Pembelajaran IPA di SD

16 e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memlihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan. f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkkan pendidikan ke SMP. Samatowa 2011 : 5 IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan. Pembelajaran IPA yang ideal tidak hanya penentuan dan penguasaan materi, tetapi aspek dari IPA yang perlu diajarkan serta cara supaya peserta didik dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan terampil untuk mengaplikasikan secara logis konsep tersebut pada situasi lain yang relevan dengan pengalaman kesehariannya. Oleh karena itu anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan perlu dimodifikasikan sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah anak dapat menyadari keterbatasan pengetahuan, memiliki rasa ingin tahu menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Sejatinya, melalui pembelajaran 17 dan pengembangan potensi diri pada pembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan- perubahan di lingkungan sekitar dirinya. Guru sebagai fasilitator harus mampu menyajikan pengetahuan yang mendukung kebutuhan siswa. Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada peserta didik serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting, struktur kognitif anak-anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan. Pembelajaran IPA yang ideal tidak hanya penentuan dan penguasaan materi, tetapi aspek dari IPA yang perlu diajarkan serta cara supaya peserta didik dapat memahami konsep yang dipelajari dengan baik dan terampil. Oleh karena itu anak-anak perlu diberikan media pembelajaran untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan perlu dimodifikasikan sesuai dengan perkembangan kognitifnya. Tujuan IPA secara umum membantu agar peserta didik memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 18

3. Teori Perkembangan Anak

Piaget dalam Janice, 2013: 269 perkembangan kognitif anak dapat dibagi menjadi empat tahap, yang dijelaskan sebagai berikut: a. Tahap Sensorik-Motorik usia 0-2 tahun, anak belajar mengingat ciri fisik sebuah objek dan berpikir dalam pola visual skemata b. Tahap Praoperasional usia 2-7 tahun, anak menguasai pemikiran simbolis yang berupa gambar dan kata-kata untuk mewakilkan tindakan dan kejadian yang tidak ada. c. Tahap Operasional Konkret usia 7-11 tahun, dalam tahap ini anak telah mampu mengembangkan kemampuan berpikir sistematis ketika mereka melihat objek-objek dan melakukan kegiatan nyata. d. Tahap Operasional Formal usia lebih dari 11 tahun, pada tahap keempat ini anak telah beranjak menuju dewasa. Anak sudah mulai berpikir abstrak tanpa membutuhkan benda konkret. Piaget dalam Carolyn, 2013: 164 mendeskripsikan pada usia 7-11 tahun, operasi mental sebagai kemampuan untuk mengimajinasikan secara konkret, konsekuensi yang akan terjadi. Operasi mental dalam tahapan ini disebut konkret karena didasarkan pada orang-orang, tempat dan benda-benda aktual yang ada di lingkungan sekitar anak. Mengingat umumnya anak-anak mulai masuk sekolah dasar pada usia 6- 7 tahun dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka usia anak sekolah dasar bervariasi antara 7-11 tahun dengan demikian tahap kognitif anak meliputi tahap akhir praoperasional sampai awal operasional formal. Pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 usia 7 –11 tahun anak berada pada masa operasional konkret dimana anak akan berfikir logis terhadap objek yang konkret.

4. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Salma 2013: 18 menyatakan media berasal dari kata medium yang berarti perantara. Oleh karena itu secara harfiah media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan. Heinich dan Molenda dalam Salma, 2013:18 mengemukakan bahwa secara umum media diartikan sebagai “alat komunikasi yang membawa pesan dari sumber ke penerima.” Pengertian ini lebih mengarah pada pengertian media yang lebih khusus. Pengertian ini juga membatasi bahwa apa yang disebut media adalah alat yang bermuatan pesan, yang memungkinkan orang atau peserta didik dapat berinteraksi dengan pesan tersebut secara langsung. Media yang dimaksud adalah media dirancang khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, seperti : modul pembelajaran, program kaset audio, program televisivideo pembelajaran, program komputer TIK berbasis offline dan online. Media pembelajaran tidak hanya berkutat pada objek yang mempunyai dimensi, akan tetapi sebuah program atau kegiatan bisa menjadi sebuah media pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pendapat Gerlach dalam Sanjaya, 2010: 204 yang menyatakan bahwa “secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang membuat kondisi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, ketertampilan, atau sikap.” Arsyad 2007: 7 mengemukakan bahwa “media pendidikan memiliki pengertian sebagai alat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI