Struktur sel yang kokoh dan lentur terhadap stressor dari luar, misalnya tekanan osmotik, suhu dan lain-lain, sangat ditentukan oleh kualitas bahan penyusun struktur sel
terutama membran selnya. Oleh karena bahan penyusun stuktur sel tersebut berasal dari makanan yang dimakan, maka tingkat konsumsi pakan dan kualitas pakan terutama kadar
dan kualitas protein dan lemak sangat menentukan kualitas sel Affandi et al. 2009. Tingkat konsumsi kijing yang diimplantasi mengalami penurunan dibandingkan dengan
kijing kontrol. Dengan demikian maka jelaslah bahwa tingkat konsumsi pakan dan mutu pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kemampuan adaptasi baik pada tingkat sel
maupun pada tingkat individu. Hasil analisis varian Lampiran 3B menunjukkan bahwa jumlah dan diameter inti
berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi pakan P 0,05 dan terdapat pengaruh interaksi P 0,05 antara jumlah inti dengan diameter inti. Perlakuan I jumlah inti dua per
individu dan diameter 10 mm memiliki nilai tingkat konsumsi pakan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Berdasarkan hasil analisis regresi Lampiran 3C, respons tingkat konsumsi pakan Y terhadap jumlah inti X, berbentuk linear negatif dengan persamaan: Y = -5,77x +
26,18 dengan R
2
B. Metabolisme Rutin
= 0,98. Artinya, bahwa terdapat hubungan yang erat antara tingkat konsumsi pakan dengan jumlah inti yang diimplantasi. Nilai tingkat konsumsi pakan kijing
menurun dengan semakin meningkatnya jumlah inti. Implantasi 4 inti menurunkan konsumsi hingga 50 sedangkan implantasi 6 inti menurunkan hingga 63 sedangkan
implantasi 2 inti hanya menurunkan 25 saja.
Metabolisme adalah proses pemanfaatan nutrien, baik secara energi maupun materi melalui proses perombakan dan sintesis. Proses metabolisme terjadi di dalam sel, dapat
dilakukan secara anabolisme dan katabolisme. Metabolisme rutin didefinisikan sebagai tingkat pembelanjaan energi pada kondisi normal, untuk mempertahankan struktur dan
fungsi jaringan agar organisme tersebut tetap hidup. Pengukuran metabolisme rutin ini dilakukan pada kondisi organisme tetap diberi pakan selama percobaan, atau masih diberi
pakan sesuai jadwal sampai sebelum dilakukan pengukuran laju konsumsi oksigen Affandi
et al . 2009; Gosling 2004; Soria et al. 2007. Pada penelitian ini laju konsumsi oksigen
menurun seiring dengan bertambahnya jumlah dan diameter inti yang diimplantasi. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pembelanjaan energi untuk metabolisme
rutin C-J g
-1
jam
-1
Laju metabolisme rutin kijing antar perlakuan, nilainya menurun dengan semakin bertambahnya jumlah inti. Namun bila dibandingkan dengan kontrol, implantasi 2 inti
meningkatkan laju metabolisme rutin hingga 19 dan implantasi 4 inti meningkatkan hingga 7 , sedangkan implantasi 6 inti hanya meningkatkankan 6 saja.
kijing tertinggi terjadi pada jumlah inti 2 per individu diameter 10 mm dan terendah pada jumlah inti 6 per individu diameter 12 mm Gambar 24 dan Lampiran
4A. Terlihat kecenderungan bahwa semakin tinggi jumlah dan diameter inti maka laju metabolisme rutin menurun. Laju metabolisme rutin kijing lebih besar jika dibandingkan
dengan laju metabolisme basal, karena energi selain dipakai untuk pemeliharaan maintenance juga dipakai untuk mencerna, menyerap dan mengkonsumsi makanan.
Gambar 24 Metabolisme rutin C-J g
-1
jam
-1
perlakuan 0, 2, 4 dan 6 inti per individu dan diameter 10 dan 12 mm selama kijing yang diimplantasi dengan
pemeliharaan Hasil analisis varian Lampiran 4B menunjukkan bahwa jumlah dan diameter inti
berpengaruh nyata terhadap laju metabolisme rutin P 0,05 dan terdapat pengaruh interaksi P 0,05 antara jumlah inti dengan diameter inti. Perlakuan I jumlah inti dua per
individu dan diameter 10 mm memiliki laju metabolisme rutin tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan hasil analisis regresi Lampiran 4C, respons kadar
glukosa hemolimf Y terhadap jumlah inti X, berbentuk linear negatif dengan persamaan: Y = -0,041x + 0,614 dengan R
2
Energi yang dibelanjakan untuk metabolisme adalah total energi yang dikeluarkan untuk kegiatan metabolisme basal standart, standart dinamic action SDA dan aktivitas
dari ketiga komponen energi metabolisme ini, kebutuhan energi untuk metabolisme dasar ini tidak dapat diperkecil atau diturunkan. Energi yang dibelanjakan untuk SDA dapat
dihemat dengan pemberian pakan yang berimbang. Energi yang dibelanjakan untuk aktivitas meliputi energi untuk aktivitas gerak terutama dalam mencari makan dan mungkin
pula untuk mempertahankan posisi tubuh dari arus melawan arus. Dengan demikian penghematan energi untuk metabolisme paling rasional adalah penghematan energi untuk
aktivitas Affandi et al. 2009. = 0,91. Artinya, bahwa terdapat hubungan yang erat antara
laju metabolisme rutin dengan jumlah inti yang diimplantasi. Nilai laju metabolisme rutin kijing menurun dengan semakin meningkatnya jumlah inti.
Banyaknya metabolisme aktif tergantung pada lamanya aktivitas, intensitas dan kondisi percobaan. Sulit untuk mengetahui tingkat maksimal karena hasil studi di
laboratorium sering tidak menggambarkan kondisi alam. Dalam penelitian A. woodiana, dilakukan pengukuran O
2
pada level metabolisme standar kemudian mengestimasi konsumsi O
2
dalam keadaan aktif. Hasil yang diperoleh adalah nilai konsumsi O
2
C. Kadar kalsium hemolimf