1. Guru hendaknya memahami dan menguasai 9 keterampilan dasar dalam
mengajar sehingga dapat melaksanakan dan mengelola pembelajaran dengan baik, serta menggunakan metode dan model yang sesuai dengan karakteristik
siswa. Kemudian, guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang harmonis dan menyenangkan serta melibatkan keaktifan siswa.
2. Pelaksanaan pembelajaran hendaknya diikuti dengan partisipatif yang aktif
oleh para siswa. Siswa hendaknya selalu memperhatikan guru, menjalankan intruksi guru, dan tidak bergurau ketika pembelajaran. Dengan demikian,
dalam proses pembelajaran dapat tercipta komunikasi dua arah antara siswa dan guru.
3. Penggunaan model kooperatif tipe Teams Games Tournament dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Meningkatnya hasil belajar siswa dapat memberikan dampak positif bagi sekolah dalam meningkatkan akreditasi.
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kualitas pembelajaran IPS melalui model kooperatif tipe Teams
Games Tournament pada siswa kelas VA SDN Bendan Ngisor Kota Semarang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Keterampilan guru kelas VA SDN Bendan Ngisor Kota Semarang pada pembelajaran IPS melalui model
kooperatif tipe Teams Games Tournament
mengalami peningkatan setiap siklusnya. Keterampilan guru pada siklus I mendapatkan skor 26 termasuk kategori cukup, dan pada siklus II mendapatkan
skor 34 dengan kategori sangat baik.
2. Aktivitas siswa kelas VA SDN
Bendan Ngisor
Kota Semarang pada pembelajaran IPS melalui model kooperatif tipe Teams Games Tournament
mengalami peningkatan setiap siklusnya. Aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan rata-rata skor 18,1 termasuk kategori baik dan pada siklus II
mendapatkan rata-rata skor 22,5 termasuk kategori sangat baik.
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournament
dapat meningkat. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa pada ranah pengetahuan, sikap sosial,
sikap spiritual dan keterampilan setiap siklusnya. Berdasarkan hasil evaluasi ranah kognitif di akhir siklus diperoleh data pada siklus siklus I nilai rata-rata
71,7 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 72,2 dengan nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 95 dan pada siklus II rata-rata menjadi 75,7 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 80,5 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
telah mencapai indikator keberhasilan dengan ketuntasan klasikal siswa adalah 75 dan ketuntasan individual sebesar 63. Pada ranah sikap spiritual
terdapat peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus I siswa medapatkan skor modus sebanyak 3 dengan predikat B Baik dan pada siklus II mendapat
skor modus 3 dengan predikat B Baik. Pada ranah sikap sosial juga terdapat peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus I siswa medapatkan skor
modus sebanyak 2 dengan predikat C Cukup dan pada siklus II mendapat skor modus 4 dengan predikat SB Sangat Baik. Sedangkan pada ranah
keterampilan, pada siklus I siswa mendapatkan skor 2,86 dengan predikat B, pada siklus II siswa mendapat skor 3,69 dengan predikat A-. Hasil belajar
kognitif, afektif, maupun psikomotorik telah memenuhi indikator keberhasilan, dimana untuk ranah kognitif ketuntasal klasikal mencapai 75
dan dengan KKM 63. Untuk ranah afektif dengan modus ≥ 3 predikat B dan
untuk ranah psikomotorik ≥2,67 dengan kategori B.