Dalam pengertian tersebut dapat disampaikan bahwa seseorang yang sedang dalam proses pengadilan dana belum jatuh hukumannya berdasarkan
keputusan hakim tidak dapat disebut napi atau orang terpidana. Narapidana disebut juga sampah masyarakat dan merupakan orang yang
tidak berguna. Sesungguhnya walaupun seseorang berstatus napi tidak boleh diperlakukan dengan kejam dan semana-mena, melainkan selama berada dalam
lembaga pemasyarakatan mereka seharusnya dibina dan didik sehingga dapat hidup selaras dengan masyarakat dan tidak melanggar hukum lagi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Deskriptif Lokasi Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Binjai
Lembaga pemasyarakatan Binjai yang letaknya di Jl. Gatot Subroto No. 72 Kotamadya Binjai, dengan jarak 22 km dari Medan, telah berdiri sejak tahun
1918 yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang diberi nama STRAF GEVENENGNIES TE BINJAI. Pada saat itu tujuan pendiriannya adalah sebagai
Universitas Sumatera Utara
tempat penahanan pemindahaan orang-orang yang terjerat hukuman, misalnya karena tidak melaksanakan kerja rodi di perkebunan - perkebunan Belanda, atau
lari dari kewajiban kerja diperkebunan itu. Keadaan bangunan penjara Binjai, juga disesuaikan dengan kebutuhannya
waktu itu, sehingga kamar-kamar napitahanan hanya khusus untuk satu orang saja. Walaupun ada juga 4 buah kamar besar berkapasitas lebih kurang 50 orang.
Kapasitas penjara Binjai secara keseluruhan pada waktu itu berjumlah 350 orang. Kemudian setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, STRAF
GEVENGNIES TE BINJAI berubah nama menjadi menjadi Penjara. Hal ini disesuaikan dengan jawaban yang membawahinya yaitu Jawatan Kepenjaraan.
Departemen Kehakiman. Adapun penjara Binjai waktu itu berada di bawah Inspektorat Wilayah Kepenjaraan Medan, yang membawahi Propinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera barat dan Riau. Pada tanggal 5 Juli 1963, Bapak Sudaharjo SH, yang merupakan Menteri
Kehakiman pada waktu itu menyampaikan pidato ilmiah pada saat menerima gelar Doktor Causa dari Universitas Indonesia. Intisari dari pidato ilmiah inilah
yang selanjutnya menjadi konsepsi pemasyarakatan di Indonesia. Proses lebih lanjut setelah itu, dan berdasarkan ketetapan pemerintah,
maka sejak tanggal 25 April 1964 kata-kata “ Penjara” berubah menjadi “ Lembaga Pemasyarakatan”, dan berada di bawah Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Departemen Kehakiman. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 45 tahun 1982.
Lembaga pemasyarakatan Binjai berada di bawah naungan Kanwil Departemen
Universitas Sumatera Utara
Kehakiman Sumatera Utara, dan setelah itu mendapat perbaikan-perbaikan seperlunya.
Secara teknik dan operasional kerja seluruh bagian di LP Klas II A Binjai mekanisme dapat dilihat pada bagan organisasi di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai
Sumber data : LP Kelas II A Binjai
KEPALA LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB BINJAI
SUB BAGIAN T
URUSAN KE
PE URU
SEKSI BIMB. NAPI ANAK DIDIK
SEKSI ADM KEA
K.P.L.
SUB. SEKSI REGIST
SUB. SEKSI PERAW
SUB. SEKSI KEGIAT
SUB. SEKSI A
D M
SUB. SEKSI K
SUB. SEKSI P
E PETUGA
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan bagan struktur, maka pengembangan demi setiap bagian berdasarkan garis komandan dan konsultatif, uraiannya dapat dilihat lebih lanjut
sebagai berikut :
Sub bagian Tata Usaha : 1.
Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan 2.
Urusan umum mempunyai tugas melakukan urusan surat-menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.
Seksi Bimbingan Napi Anak didik dan Kegiatan Kerja : 1.
Sub seksi registerasi dan kemasyarakatan mempunyai tugas melakukan pencatatan, membuat statsitik, dokumentasi, sidik jari serta memberikan
bimbingan dan penyuluhan rohani, memberikan latihan olahraga, peningkatan pengetahuan asimilasi, unit dan pengelepasan napi anak
didik. 2.
Sub seksi perwataan napi anak didik mempunyai tugas mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi napi anak didik.
3. Sub seksi kegiatan kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja,
mempersiapkan fasilitas sarana kerja dan mengelola hasil kerja Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib :
1. Sub. Seksi keamanan mempunyai tugas mengatur jadwal tugas, penggunan
perlengkapan dan pembaian tugas pengamanan. 2.
Sub. Seksi pelaporan tata tertib mempunyai tugas menerima laporan dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas dan mempersiapkan
laporan berkala di bidang keamanan dan menegakkan tata tertib.
Universitas Sumatera Utara
Kesatuaan pengamanan Lembaga Pemasyarakatan KPLP mempunyai fungsi: 1.
Melakukan penjagaan dan pengawasaan terhadap dan pengawasan terhadap napi anak didik.
2. Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban.
3. Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan pengeluaran napi
anak didik. 4.
Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan. 5.
Membuat laporan harian dan berita harian acara pelaksnaan pengamanan Sumber data : LP Kelas II A Binjai
Lokasi LP Kelas II A Binjai sangat mudah untuk ditemukan sebab letaknya persis di tepi jalan kabupaten. Arahnya dari pusat kota Binjai sebelah
barat menuju Langkat Hulu arah ke Bahorok yang terus menuju tempat penangkaran orang utan .
a. Permasalahan.
