12. Pelaksanaan Senam Kaki pada pasien DM di RA1 berdasarkan
EBNP Evidence Based of Nursing Practice
Praktikan melakukan senam kaki pada pasien DM di RA1 selama 7 hari 22-28 Juni 2012, dalam hal ini praktikan mengambil 10 pasien
dengan diagnosa DM, 5 pasien dijadikan sebagai kelompok intervensi dan 5 pasien sebagai kelompok kontrol. Adapun kriteria pasien untuk
dilakukan senam kaki yaitu usia responden 40 tahun, lama menderita DM 5 tahun, tidak mempunyai riwayat merokok, tidak mempunyai
riwayat ulkus diabetik, kadar gula terkontrol, tidak memiliki penyakit gagal jantung, asma atau komplikasi lain yang menyebabkan responden
cepat lelah, mau dan bersedia melakukan senam diabetik. Sebelum melakukan tindakan senam kaki, terlebih dahulu
praktikan memberikan pendidikan kesehatan mengenai DM dan Senam Kaki kepada pasien dan keluarga pasien , kemudian mengukur TTV, dan
CRT pasien. Untuk tekanan darah diukur dua kali yaitu di dorsalis pedis dan brachialis. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ABI sistol
dorsalis pedissistol brachialis. Kemudian, paktikan mendemonstrasikan gerakan-gerakan senam kaki kepada pasien dengan durasi 15-20 menit
untuk masing-masing kaki kanan dan kiri. Senam kaki dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Untuk senam kaki tahap pertama didampingi
oleh praktikan, tetapi untuk senam tahap kedua dilakukan oleh pasien sendiri dibantu oleh keluarga pasien. Untuk mengingat gerakannya,
praktikan memberi leaflet kepada pasien.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan senam kaki dilakukan secara teratur oleh pasien selama 7 hari dengan atau tanpa pengawasan dari praktikan, dalam hal ini pasien
tidak mengalami kesulitan saat melakukan gerakan-gerakan senam. Hal yang dinilai dalam pelaksanaan senam kaki ini adalah nilai ABI pre-post
senam kaki dan CRT pre-post senam kaki. Setelah kuang lebih 7 hari melakukan senam, praktikan kembali mengukur ABI dan CRT pasien.
Ankle Brachial Index ABI ekstremitas kanan pada kelompok intervensi pada pengukuran awal adalah ABI dalam kategori baik sebanyak
3 pasien 60; sedangkan pada pengukuran akhir pada hari ke-7 meningkat menjadi 4 pasien 80. Sedangkan pada pengukuran ABI
ekstremitas kiri pada kelompok intervensi sebelum diberikan foot exercise sebanyak 4 pasien 80 dengan kategori baik; sedangkan setelah diberikan
intervensi hari ke-7 hasilnya tetap yaitu 4 pasien 80. Hasil pengukuran CRT ekstremitas kanan sebelum diberikan foot
exercise pada kelompok intervensi didapatkan data 3 pasien 60 dalam kategori baik, dan setelah diberikan foot exercise hari ke-7 meningkat
menjadi 5 pasien 100 dalam kategori baik. Sedangkan Nilai CRT pada ekstremitas kiri sebelum dilakukan intervensi sebanyak 3 pasien 60 CRT
baik dan meningkat menjadi 4 pasien 90 yang diukur kembali pada hari ke-7. Hal ini sesuai dengan penelitian Tara 2003 yang mengatakan
senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-
otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi
Universitas Sumatera Utara
keterbatasan pergerakan sendi. Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki
pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut Wibisono, 2009.
Berdasarkan data demografi diketahui bahwa sebagian besar pasien 60 menderita DM antara 6-10 tahun, 40 pasien ABI kanan dan 20
ABI kiri kategori tidak baik, Capilary Refilling kanan dan kiri 40 responden dalam kategori tidak baik. Hal ini berarti dengan kurun waktu
menderita DM antara 6-10 tahun kurang dari 50 respoden mengalami gejala neuropati diabetik. Hasil kegiatan ini mendukung pendapat La
Monedan Burke 2008 yang menyatakan Diabetes Melitus DM merupakan salah satu penyakit serius yang dapat menimbulkan berbagai
komplikasi dan kematian, baik komplikasi yang bersifat akut maupun kronis. Sekitar 60-70 penderita DM akan mengalami neuropati dan
mengalami peningkatan resiko seiring dengan peningkatan usia, lama menderita DM, kadar gula darah tidak terkontrol, hiperkolesterol, hipertensi
dan kelebihan berat badan. Neuropati diabetik yang tidak segera dikelola maka akan dapat
menyebabkan terjadinya ulkus diabetik. Kurang lebih 15 pada orang dengan DM tipe 1 menderita ulkus diabetik dan 14-24 berisiko ulkus
diabetik. Ulkus diabetik terjadi akibat menurunnya vaskularisasi perifer dengan diawali terjadinya neuropati diabetik. Kejadian Neuropati diabetik
Universitas Sumatera Utara
dapat dinilai dengan adanya tanda penurunan nilai Ankle Brachial Index ABI, sensibilitas dan Capilary Refilling.
Menurut Lamone dan Burke 2008 Neuropati diabetik merupakan suatu kondisi kerusakan saraf akibat adanya gangguan metabolisme yaitu
peningkatan kadar gula darah. Neuropati diabetik timbul sebagai dampak dari adanya hiperglikemi yang menyebabkan penumpukan kadar glukosa
pada sel dan jaringan tertentu yang kemudian dirubah menjadi sorbitol yang merupakan penyebab kerusakan dan perubahan fungsi sel atau jaringan
dimana sorbitol tersebut terakumulasi. Menurut Soegondo, et al, 2004, Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat
otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi
keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki sangat dianjurkan untuk penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati
di kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan tubuh penderita. Sedangkan berdasarkan hasil 3rd National Diabetes Educators Training
Camp 2005, senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah di kaki. Bisa mengurangi keluhan dari neuropati sensorik seperti: rasa pegal,
kesemutan, gringgingen di kaki Guyton Hall, 2006.
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian
a Identitas Klien
a. Nama
: Ny.M
b. Usia
: 74 tahun
c.
Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat
: Pasar Silengge, Kecamatan Pangururan
e. Status
: Sudah menikah
f. Agama
: Kristen
g. Pendidikan
: SD
h. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
i.
Tanggal Masuk : 11 Juni 2012
j.
Tanggal Pengkajian : 12 Juni 2012
k.
Sumber informasi: Klien sendiri, anak klien.
l. Diagnosa medis : DM Type 2 + CKD stadium V ec DN, HN +
Pneumonia + Ascites non sirotik + Efusi pleura + Hipoalbumin
b Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama : Klien mengeluh bengkak di seluruh tubuh,
dialami oleh klien sejak 4 bulan yang lalu. Bengkak awalnya pada wajah kemudian seluruh tubuh. Mual +, Muntah -
selama satu minggu ini, penurunan nafsu makan, nyeri ulu hati -. Sesak nafas sejak 1 minggu terkhir, sesak tidak berhubungan
Universitas Sumatera Utara