lawan komunikasi kita pun memberikan respons yang baik dengan juga turut membuka dirinya
II.5 Pembentukan Perilaku
Menurut Rakhmat 2004:33, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia, Id, Ego, Superego. Id adalah bagian
kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia pusat insting hawa nafsu. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan pleasure principle,
ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasioanl dan realistic. Ego lah yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat
hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional pada pribadi yang normal. Superego singkat dalam psikoanalisis prilaku manusia merupakan interaksi
antara komponen biologis Id, komponen psikologis Ego, dan komponen social Superego, atau unsur animal, rasional, dan moral hewani, akal dan
nilai. Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Personal
Rakhmat 2004:38 menekankan pentingnya faktor-faktor dalam menentukan interaksi sosial dan masyarakat. Prespektif yang berpusat pada
personal mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa sikap, insting, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku
Universitas Sumatera Utara
manusia. Secara garis besar ada dua faktor yakni faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.
• Faktor Biologis
Faktor biologis dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosipsikologis. Bahwa warisan biologis manusia
menetukan prilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua
orang tuannya. Perilaku sosial di bimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram
secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini disebut sebagai “epigenetic rules’, mengatur prilaku manusia sejak kecenderungan
menghindari incest, kemampuan memahami ekspersi wajah, sampai kepada persaingan politik.
Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi.
Dahulu orang menyebutnya “insting”, sekarang dinamakan species- characteristic behavior.
Diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis.
• Faktor Sosiopsikologis
Karena manusia mahkluk sosial, dari proses sosial ia meperoleh beberapa karakteristik yang memperoleh prilakunya. Kita dapat
mengklasifikasikan ke dalam tiga komponen, yaitu komponen afektif merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis. Komponen afektif
Universitas Sumatera Utara
adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif adalah aspek intelektual, yaitu berkaitan
dengan apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif adalah aspek volosional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
Komponen afektif terdiri dari motif sosiogenis, sikap, dan emosi. Komponen kognitif terdiri dari kepercayaan. Sedangkan komponen konatif
terdiri dari kebiasaan dan kemauan.
Motif sosiogenis
Motif sosiogenis, sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer motif biologis. Peranannya dalam membentuk prilaku
sosial bahkan sangat menentukan. Berbagai klasfikasi motif sosiogenis disajikan di bawah
Thomas dan Florian Znaniecki: 1.
Keinginan memperoleh pengalaman baru ; 2.
Keinginan untuk mendapat respons ; 3.
Keinginan akan pengakuan ; 4.
Keinginan akan rasa aman. David Mc Clellland:
1. Kebutuhan berprestasi;
2. Kebutuhan akan kasih sayang;
3. Kebutuhan berkuasa.
Abraham Maslow; 1.
Kebutuhan akan rasa aman;
Universitas Sumatera Utara
2. Kebutuhan akan ketertarikan rasa cinta;
3. Kebutuhan akan penghargaan;
4. Kebutuhan akan pemenuhan diri.
Melvin H,Marx: 1.
Kebutuhan organbimis -
Motif ingin tahu; -
Motif kompetensi; -
Motif prestasi. 2.
Motif-motif sosial: -
Motif kasih sayang; -
Motif kekuasaan; -
Motif kebebasan. Secara singkat, motif-motif sosiogenis diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut: 1
Motif ingin tahu: mengerti, manata, dan menduga. Setiap orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka
rujukan frame of reference untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesuai.
2 Motif kompetensi. Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu
mengatasi persoalan kehidupan apapun. Perasaan mampu amat bergantung pada perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Motif kompetensi erat
hubungannya dengan kebutuhan rasa aman.
Universitas Sumatera Utara
3 Motif cinta. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih
sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik: orang akan menjadi agresi, kesepian, frustasi, bunuh diri.
4 Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas. Hilangnya identitas
diri akan menimbulkan perilaku yang patalogis penyakit: implusif, gelisah, mudah terpengaruh, dan sebagainya.
5 Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan. Dalam menghadapi
gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya.
Termasuk kedalam motif ini adalah motif-motif keagamaan. 6
Kebutuhan akan pemenuhan diri. Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan melalui berbagai bentuk: 1 mengembangkan dan menggunakan potensi-
potensi kita dengan cara yang kreatif; 2 memperkaya kualitas kehidupan denagn memperluas rentangan dan kualitas pengalaman serta pemuasan; 3
membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di sekitar kita; 4 berusaha “manusia” , menjadi persona yang kita dambakan.
Sikap
Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan yang paling banyak didefinisikan. Sikap adalah kecenderungan bertindak,
berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Dari berbagai definisi kita dapat menyimpulkan bebarapa hal. Pertama,
sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa
Universitas Sumatera Utara
benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok. Sikap haruslah diikuti oleh kata”terhadap”, atau “pada” objek sikap.
Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah harus pro atau
kontra terhadap sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus
dihindari. Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Berbagai studi menunjukan bahwa sikap politik kelompok cenderung dipertahankan dan jarang
mengalami perubahan. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Kelima, sikap
timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.
Emosi
Emosi menunjukan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala- gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisologis. Emosi tidak selalu
jelek. Paling tidak ada empat fungsi emosi. Pertama, emosi adalah pembangkit energi energizer. Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati.
Kedua, emosi adalah pembawa informasi messenger. Bagaimana keadaan diri kita dapat kita ketahui dari emosi kita. Ketiga, emosi buka n saja
pembawa pesan dalam komunikasi interpersona. Keempat, emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita.
Emosi berbeda-beda dalam intensitas dan lamanya. Ada emosi yang ringan, berat dan disentegratif. Emosi ringan meningkatkan perhatian kita kepada
situasi yang dihadapi, disertai dengan perasaan tegang sedikit. Emosi kuat
Universitas Sumatera Utara
disertai rangsangan fisiologis yang kuat. Emosi yang disentegratif tentu saja terjadi dalam intensitas emosi memuncak.
Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjam-jam
atau beberapa hari. Mood mempengaruhi persepsi kita atau penafsiran kita pada stimuli yang merangsang alat indera kita.
Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan disini adalah keyakinan bahwa sesuatu itu’benar’. Jadi,
kepercayaan dapat bersifat rasional atau irrasional.
Kebiasaan Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebgai reaksi khas
yang diulangi seseorang berkali-kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam menanggapi stimulus tertentu. Kebiasan inilah yang
memberikan pola perilaku yang dapat diramalkan.
Kemauan Kemauan erat berkaitan dengan tindakan, bahwa ada yang mendefinisikan
kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Richad Dewey dan W.J. Humber Rakhmat :2004,89,
kemauan merupakan: 1 hasil keinginan untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk mengorbankan nilai-nilai
yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan; 2 berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan tentang, cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan; 3 dipengaruhi oleh kecerdasan dan energy yang diperlukan untuk mencapai
tujuan; plus 4 pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan.
• Faktor Situasional
Respon otak sangat dipengaruhi oleh “setting” atau suasana yang melingkupi organism Rakhmat :2004,93. Kesimpulan itu membawa kita
kepada pengaruh situasional terhadap prilaku manusia. Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional sebagai berikut:
I. Aspek-aspek objektif sebagai berikut:
a. Faktor ekologis
1. Faktor geografis
2. Faktor iklim dan meteorologist
b. Faktor disain dan arsitektural
c. Faktor temporal
d. Analisis suasana prilaku
e. Faktor teknologis
f. Faktor sosial
1. Struktur organisasi
2. Sistem peranan
3. Struktur kelompok
4. Karakteristik populasi
Universitas Sumatera Utara
II. Lingkungan psikososial seperti persepsi oleh kita
a. Iklim organisasi dan kelompok
b. Ethos dan iklim institusional dan kultural
III. Stimuli yang mendorong dan mmeperteguhkan perilaku
a. Orang lain
b. Situasi pendorong orang lain
• Faktor Ekologis
Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam akan mempengaruhi gaya hidup dan prilaku.
• Faktor Rancangan
Suatu rancangan arsitektural dapat mempengaruhi pola komunikasi diantara orang-orang yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu.
Pengaturan ruangan juga terbukti mempengaruhi pola-pola perilaku yang terjadi ditempat itu.
• Faktor Temporal
Suatu pesan komunikasi yang disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain bila disampaikan pada tengah malam. Jadi,
yang mempengaruhi manusia bukan saja di mana mereka berada tetapi juga bilamana mereka berada.
• Suasana Perilaku
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan dibaginya ke dalam beberapa satuan yang terpisah, yang disebut suasana perilaku. Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan
yang mengatur perilaku orang-orang didalamnya. •
Teknologi Lingkungan teknoligis yang meliputi sistem energi, sistem produksi, dan
sistem distribusi, membentuk serangkaian prilaku sosial yang sesuai dengannya. Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran
informasi yang mempengaruhi suasana kejiwaan setiap angggota masyarakat.
• Faktor-faktor Sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-faktor
sosial yang menata perilaku manusia. Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak muda.
• Lingkungan Psikososial
Lingkungan dalam persepsi kita lazim disebut iklim. Dalam organisasi, iklim psikososial menunjukan persepsi orang tentang kebebasan
individual, ketetapan pengawasan, kemungkinan kemajuan, dan tingkat keakaraban. Pola-pola kebudayaan yang dominan atau ethos, idiologi dan
nilai dalam persepsi anggota masyarakat, mempengaruhi seluruh prilaku sosial.
• Stimuli yang mendorong dan memperteguh prilaku
Universitas Sumatera Utara
Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu. Sebaliknya, situasi restriktif menghambat orang untuk
berperilaku sekehendak hatinya. Manusia dapat berperilaku negatif karena beberapa sebab, yaitu
pendidikan yang buruk, undang-undang yang tidak adil, pengangguran dan kekayaan,kondisi hidup yang sulit, seperti: kefakiran, peperangan,
merebeknya kezahliman, diasingkan atau merasa asing, perselisihan atau pertikaian social. Dan perbedaan agama, aliran, warna atau ras Badran,
2005 : 33-34
II.6 Narapidana