Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Umur yaitu identitas usia konsumen yang dibagi ke dalam lima kelas umur, yaitu: usia 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, usia diatas 55 tahun. 2. Jenis Kelamin yaitu identitas biologis konsumen yang terbagi atas dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terakhir ditempuh oleh konsumen yang dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: pendidikan rendah SD, pendidikan menengah SMP dan SMA, dan pendidikan tinggi Diploma, Sarjana, dan Pasca Sarjana. 4. Tingkat Pendapatan adalah jumlah uang dalam rupiah yang dihasilkan oleh konsumen dalam waktu sebulan yang dikategorikan sebagai berikut: penghasilan kurang dari Rp 500.000, penghasilan antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000, penghasilan antara Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000, penghasilan antara Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000, penghasilan antara Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000, dan penghasilan diatas Rp 5.000.000 5. Pekerjaan adalah mata pencarian yang dimiliki oleh konsumen. Dikategorikan sebagai berikut: a. Pekerja Negeri Sipil PNS b. Karyawan c. Wirausaha d. Mahasiswa e. Ibu rumah tangga f. Lain-lain Dari keenam jenis pekerjaan yang dicantumkan, dapat dikategorikan kedalam dua bagian, yaitu pekerjaan yang terikat dengan institusi tertentu PNS, Karyawan dan pekerjaan yang tidak terkait dengan institusi tertentu Wirausaha, Mahasiswa, Ibu rumah tangga dan lain-lain. 6. Perilaku adalah tindakan langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul ketika memilih mebel yang akan dibeli. Nilai dari kode perilaku konsumen yang tinggi, menunjukkan konsumen memilih berdasarkan kualitas dari mebel tersebut. Sedangkan perilaku yang bernilai kode yang rendah, menunjukkan konsumen memilih mebel berdasarkan kebutuhan yang diperlukan. 7. Sikap adalah cara menempatkan, membawa diri atau cara merasakan, dan jalan pikiran konsumen dalam menyikapi penetapan kebijakan ACFTA di Indonesia. Semaikin tinggi nilai dari kode sikap yang ditunjukkan oleh konsumen, hal ini berarti konsumen semakin mendukung penerapan kebijakan ACFTA di Indonesia. Sedangkan semakin rendah nilai dari kode sikap menunjukkan konsumen menolak penerapan kebijakan ACFTA di Indonesia. 8. Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mengarahkan tujuan konsumen dalam tindakan-tindakannya dalam memilih mebel. Nilai dari kode motivasi konsumen yang tinggi, menunjukkan konsumen memilih berdasarkan tampilan produk mebel tersebut. Sedangkan motivasi yang bernilai kode rendah, menunjukkan konsumen memilih mebel berdasarkan daya beli konsumen. 9. Preferensi adalah suatu proses pilihan suka atau tidak suka oleh konsumen terhadap suatu produk dalam hal ini perbandingan antara mebel buatan lokal dan mebel buatan China. Nilai preferensi konsumen dengan kode yang tinggi, menunjukkan konsumen lebih menyukai produk mebel lokal dari pada China. Sedangkan preferensi yang bernilai kode rendah, menunjukkan konsumen lebih menyukai mebel China dari pada lokal. Untuk mempermudah mendeskripsikan hasil, pengujian ini dilakukan dengan coding dari setiap variabel karakteristik dan pola pembelian. Keterangan coding ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Coding antara variabel karakteristik dengan pola pembelian Variabel Nilai 1 2 3 4 5 6 Umur 15-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun = 55 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pendapatan Rp 500.000 Rp 500.000- Rp 1.000.000 Rp 1.00.000- Rp 2.000.000 Rp 2.000.000- Rp 3.000.000 Rp 3.000.000- Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Pekerjaan PNS Pekerja Swasta Wira- usaha Mahasiswa Pelajar Ibu Rumah Tangga Lain-lain Perilaku Tidak Pernah Sekali Jarang Sering Selalu Sikap Tidak Setuju Kurang Setuju Ragu- ragu Setuju Sangat Setuju Preferensi Kurang Disukai Sama Lebih Disukai

5.2 Karakteristik Responden Konsumen Mebel Kota Bogor