Konsep Warna Ornamen ANALISA DAN KONSEP DESAIN

69 berbeda. Dalam bentuk visual ini masih di kurasi disaring oleh curator- kurator fotografer maupun dari pihak terkait. Alasan untuk dikurasi merupakan daya untuk mengangkat dari kualitas buku ini. 2. Penulisan Teks yang singkat, padat, namun tetap jelas dan serta gaya bahasa naratif informatife dengan maksud memudahkan audiens untuk dapat menangkap makna dari teks dan visual. Untuk menarik daya tarik pembeli maka awal yang di lihat adalah cover depan, maka cover sangat penting. Cover depan di sertai foto tengkorak yang ada di Londa, foto ini memberikan kesan yang sedikit seram tetapi kuat akan sosok Toraja. Hal ini di lakukan untuk menarik daya tarik audience pambeli karena keunikan dan ciri khas Toraja serta menjadi mark-ing nudah di ingat yang dimana tempat persemayaman yang sangat berbeda ketimbang di tempat yang lain. Ditoraja menjumpai tengkorak merupakan hal biasa tetapi untuk masyarakat lain inimerupakan hal yang berbeda, maka alas an memakai foto tengkorak ini merupakan hal yang wajar dan bisa menjadikan mark- ing nudah di ingat point dari buku ini. Font judul judul buku untuk cover depan menggunakan jenis font tegas dan mudah di baca, dengan ukuran minimal 35, agar jelas di baca dengan jarak pandang 3m. Untuk cover menampilkan profil dari penulis buku “Etnofotografi of to Riaja” di sertai foto berukuran kecil dan disertai teks cerita perjalanan dari penulis. Setiap halaman selalu di sertai visual khususnya foto dominan dari pada taks, ini di dukung dari penerbit serta wawancara dengan Fotografer Edi Purnomo. Buku fotografi ini hendanya memberikan unsur pendidikan moral, pengetahuan tentang isi buku tersebut dan tentang tekhnik dari fotografi wawancara fotografer , Edy Purnomo. Tujan dari buku ini memenuhi target penjualan serta eksistensi fotografer.

4.8 Konsep Warna

Penggunaan warna dalam buku ini menggunankan mayoritas warna hitam, putih, merah dan kuning serta warna turunannya. Warna putih untuk font merupakan warna solid. Serta warna hitam sebagai dasar da bagian besar tulisan 70 sebagai warna netral untuk menonjolkan tulisan dan foto. Warna merah kuning merupakan warna corporate idetity dari budaya Toraja. Warna tradisional terdiri dari kuning hitam merah merupakan dominan dari daerah. • Unsur warna kuning digunakan untuk menggambarkan kesan identitas dari Toraja. Asosiasi pada sinar matahari, bahkan pada matahari itu sendiri. Memiliki karakter terang, gembira, ramah, supel, riang, cerah. Kuning simbol dari kecerahan, kehidupan, kemenangan, kegembiraan, kemeriahan. • Merah sebagai api melambangkan keberanian, kekuatan, kemarahan. Jika merah sebagai darah berarti peperangan, kekejaman, sadisme. Karena merah merupakan warna dari sadisme merupakan hasil dari korban yang di sertai penyembelihan hewa korban. Serta sangat kuat warna Hitam, putih merah kuning sangat cocok di gunakan dalam buku ini disamping warna ini mempunyai makna tersendiri untuk budaya Toraja. Merah Kuning Hitam Gambar 4.4 : sumber pribadin data pribadi 141212 Warna dari daerah ini mempunyai chiri khas tertentu, yaitu warna kuning merah dan hitam. Dari gaya warna ini di dominasi dari warna-warna pilihan bertujuan untuk menyeragamkan gaya visual. 71

4.9 Ornamen

J.S. SANDE 1988 Dalam bukunya menyatakan bahwa ukiran Toraja mengandung arti dan nilai-nilai kehidupan yang berhubungan erat dengan falsafah hidup orang Toraja. Ukiran Toraja umumnya berupa nasehat-nasehat agar menjalani hidup ini dengan baik dan benar, selalu bekerja keras, saling menghargai serta senantiasa membina persatuan dan kekeluargaan serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Arti dan makna ukiran Toraja Pa’Barre Allo sang pencipta Gambar 4.5 : ukiran Pa’Barre Allo sang pencipta http:alexnova-alex.blogspot.com201111 Berasal dari Bahasa Toraja, yaitu Barre: Bulatan atau Bundaran dan Allo: Matahari. Pa’Barre Allo berarti ukiran yang menyerupai matahari yang bersinar terang, memberi kehidupan kepada seluruh mahluk penghuni alam semesta. Ukiran ini diletakkan pada bagian rumah adat yang berbentuk segitiga dan mencuat condong keatas yang dalam bahasa Toraja disebut Para Longa, dan di letakkan di bagian belakang dan depan Rumah adat. Ukiran ini biasa diletakkan diatas ukiran Pa’Manuk Londong Gambar 4.6 sumber pribadi data pribadi 141212 72 Selain sebagai rumah adat, Suku Toraja mengenal 3 jenis Tongkonan menurut peran adatnya, walau bentuknya sama persis, yaitu: Tongkonan Layuk : sebagai pusat kekuasaan adat, tempat membuat peraturan. Tongkonan PekaindoranPekanberan : tempat untuk melaksanakan peraturan dan perintah adat. Tongkonan Batu A’riri : tempat pembinaan keluarga serumpun dengan pendiri Tongkonan. No Nama Ukiran Makna Ukiran 1. 2. 3. PA KAPU BAKA PA DAUN PARIA PA ULU KARUA Kapu Baka = Pengikat bakul tampat menyimpan harta kekayaan rumah. Makna dari ukiran ini adalah: Melambangkan kekayaan dan kebangsawanan, simpul rahasia melambangkan pemilik rumah memiliki pola kepemimpinan dan sukar ditiru oleh orang lain, selain itu juga pandai dalam memelihara rahasia keluarga. Paria = sayur paria atau Pare Makna dari ukiran ini adalah: kadang sesuatu yang pahit itu adalah obat yang dapat menyembuhkan. seperti teguran atau nasehat yang harus diterima walau menyakitkan namun akan membawa kebaikan. Pa ulu karua juga berarti bahwa orang yang mempunyai kemampuan untuk berbaur dengan orang lain. Makna dari ukiran ini adalah: diharapkan dalam keluarga muncul orang anggota keluarga yang memiliki ilmu yang tinggi untuk kepentingan keluarga, masyarakat. Doti = Baik = Cantik Langi = Langit 73 Gambar 4.7 Tabel Ukiran 4. 5. 6. PA DOTI LANGI PA BOMBO UAI PA’BUKANG TASIK Makna dari ukiran ini adalah: Kepintaran prestasi yang tinggi, kearifan dan ketenangan, juga mempunyai cita-cita yang tinggi pemikiran yang jauh cemerlang kedepan, bisa juga berarti wanita bangsawan, mempunyai kasta tinggi. Makna dari ukiran ini adalah: Pintar-pintarlah menitih kehidupan ini dalam hal ini adalah lincah, cekatan, cepat, dan tepat. selain itu ukiran ini juga berarti manusia harus mempunyai keterampilan dan kemampuan yang cukup dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab Pa’bungkang tasik menyerupai kepiting. Makna dari ukiran ini adalah: Ukangkapan harapan kepada anak cucu, agar anak cucu dari gunung mendapatkan rejki dari laut . 74

4.10 Grid