts of the world in order to enable active learning and realize learning as a social activity. The reason lying behind the frequent use of it is that traditional approaches in teaching and learning do not give ample opportunities for students to improve simultaneously in different aspects such as knowledge, skill, attitude, and so on. Cooperative learning is educational process in which speaking, listening, writing, and reflection-crucial tools of active learning-take place. In this process, students are asked to use their social skills and to cooperate with peers which in the long run, contribute, to the development of their cognitive and affective learning out-comes. Adapun arti dari pernyataan di atas yaitu sebagai berikut : Kegiatan pembelajaran kooperatif sering digunakan di berbagai belahan dunia dalam rangka untuk memungkinkan pembelajaran aktif dan menyadari pembelajaran sebagai aktivitas sosial. Alasan penggunaan cooperative learning adalah bahwa pendekatan tradisional dalam pengajaran dan pembelajaran tidak memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk meningkatkan secara bersamaan dalam berbagai aspek seperti pengetahuan, sikap keterampilan, dan sebagainya. Pembelajaran kooperatif adalah proses pendidikan di mana berbicara, mendengarkan, menulis, dan refleksi sebagai alat penting dari belajar aktif berlangsung. Dalam proses ini, siswa diminta untuk menggunakan keterampilan sosial mereka dan untuk 20 bekerja sama dengan rekan-rekan, yang dalam jangka panjang memberikan kontribusi pada perkembangan kognitif dan afektif hasil belajar mereka. Edmund T. Emmer dan Mary Claire Gerwels Mengemukakan pendapat tentang kegunaan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: Cooperative learning CL provides an alternative to competitive or individualistic classroom activities by encouraging collaboration among students in small groups. The use of CL alters the structure of classroom activities and roles: the class organization changes to a multigroup structure, the teachers role as an information transmitter is reduced, and the students role shifts toward that of group participant and decision maker. Pernyataan di atas dapat diartikan sebagai berikut: Pembelajaran kooperatif memberikan sebuah alternatif aktivitas kelas baik yang bersifat kompetitif ataupun perseorangan dengan mendorong kolaborasi diantara para siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Kegunaan pembelajaran kooperatif adalah mengubah bentuk aktivitas dan peranan ruang kelas. Organisasi kelas berubah menjadi sebuah susunan multigroup, peranan guru sebagai pengantar atau pemberi informasi dikurangi, dan peran pelajar bergeser menjadi peserta dalam kelompok dan mengambil keputusan. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto 2007: 42 pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan 21 mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, sukuras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siwa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif sangat menanamkan kerja sama dan gotong royong dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah untuk mencapai sebuah tujuan bersama.

2.1.10 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI CINYAWANG 03 KABUPATEN CILACAP

1 30 285

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN MATERI GLOBALISASI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 WARUNGPRING PEMALANG

0 10 278

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA MATERI GLOBALISASI DI KELAS IV SD NEGERI 04 PEGUNDAN PEMALANG

0 2 232

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI POKOK GLOBALISASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KARANGSENTUL PURBALINGGA

1 29 221

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KARTU ARISAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kartu Arisan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Sd Negeri 03 Munggur Tahun 2011/2012.

0 0 16

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI SISWA KELAS IV SDN 4 PLOSO JATI KUDUS

0 1 25

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 161 Pekanbaru

0 0 13

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 94 Pekanbaru

0 0 15

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru

0 0 15