Gambaran Umum Subyek Penelitian Hasil Penelitian

68

B. Gambaran Umum Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan sumber data, arsip, maupun dokumentasi yang dapat memberikan informasi mengenai obyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini obyek yang akan diteliti yaitu pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah “Kambojo”. Maka yang menjadi sumber data utama primer dari penelitian ini adalah para pemuda dan pemudi di RW 05 yang menjadi penggurus program kampung ramah anak “Kambojo”. Pengurus RW, tokoh masyarakat dan data - data arsip lain menjadi pengayaan sumber data utama atau data sekunder. Tabel 5. Profil subyek-subyek penelitian No Nama Usia Pekerjaan Sumber Data 1 Yoga Eka Junianto 21 tahun Mahasiswa UAD Primer 2 Bimo Septiawan 21 tahun Mahasiswa PGRI Primer 3 Anita Rizky W 24 tahun Mahasisiwi UST Primer 4 Priska Rosalina 20 tahun Mahasiswi UMY Primer 5 Arif Cahya P 20 tahun Swasta Primer 6 Dimas Tri Suryono 23 tahun Belum bekerja Primer 8 Indrawati 18 tahun Siswi MAN 1 Primer 9 Maharani Dyah 17 tahun Siswi SMK Primer 10 Atri Imam Santosa 53 tahun PNS Sekunder 11 Mulyanto 57 tahun PNS Sekunder 12 Agung 47 tahun Wiraswasta Sekunder 13 Suraji 45 tahun Wiraswasta Sekunder 14 Yanu Hariyadi 49 tahun Wiraswasta Sekunder Berdasarkan data subyek diatas sumber data primer yaitu seseorang yang memberikan informasi atau data secara langsung. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu pemuda maupun pemudi yang menjadi penggurus kampung ramah anak “Kambojo”. Sedangkan sumber data sekunder menjadi pendukung data, yaitu informasi atau data yang didapatkan tidak secara langsung 69 didapatkan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05.

C. Hasil Penelitian

1 Bentuk Kegiatan dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo”

melalui Kegiatan Partisipatif Pemuda a. Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Secara umum, program kampung ramah anak merupakan salah satu upaya pemerintah Kota Yogyakarta mewujudkan kota layak anak. Program kampung ramah anak sebagai bentuk kegiatan pemenuhan hak anak melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal. Program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan perwujudan dari inisiatif salah satu warga masyarakat yang berada di wilayah RW 05. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” selaku tokoh masyarakat RW 05 bahwa : “Program kampung ramah anak itu merupakan program yang bertujuan untuk memenuhi hak anak mbak. Hak untuk hidup, hak untuk memberikan pendapat dan hak yang lain. Jadi kegiatan- kegiatannya ya mendukung terpenuhinya hak mereka. Nah, kegiatan kampung ramah anak itu masuk ke dalam program kegiatan di RW 05” Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan anak-anak. Setiap anak-anak di suatu lingkungan masyarakat tertentu memiliki karakteristik yang berbeda, tentu kebutuhan anak-anak akan berbeda pula. Oleh karena itu, antara kampung ramah anak yang satu dengan yang lain memiliki kegiatan- kegiatan yang berbeda. 70 Program kampung ramah anak “Kambojo” ini tidak hanya untuk memenuhi hak anak, namun program kampung ramah anak ini menjadi wadah untuk pengembangan potensi pemuda dan pemudi di RW 05, Kampung Tegalrejo. Di samping inisiatif salah seorang warga RW 05 program ini juga berdasarkan banyaknya jumlah anak dan kurangnya keterlibatan para pemuda-pemudi dalam organisasi masyarakat di RW 05. Sehingga program kampung ramah anak ini menjadi upaya penggurus RW untuk memberdayakan para pemuda dan pemudi di RW 05. S eperti yang di ungkapkan oleh Bapak “AT” selaku tokoh masyarakat, bahwa : “Program kampung ramah anak ini selain untuk memenuhi hak-hak anak di RW 05, juga diharapkan dapat menghidupkan kembali semangat pemuda maupun pemudi di RW 05 untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki sehingga mereka dapat menjadi lebih berdaya baik di bidang akdemik maupun non akademik. Sehingga dapat ikut mengharumkan nama RW 05, Kampung Tegalrejo” Dari latar belakang yang telah dipaparkan dapat diketahui tujuan dari kampung ramah anak “Kambojo”, yaitu untuk memberikan ruang aspirasi untuk anak agar hak-hak mereka dapat terpenuhi. Namun, tujuan yang tidak kalah penting yaitu menjadi upaya untuk mengembangkan potensi para pemuda dengan melibatkan pemuda dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat terhadap pemuda akan kegiatan yang membahayakan diri mereka sendiri maupun orang disekitarnya. Semakin pesatnya IPTEK saat ini membawa pengaruh yang 71 negatif untuk pemuda ketika tidak di dukung oleh lingkungan yang baik dan di imbangi dengan wadah yang memiliki kegiatan positif. Seperti yang dikatakan oleh Ba pak “AG” selaku tokoh masyarakat di RW 05, bahwa : “Pemuda sekarang tidak sungkan merokok di depan para orang tua. Ada beberapa pemuda yang masih belum dapat membedakan kegiatan yang berdampak baik dan berdampak buruk bagi mereka. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana mereka dapat terlihat keren di depan teman-teman mereka. Karena pemuda sekarang masih banyak yang labil, sehingga mereka harus diimbangi dengan kegiatan-kegiatan positif terlebih di lingkungan tempat tinggalny a” Hal ini juga diperkuat oleh Bapak “SR” selaku tokoh masyarakat RW 05 bahwa : “Pemuda zaman dulu dan sekarang beda,mbak. Dulu kalau di lepas selalu kembali ke “kandang” atau rumah. Kalau pemuda sekarang kalau di lepas begitu saja kembali nya ke “kandang” yang lain. Jadi ya, kegiatan positif di lingkungan nya sendiri harus banyak. Biar mereka selalu ingat dari mana mereka berasal dan kemana mereka harus pulang” Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan kampung ramah anak “Kambojo” selain untuk memenuhi hak-hak anak yaitu untuk memberikan kegiatan yang positif pula untuk para pemuda agar mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Berdasarkan teknis pembentukan kampung ramah anak, salah satu yang terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak adalah para pemuda RW 05. Sehingga tidak salah apabila program kampung ramah anak “Kambojo” melibatkan pemuda dalam penyelenggaraan kegiatan- kegiatan. 72 Program kampung ramah anak mempunyai beberapa kegiatan yang terbagi dalam lima klaster. Lima klaster tersebut antara lain klaster perlindungan khusus, klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang, klaster hak sipil dan kebebasan, klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, dan klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif. Di tiap klaster tersebut mempunyai kegiatan positif dalam pemenuhan hak anak. Kegiatan dalam program kampung ramah anak dapat berupa kegiatan fisik maupun non fisik.

