Wahyuningsih 2007 menunjukkan bahwa individu yang bersikap realistis dengan menerima status janda atau dudanya dapat menyesuaikan diri lebih baik.
Hal ini senada dengan pernyataan seorang lansia wanita yang menerima status jandanya dan menjadikan kunjungan ke tempat anak-anaknya sebagai cara untuk
menyesuaikan dirinya. “pengaruh perceraian gak ada. Dia gak suka sama kita apa boleh buat...
Sekarang biasa aja. Nanti nenek melancong-melancong ke tempat anak di sana, di sini. Gak ada nenek pikir-pikir perceraian”
wawancara personal, 31 Mei 2013 Berdasarkan fenomena yang telah dijabarkan di atas, dapat dilihat bahwa
perceraian juga dapat terjadi di masa lansia. Perceraian juga memberikan dampak dalam kehidupan lansia seperti misalnya kesepian. Untuk itulah dibutuhkan
penyesuaian diri agar tercipta keselarasan dalam diri walaupun tanpa kehadiran pasangan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana
penyesuaian diri lansia setelah mengalami perceraian.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ingin meneliti bagaimana penyesuaian diri pada lansia setelah bercerai berdasarkan
indikator-indikator penyesuaian diri yang normal menurut Schneiders 1964.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penyesuaian diri lansia setelah bercerai.
Universitas Sumatera Utara
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi dalam ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan lanjut usia. Selain itu penelitian ini
juga dapat memberikan manfaat bagi peneliti lainnya. Selama ini penelitian mengenai lansia hanya menyoroti permasalahan psikologis lansia yang kehilangan
pasangan karena kematian. Semoga penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain yang ingin mengetahui kasus perceraian di masa lanjut usia.
2. Manfaat Praktis
Selain ditujukan untuk menambah informasi, penelitian ini juga dapat memberikan manfaat lainnya seperti:
a. Memberikan informasi mengenai indikator-indikator penyesuaian diri setelah
bercerai; b.
Menjadi sumber acuan bagi lansia yang bercerai untuk dapat menyesuaikan dirinya setelah bercerai dengan mengacu pada faktor-faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri dan indikator penyesuaian diri yang normal; c.
Membantu lingkungan di sekitar lansia untuk memahami kondisi psikologis yang dialami lansia yang telah bercerai sehingga dapat membantu lansia
untuk menyesuaikan diri.
Universitas Sumatera Utara
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I : Bab ini berisi latar belakang mengenai kasus perceraian di Indonesia,
khususnya pada lansia serta dampak dan penyesuaian setelah terjadinya perceraian. Selanjutnya dipaparkan juga tujuan, manfaat,
dan sistematika penulisan dari penelitian ini. Bab II
: Bab II berisi landasan teori yang digunakan untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai penyesuaian diri, lansia, dan perceraian pada
lansia. Bab III
: Bab III berisi metodologi penelitian seperti apa yang akan dilakukan selama penelitian berlangsung.
Bab IV : Bab IV berisi analisa dari data yang telah dikumpulkan dan
pembahasan berdasarkan teori digunakan. Bab V
: Bab V berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran, baik saran yang ditujukan untuk peneliti selanjutnya
maupun saran praktis untuk dalam kehidupan sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB II LANDASAN TEORI
A. PENYESUAIAN DIRI 1. Definisi Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri sebagaimana dimaksudkan oleh Schneiders 1964 ialah: “a process involving both mental and behavioral responses by which an
individual strive to cope successfully with inner needs, tensions, frustrations, and conflicts, and to effect a degree of harmony between these
inner demands and those imposed on him by the objective world in which he lives.”
Sesuai dengan definisi di atas, maka pengertian penyesuaian diri menurut Schneiders adalah sebuah proses yang meliputi respon mental dan perilaku pada
individu untuk menghadapi kebutuhan internal, ketegangan, frustrasi, serta konflik-konflik. Penyesuaian diri nantinya berdampak pada keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri individu dan lingkungan di sekitarnya Schneiders, 1964. Selaras dengan pernyataan Schneiders, penyesuaian diri menurut
Calhoun dan Acocella 1990 adalah sebuah interaksi yang kontinyu antara diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Penyesuaian diri merupakan sebuah proses
timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan lingkungannya. Schneiders 1964 membagi penyesuaian diri ke dalam tiga sudut
pandang. Sudut pandang pertama adalah penyesuaian diri sebagai bentuk adaptasi adaptation yang lebih menyoroti penyesuaian diri dalam hal fisik, fisiologis, dan
biologis. Sudut pandang yang kedua adalah penyesuaian diri sebagai bentuk
Universitas Sumatera Utara