Setiap penelitian yang paling menonjol adalah ada masalah yang jelas akan dibahas . untuk penelitian ini malsalah yang dibahas secara khusus yaitu
menggunakan data dan fakta temuan dilapangan ada 6 masalah penting : 1.
Peranan apa yang dilakukan oleh petugas petugas LP, pembinaan rohani, pembina keterampilan dalam melakukan pembinaan atau normalisasi
narapidana di LP Kelas II A Binjai. 2.
Berapa besar korelasi antara efektivitas komunikasi antarpribadi dan pembinaan posotif di kalangan narapidana.
Universitas Sumatera Utara
III.2 Metode Penelitian
Berdasarkan sifat masalahnya terdapat banyak metode penelitian, yakni penelitian historis, diskriptif, penelitian kasus dan lapangan, penelitian korelasi
dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian korelasional.
Menurut Rahmat 2004:27 penelitian korelasional adalah metode penelitian yang dipakai untuk meneliti hubungan diantara variabel-variabel.
Perhatian yang akan dilacak dan dihitung makna korelasionalnya adalah Efektivitas Komunikasi Antarpribadi dan Pembentukan Perilaku Narapidana
dengan variabel-variabelnya. Selain metode korelasional, juga digunakan metode deskriptif menitikberatkan untuk melacak dan menyajikan serta membahas
dengan menggunakan kecenderungan frekuensi, persen, dan rata-rata mengenai usia, agama, tingkat pendidikan, status perkawinan.
III.3 Populasi dan Sampel
III.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan gejala-gejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik didalam suatu penelitian Nawawi
1995 : 41. Berdasarkan pengertian diatas, maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah napi yang berada di Blok B, yang menurut data dari kantor LP Kelas II A berjumlah 375 orang.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan karakteristik napi dari segi jenis kelamin adalah homogen karena semuanya laki-laki, akan tetapi dari segi kausalitas sebab akibat kejahatan yang
dilakukan, agama, status tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan sebagainya adalah heterogen atau serba berbeda.
Populasi sebesar 375 orang adalah dengan karakteristik yang heterogen, bobot masalah yang akan dibahas, ketersediaan waktu, dana dan tenaga tidak
memungkinkan seluruhnya untuk diteliti. Oleh karena itu populasi diperkecil secara representative dengan menggunakan teknik sampling.
III.3.2. Sampel Sampel sebagai sebagian populasi yang diambil dengan menggunakan
cara-cara tertentu. Hal ini mengingat keterbatasan waktu, biaya dan tenaga sehinnga tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi yang relatife jumlahnya
Nawawi, 1995:141. Jumlah sampel untuk penelitian ini ditetapkan sesuai dengan pendapat
Arikunto 2002:12 yaitu apabila jumlah populasi lebih dari 100 orang maka jumlah sampel yang di ambil sebesar 10-15 atau 20-25 populasi.
Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah: 15 x 375 = 56,25 = 56 Narapidana
III.4 Teknik penarikan sampel
Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel bertujuan purposive sampling dilakukan dengan cara
mengambil subjek didasarkan atas adanya tujuan tertentu Arikunto, 1998:127.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan sampel dengan teknik ini disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria sampelnya adalah :
1. Penempatan napi di Blok B LP Klas II A Kotamadya Binjai.
2. Mereka yang sudah mejalani hukuman penjara di atas 1 satu tahun.
III.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain: 1.
Studi kepustakaan Library research Yaitu penelitian yang dilakukan dan menghimpun data dari buku-buku serta
bacaan yang relavan dan mendukung penelitian. 2.
Study lapangan Field Research Yaitu mengumpulkan data di lapangan melalui:
• Observasi atau suatu pengamatan
Yaitu pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian Nawawi, 1995:111
• Kuesioner
Yaitu suatu dafar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal atau suatu bidang. Kuesioner dimaksudkan sebagai suatu
pertanyaan untuk memperoleh jawaban dari responden berupa data untuk menjawab permasalahan penelitian dan pencapaian tujuan penelitian
Nawawi, 1995:117.
Universitas Sumatera Utara
III.6 Teknik Analisis Data
Teknik analis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih muda dibaca dan dipersentasikan Singarimbun, 1995:263. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisi dalam beberapa tahap analisis yaitu: a.
Analisis Tabel Tunggal Merupakan suatu Analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan
variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi, table tunggal merupakan langkah awal dalam dalam menganalisis
data yang terdiri kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentasi untuk setiap kategori Singarimbun,1995:273.
b. Analisa Tabel Silang
Merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memilki hubungan variabelnya. Sehingga
dapat diketahui apakah variabel tersebut bersifat positif atau negatif Singarimbun, 1995:271.
c. Uji Hipotesa
Uji hipotesa adalah pengujian data statistic untuk mengetahui apakah data hipotesa yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk mengukur
tingkat hubungan diantara dua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien lorelasi tata jenjang rank order correlation
coefficient oleh Spearman. Uji korelasi ini digunakan untuk menunjukan
hubungan kedua variabel dimana tata data dimuat dalam ranking.
Universitas Sumatera Utara
Rumus untuk koefisien korelasi :
1 6
1
2 2
− −
=
∑
N N
d rho
Ket :
Rs rho = koefiesien korelasi rank order
Angka 1 = bilangan konstan
Angka 6 = bilangan konstan
d = perbedaan antara pasangan jenjang
∑
= sigma atau jumlah N
= jumlah individu dalam sampel Kriyantono, 2006 : 174-175
Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan digunakan nilai koefisien korelasi sebagai berikut Rachmat Kriyantono, 2006 : 168-169.
Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali ; lemas sekali
0,20-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti
0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti
0,71-0,90 : Hubungan yang tinggi ; kuat
Lebih dari 0,90 :Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan.
Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel Y, yaitu dengan rumus :
Kp = r
s 2
x 100
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN