Kadar Pati KARAKTERISASI TEPUNG TALAS BERBAGAI UMUR PANEN

27 rasa gatal dengan cara melepaskan diri dari sel idioblas melalui selubung sel yang robek. Kemudian kristal ini menginjeksikan dirinya ke dalam jaringan mulut maupun kulit, dan bersamaan dengan robeknya selubung, senyawa yang bersifat toksik dikeluarkan dari dari sel idioblas. Senyawa yang bersifat toksik ini belum diketahui secara pasti komponennya.

4. Kadar Pati

Kadar pati pada tepung talas Banten dengan hasil terbesar ditemukan pada umur panen 8 bulan yaitu sebesar 96.36. Sedangkan kadar pati terendah ditemukan pada talas Banten umur panen 10 bulan yaitu sebesar 91.09. Berdasarkan sidik ragam didapatkan P value α 0.05 Lampiran 6 sehingga hipotesis H ditolak dan hipotesis H 1 diterima yaitu paling sedikit ada satu umur panen yang mempengaruhi kadar pati pada talas Banten. Pada umur panen 8 bulan, diduga terjadi pembentukan pati pada talas saat berfotosintesis mempunyai kandungan nutrisi yang baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Leger 1980 yang menyatakan bahwa waktuumur panen tertentu merupakan titik optimal dimana kandungan nutrisi terutama kandungan pati yang cukup tinggi dan sudah tidak terjadi penambahan yang berarti, pada umumnya umbi yang dipanen pada umur panen yang lebih tua akan memiliki kandungan pati yang lebih tinggi. Namun demikian peningkatan kandungan pati umbi yang ditanam juga dipengaruhi oleh kondisi tanamna, terutama bagian daun yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis, dimana semakin tua umur tanaman, daunnya akan menguning sehingga sudah tidak efektif lagi dalam kaitannya untuk peningkatan kandungan pati. Hubungan antara kadar pati talas Banten dengan umur panen disajikan pada Gambar 20. Gambar 20. Hubungan antara kadar pati talas Banten dengan umur panen keterangan: Perbedaan hurufangka menyatakan nilai yang berbeda nyata Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7 menunjukkan bahwa talas Banten mempunyai perbedaan yang nyata untuk setiap umur panen. Berdasarkan hasil tersebut kandungan pati tertinggi ditemukan pada umur panen 8 bulan yaitu 96.36. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang mendapatkan kadar pati umbi talas sebesar 24.5 Bradbury dan Holloway, 1988, kadar pati umbi talas yang diuji pada penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh umur talas serta macam kultivar yang digunakan dan lingkungan pembudidayaannya. Karena talas yang diujikan oleh Bradbury dan Holloway 1988 adalah talas yang diambil dari negara Fiji. 94.63 b 96.36 a 91.09 d 93.49 c 90 91 92 93 94 95 96 97 6 bulan 8 bulan 10 bulan 12 bulan k a d a r p a ti umur panen 28 Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan talas Banten sebagai sampel ujinya. Selain itu, bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa tepung sedangkan bahan yang dipakai oleh Bradbury dan Holloway 1988 berupa umbi segar. Penentuan kadar pati pun pernah dilakukan oleh Hartati dan Prana 2003, mereka melakukan identifikasi terhadap kandungan pati yang dimiliki oleh 20 kultivar talas. Berdasarkan hasil analisis, kandungan pati yang dimiliki oleh 20 kultivar talas tersebut berkisar antara 68.24 – 72.61. Hasil ini menunjukkan perbedaan kadar pati yang didapat pada penelitian yaitu kisaran kandungan pati yalas Banten sebesar 91.09 – 96.36. Perbedaan ini didasari perbedaan genus tanaman talas karena talas yang diamati oleh Hartati dan Prana 2003 merupakan talas genus Colocasia. Fotosintesis yang terjadi pada talas Banten tertinggi pada talas umur panen 8 bulan karena terjadi peningkatan kadar pati yang sangat tinggi. Jumlah kandungan pati yang tinggi dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan tapi di daun yang amat penting adalah tingkat dan lama cahaya seperti yang diungkapkan oleh Salisbury dan Ross 1995. Hal ini dapat diduga karena kondisi lingkungan yang kurang optimal pada saat penanaman. Pati yang sering dijumpai terdiri dari dua jenis yaitu amilosa dan amilopektin yang keduanya terdiri dari D–glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α–1,4. Ikatan α–1,4 menyebabkan rantai pati menggulung menjadi kumparan. Amilopektin terdiri dari molekul yang bercabang-cabang; cabang itu terdapat diantara C–6 dari glukosa pada rantai utama dan C–1 dari glukosa pertama pada rantai cabang ikatan α–1,6 Salisbury dan Ross, 1995. Gambar 21. Hubungan antara kadar pati dengan bagian batang talas keterangan: Perbedaan hurufangka menyatakan nilai yang berbeda nyata Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa P value α 0.05 Lampiran 6 sehingga hipotesis H ditolak dan hipotesis H 1 diterima yaitu minimal ada satu bagian batang yang berpengaruh terhadap kadar pati. Berdasarkan uji lanjut Duncan Lampiran 7, bagian ujung batang berbeda nyata dengan bagian tengah dan pangkal batang. Bagian ujung batang mempunyai kandungan pati paling tinggi yaitu 94.98. hal ini diduga bagian ujung merupakan bagian yang paling dekat dengan daun tempat fotosintesis berlangsung. Interaksi antara umur panen dan bagian batang mempengaruhi kadar pati yang ada pada talas. Hal ini didasari oleh hasil sidik ragam yang menyatakan bahwa P value α 0.05 Lampiran 6 sehingga H ditolak dan H 1 diterima yaitu paling sedikit ada sepasang interakasi antara umur dan bagian batang yang mempengaruhi kadar pati. Perbedaan yang nyata untuk 94.98 a 93.54 b 93.16 b 92.5 93.0 93.5 94.0 94.5 95.0 95.5 ujung tengah pangkal k a d a r p a ti bagian batang 29 interakasi antara umur dan bagian batang terdapat pada Lampiran 7. Sedangkan untuk blok tidak berpengaruh terhadap kadar pati karena P value α 0.05 Lampiran 6.

C. REDUKSI OKSALAT TALAS

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perbandingan Tepung Talas dengan Tepung Tempe dan Konsentrasi Baking Soda Terhadap Mutu Kerupuk Talas

0 52 88

Mempelajarri Pengaruh lama Perendaman dan Pemasakan terhadap Kandungan Asam Oksalat dan Kalsium Oksalat Pada Umbi Talas (Colocasia esculenta (L) Schott)

0 5 84

Pemanfaatan Tepung Talas Belitung (Xanthosoma sagittifolium) dalam Pembuatan Cookies

2 29 135

Pengaruh Penambahan Larutan Asam dan Garam Sebagai Upaya Reduksi Oksalat pada Tepung Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott)

6 21 154

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TALAS KIMPUL (Xanthosoma Pengaruh Penambahan Tepung Talas Kimpul (Xanthosoma Sagittifolium) Pada Pembuatan Bolu Kukus Terhadap Tingkat Pengembangan Dan Daya Terima.

0 7 16

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TALAS KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium) PADA PEMBUATAN BOLU Pengaruh Penambahan Tepung Talas Kimpul (Xanthosoma Sagittifolium) Pada Pembuatan Bolu Kukus Terhadap Tingkat Pengembangan Dan Daya Terima.

0 2 17

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma Sagittifolium) TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN Pengaruh Subtitusi Tepung Talas Belitung Terhadap Tingkat Pengembangan Dan Daya Terima Donat Talas.

0 1 18

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG TALAS BELITUNG (Xanthosoma Sagittifolium) TERHADAP TINGKAT PENGEMBANGAN Pengaruh Subtitusi Tepung Talas Belitung Terhadap Tingkat Pengembangan Dan Daya Terima Donat Talas.

0 5 13

PENURUNAN KANDUNGAN SENYAWA OKSALAT PADA PEMBUATAN TEPUNG KELADI (Xanthosoma sagittifolium)DENGAN METODE PERENDAMAN.

1 8 21

PENGARUH PEMBUATAN TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN B1

0 0 9