b. Penyelenggaraan Kegiatan

Penyelenggaraan kegiatan dalam suatu program memiliki beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu dilaksanakan agar tercapai tujuan dari penyelenggaraan kegiatan. Selain itu, agar dapat meminimalisir resiko di setiap kegiatan. Dalam pelaksanaan program kampung ramah anak “Kambojo”, terbagi menjadi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan. Salah satu tujuan dari penyelenggaraan program kampung ramah ini salah satunya yaitu untuk memberdayakan pemuda yang ada di lingkungan RW 05. Oleh karena itu, para penggurus RW dan tokoh masyarakat di lingkungan RW 05 melakukan tahapan pra- perencanaan program KRA. Tahapan ini dilakukan untuk melakukan penyadaran kepada pemuda akan kebermanfaatan dari keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan di RW 05. Sehingga dari tahap pra-perencanaan ini dapat menarik para pemuda 73 untuk ikut melibatkan diri dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Adapun kegiatan dalam tahapanan pra-perencanaan yaitu : 1. Sosialisasi Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai program dari pemerintah kota Yogyakarta yaitu kampung ramah anak. Sosialisasi dilakukan bersamaan dengan acara perkumpulan pemuda di tiap RT. Penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05 memberikan pemahaman mulai dari pengertian, tujuan hingga manfaat dari program kampung ramah anak. Berdasarkan hasil wawancara Bapak “MY” mengungkapkan bahwa : “Langkah awal dalam pembentukan program KRA di RW 05 dengan memikirkan kepenggurusannya mbak. Nah, kami berpandangan bahwa pemuda lah yang kelak menjadi penerus kami. Jadi kami sepakat jika pemuda terlibat dalam kepenggurusan”. Selain itu , Bapak “AT” menambahkan informasi mengenai kegiatan sosialisasi. Beliau mengungkapkan bahwa : “....dari kesepakatan itu kami melakukan sosialisasi mengenai program kampung ramah anak kepada pemuda. Tujuannya agar mereka tahu mengenai program KRA dan menarik perhatian mereke untuk terlibat. Kami lakukan itu dengan memberikan informasi di kumpulan pemuda tiap RT. Selain itu, kami juga melakukan pendekata n personal dengan para pemuda” Bapak “AG” mengungkapkan pula bahwa : “Sosialisasi nya itu biar pemuda nya paham apa itu program kampung ramah anak mbak” 74 Dengan demikian dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan sosialisasi ini dilakukan untuk memberikan informasi kepada pemuda mengenai kampung ramah anak. Selain untuk pemberian informasi, tujuan sosialisasi ini untuk menarik minat pemuda untuk terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak yang nanti akan diselenggarakan di RW 05. Sosialisasi ini selain dilakukan di acara perkumpulan pemuda tiap RT juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan personal. 2. Diskusisharing Kegiatan diskusi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan setelah melakukan sosialisasi kepada para pemuda. Kegiatan diskusi ini menjadi tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi. Para penggurus RW dan tokoh masyaraka mengadakan diskusisharing bersama pemuda. Kegiatan diskusisharing ini bertujuan untuk melakukan musyawarah mengenai rencana pelibatan pemuda ke dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Nah, setelah kami melakukan sosialisasi itu kami mengajak pemuda RW 05 semua untuk berkumpul dan membicarakan maksud dan tujuan kami untuk melibatkan mereka ke dalam penyelenggaraan program KRA nantinya. Diskusi itu jadi semacam ajakan halus dari kami untuk para pemuda mbak. Kami menjelaskan manfaat apabila ikut terlibat dalam program KRA yang akan diselenggarakan. Jadi biar kami dapat bermusyawarah bersama agar mencapai satu kesepakatan dari penyampaian maksud dan tujuan kami” 75 Hal itu senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa : “Diskusi itu tujuannya untuk musyawarah mufakat sebenarnya mbak” Selain itu Bapak “YN” menambahkan bahwa : “ Ya betul mbak, biar dari diskusi itu terjadi kesepakatan antarpemuda dan kami para penggurus” Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan diskusi berbentuk penyampaian maksud dan tujuan para penggurus RW dan tokoh masyarakat serta ajakan untuk para pemuda. Maksud dan tujuan serta ajakan para penggurus dan tokoh masyarakat RW 05 yaitu untuk melibatkan para pemuda dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan. Penggurus RW melakukan musyawarah bersama pemuda dengan menyampaikan manfaat apabila terlibat dalam program kampung ramah anak yang akan diselenggarakan. Berdasarkan hasil wawanc ara, “BM” mengungkapkan bahwa : “Alasan saya ikut itu soalnya kayaknya kalau terlibat itu nanti banyak manfaat yang dapat saya ambil mbak. Pun saya mau juga karena ada dampingan dari para penggurus RW. Jadi para penggurus RW itu ngasih dukungan terus mbak nantinya ” Pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari diskusi tersebut terbentuk kesepakatan antara penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05. Bentuk kesepakatan itu yaitu pemuda menerima ajakan dari para penggurus RW dan tokoh masyarakat. Namun, para 76 pemuda mengingikan tetap ada pendampingan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. Setelah tahap pra-perencanaan, tahapan selanjutnya yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pendampingan. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan : 1 Perencanaan Kegiatan dalam program kampung ramah anak bertujuan untuk memenuhi hak anak. Sasaran kegiatan dalam program kampung ramah anak yaitu anak-anak berusia 0-18 tahun, Kampung Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Terciptanya lingkungan RW 05 yang ramah anak dimulai dari terpenuhinya hak anak mulai dari penciptaan perilaku hingga pembiasaan budaya ramah anak. Semua kegiatan kampung ramah anak selalu beintegrasi dengan kegiatan RW sehingga kegiatan kampung ramah anak juga merupakan kegiatan RW. Ada beberapa tahapan dalam perencanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” yaitu : a Analisis Kebutuhan Langkah pertama dalam tahap perencanaan yaitu analisis kebutuhan. Cara mengetahui kebutuhan anak-anak yaitu dengan melakukan pengumpulan data anak. Pengumpulan data ini dilakukan oleh anak-anak dengan mengunjungi tiap rumah. Kegiatan pengumpulan data ini kemudian dijadikan salah satu kegiatan yang dilaksanakan rutin tiap 3 tahun sekali. Pembagian 77 pendataan anak ini dibagi menjadi empat yaitu pendataan anak di RT 15, RT 16, RT 17 dan RT 18. Hal itu seperti yang diungkapkan “AN” bahwa : “Sebelum menyusun kegiatan-kegiatan itu, kami melakukan pendataan anak di tiap RT. Data anak itu nanti dibedakan berdasarkan usia dan jenis kelamin,mbak. Jadi kami lebih mudah ketika mengadakan kegiatan. Yang melakukan pendataan anak-anak di tiap RT itu mbak. Setelah itu nanti barulah diserahkan kepada penggurus KRA. Nah, selain berdasarkan usia, anak-anak juga mendata hobi dan minat mereka ” Senada dengan yang diungkapkan oleh “DM” bahwa : “ Kita data anak anak di RW 05 dulu mbak. Nah dari situ kita bisa t au hobi nya anak anak itu apa” Selain itu “BM” juga mengungkapkan hal yang tidak berbeda bahwa : “Awalnya kita data anak anak di RW 05 mbak dari umur nya kelas sampai hobi anak itu. Jadi biar bisa tahu kegiatan apa yang cocok untuk anak anak di RW 05” Berdasarkan pernyataan di atas, kegiatan pengumpulan data anak dibedakan berdasarkan usia. Selain itu untuk memudahkan penyusunan kegiatan KRA, pendataan juga dilakukan dengan mengetahui minat dan hobi masing-masing anak di RW 05. b Penyusunan rencana kegiatan Langkah selanjutnya dalam tahap perencanaan yaitu penyusunan rencana kegiatan. Kegiatan penyusunan rencana kegiatan dilakukan dengan menggunakan data anak-anak RW 05 terkumpul berdasarkan usia, jenis kelamin, minat dan hobi. Dari 78 data dan informasi anak, selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan anak dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, potensi dan ancaman anak. Dengan demikian, penggurus KRA “Kambojo” dapat mengetahui kebutuhan anak-anak di RW 05. Rencana kegiatan dibagi menjadi lima klaster yang sudah disesuaikan dengan juknis pelaksanaan kota layak anak. Penyusunan rencana kegiatan dilakukan melalui kegiatan forum anak yang di damping i oleh penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Sehingga dalam penyusunan rencana kegiatan, penggurus dapat meminta pertimbangan guna penyelenggaraan kegiatan KRA. Selain penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat, kegiatan forum anak juga dihadiri oleh perwakilan anak-anak di tiap RT. Hal tersebut seperti yang diungkapkan “BM” bahwa “Jadi penyusunan rencana kegiatan itu melalui kegiatan forum anak,mbak. Kami mengundang anak – anak tiap RT, penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Agar kami dapat mengecek dari data yang telah terkumpul dan dapat mendengarkan aspirasi anak. Trus kami juga meminta pertimbangan kepada penggurus RT dan RW maupun tokoh masyarakat untuk kegiatan yang akan kami lakukan” Seperti yang diungkapkan oleh “PR”bahwa : “Dari data yang didapatkan itu kami menyusun kegiatan kegiatannya mbak. Nah setelah itu kami mengadakan forum anak” 79 Se nada dengan yang diungkapkan oleh “AN” bahwa : “Penyusunan kegiatan nya berdasarkan kecenderungan hobi dan minat anak anak mbak. Tapi tidak menutup kemungkinan disesuaikan dengan budaya dan tren saat ini” Dari pernyataan diatas menjelaskan bahwa kehadiran anak- anak dalam kegiatan forum anak yaitu untuk membantu penggurus mengecek data yang telah terkumpul dan mendengarkan aspirasi anak-anak. Sehingga penggurus dapat menyusun kegiatan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak- anak di RW 05. Penyusunan rencana kegiatan dilakukan secara rinci, mulai dari bentuk kegiatan, sasaran, waktu, tempat, hingga pendanaan. c Sosialisasi rencana kegiatan Langkah terakhir dalam tahap perencanaan yaitu sosialisasi rencana kegiatan. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan setelah rencana kegiatan selesai disusun. Sosialisasi rencana kegiatan dilakukan dengan dua cara yaitu penyampaian saat pertemuan penggurus RW dan mengunjungi tiap rumah warga. Berdasarkan hasil penelitian, para pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” selalu di undang untuk menghadiri pertemuan RW. Semenjak itu, pertemuan RW menjadi salah satu cara para penggurus KRA “Kambojo” untuk menyampaikan kegiatan- kegiatan KRA “Kambojo”. 80 Hal itu seperti yang diungkapkan “DM” bahwa : “Di tiap pertemuan RW kami penggurus KRA selalu diundang untuk menghadiri, mbak. Jadi itu menjadi kesempatan kami untuk menyampaikan kegiatan kegiatan di KRA “Kambojo” Selain itu, “IN” mengungkapkan hal yang sama bahwa : “Kalau ikut rapat sama penggurus RW itu kita nyampein kegiatan – kegiatan KRA yang mau diadakan mbak” Diperkuat oleh “BM” yang mengungapkan bahwa : “Di rapat RW itu jadi kita bisa dapet masukan kalau kita ada hambatan dalam penyelenggaraan kegiatannya. Misal kalau dana kita kurang, ya kita share mbak ke pengguru s” Sehingga di pertemuan RW menjadi salah satu upaya para pemuda untuk menyampaikan aspirasi maupun hambatan dalam penyelenggara an kampung ramah anak “Kambojo”. Secara singkat, tahapan dalam perencanaan dapat digambarkan dalam bagan alur di bawah ini : Bagan 2. Alur dalam perencanaan kegiatan KRA “Kambojo” Pra-perencanaan : 1. Sosialisasi 2. DiskusiSharing Sosialisasi Kegiatan Penyusunan Rencana Kegiatan Analisis Kebutuhan Perencanaan 81 2 Pelaksanaan Di bawah ini merupakan pelaksanaan kegiatan - kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu : a Klaster Perlindungan Khusus Kegiatan yang dilaksanakan oleh klaster perlindungan khusus bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap anak. Perlindungan itu dapat berupa melindungi anak dalam situasi darurat anak pengungsian dan situasi konflik, anak berhadapan dengan hukum, anak dalam situasi eksploitasi, dan anak dari kalangan minoritas. Sehingga melalui kegiatan dalam klaster ini anak dapat merasa aman dan tenang tanpa tekanan dari berbagai pihak. Berikut ini kegiatan dalam klaster perlindungan khusus : 1 Sosialisasi Kampung Ramah Anak Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui kunjungan ke rumah-rumah. Kegiatan tersebut dilakukan oleh perwakilan anak-anak dari tiap RT. Kegiatan yang dilakukan oleh anak- anak di damping i oleh penggurus KRA “Kambojo”. Selain menyampaikan kegiatan- kegiatan KRA “Kambojo”, kegiatan kunjungan dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada para orang tua mengenai program kampung ramah anak. Indikator dari rumah yang sudah mendapatkan sosialisasi yaitu dengan penempelan stiker “ramah anak”. Stiker tersebut menunjukan bahwa rumah tersebut sudah ramah anak. 82 Gambar 2. Leaflet Sosialisasi KRA “Kambojo” Sumber: Arsip kampung ramah anak “Kambojo” Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dua kali, kegiatan pertama yaitu dengan pembagian leaflet dan penempelan sticker. Kegiatan sosialisasi yang kedua dilakukan di tahun kedua saat pengembangan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan membagikan kalender kampung ramah anak “Kambojo”. 2 Plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak Kegiatan plangisasi yaitu salah satu kegiatan fisik dari klaster perlindungan khusus. Kegiatan ini diadakan dalam bentuk pembuatan slogan-slogan mengenai kampung ramah anak. Selain itu, pembuatan lima pilar budaya dan empat perilaku ramah anak serta pembuatan gapura bertuliskan KRA “Kambojo” yang menjadi daya tarik tersendiri di RW 05. Pemuda mulai menyiapkan perlengkapan untuk slogan, pembuatan slogan hingga penempelan slogan dan budaya kampung ramah anak. Pemanfaatan tembok warga dengan 83 poster-poster kampung ramah anak juga menjadi salah satu kegiatan dalam plangisasi. Slogan, poster, serta empat budaya dan lima pilar perilaku ramah anak di letakkan di setiap sudut RT dan tempat-tempat strategis di RW 05. Penempelan poster kawasan bebas rokok juga menjadi salah satu bentuk kegiatan plangisasi. Walaupun slogan itu tidak tertuju untuk anak- anak, namun poster kawasan bebas rokok menjadi salah satu upaya pencegahan anak-anak terhadap perilaku merokok. Sehingga orang tua maupun pemuda di sekitar RW 05 dilarang keras merokok di depan anak-anak. Kegiatan plangisasi ini dilakukan satu kali di tahun awal berdirinya KRA “Kambojo”. Namun perencanaan untuk kegiatan plangisasi ini dilakukan sejak penyusunan rencana kegiatan kampung ramah anak. 3 Perbaikan lingkungan Kegiatan perbaikan lingkungan rumah dilakukan bersamaan dengan kegiatan rutin RW yaitu kerja bakti. Kegiatan ini dilakukan dengan menata lingkungan sekitar RW 05 agar ramah terhadap anak. Seperti pembuatan polisi tidur di tiap tikungan agar para pengendara lebih berhati-hati, penutupan lubang saluran air, dan penutupan selokan-selokan yang dalam dan terbuka. 84 Penggurus KRA “Kambojo” menganjurkan kepada warga yang memiliki rumah di pinggiran jalan untuk membuat pagar, agar dapat melindungi anak-anak dari kendaraan yang melintas. Pembuatan pagar tersebut dianjurkan dari tumbuhan yang tidak membahayakan anak- anak. Selain itu, pengecekan tanaman di lingkungan sekitar yang dapat membahayakan anak-anak. Seperti tanaman yang mempunyai banyak duri dan getah. Penebangan pohon-pohon yang mulai rapuh dan tumbang juga dilakukan agar tidak membahayakan anak-anak di RW 05. 4 Penyuluhan NAPZA Kegiatan penyuluhan NAPZA ini dilakukan karena melihat kekhawatiran terhadap remaja di RW 05. Kekhawatiran itu datang karena melihat beberapa remaja ada yang sudah berani merokok. Penyuluhan NAPZA ini diberikan untuk memberikan pemahaman kepada remaja mengenai narkoba dan bahaya pemakaiannya. Sehingga remaja di RW 05 dapat terhindar dari bahaya penyalahgunaannya. Kegiatan penyuluhan ini mendatangkan pembicara dari Badan Narkotika Nasional BNN. Selama tiga tahun ini, penyuluhan NAPZA sudah diadakan selama dua kali. Sasaran dari kegiatan penyuluhan NAPZA yaitu anak-anak di RW 05 85 yang menginjak usia remaja. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, para remaja diberikan banyak pemahaman mengenai dampak dari penyalahgunaan NAPZA. Penggurus KRA “Kambojo” berharap tidak ada remaja di RW 05 yang tidak merokok hingga menggunakan Narkotika. b Klaster Pendidikan dan Pemanfaatan Waktu Luang Kegiatan dalam klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang ini bertujuan untuk mendukung kegiatan di sekolah dan untuk memberikan kegiatan positif di sela-sela waktu luang anak- anak RW 05. Kegiatan ini berupaya agar anak berhak untuk beristirahat, bersantai dan bermain. Selain itu anak berhak mendapatkan bimbingan maupun pelatihan di luar aktivitasnya di sekolah. Berikut kegiatan dalam klaster pendidikan dan pemanfataan waktu luang : 1 Belajar Bersama Kegiatan belajar bersama merupakan kegiatan pemanfaatan waktu luang yang bertujuan untuk membantu anak-anak dalam memahami materi-materi yang diberikan di sekolah. Anak-anak saling bertukar informasi, berdiskusi dan saling membantu jika ada yang kesulitan memahami pekerjaan rumah dari sekolah. Pemuda menjadi pendamping dalam kegiatan belajar bersama. Kegiatan belajar bersama ini 86 dilakukan di kantor sekretariat KRA “Kambojo” yang menjadi salah satu pusat kegiat an KRA “Kambojo”. Selain anak-anak merasa nyaman di kantor sekretariat, adanya fasilitas wifi menjadi daya tarik anak-anak melakukan kegiatan belajar bersama. Dengan adanya wifi, memudahkan anak-anak dalam mencari referensi dan menambah pengetahuan. Setiap anak-anak mencari referensi dengan menggunakan wifi selalu di dampingi oleh para pemuda. Hal itu bertujuan agar anak-anak tidak membuka situs-situs yang tidak layak untuk anak-anak lihat. Di bawah ini salah satu gambaran kegiatan belajar bersama: Gambar 3. Kegiatan Belajar Bersama Sumber: Arsip KRA “Kambojo” Kegiatan ini dilakukan kondisional, artinya belajar bersama akan dilakukan ketika anak-anak merasa kesulitan memahami materi di sekolah. Misalnya ketika anak-anak 87 kesulitan mengerjakan Pekerjaan Rumah PR dari sekolah, mereka dengan sendirinya mendatangi kantor sekretariat dengan saling mengajak satu sama lain. Dengan adanya kegiatan belajar bersama yang didukung fasilitas dan di dampingi oleh pemuda RW 05 sendiri dapat memberikan semangat kepada anak-anak untuk belajar. Dari kegiatan belajar bersama ini dapat menumbuhkan rasa kompetisi dan persaingan yang sehat kepada anak-anak dalam meraih prestasi. 2 Pembuatan Majalah Dinding Mading Kegiatan pembuatan mading ini menjadi salah satu kegiatan untuk mengali bakat dan kreativitas anak. Mading kampung ramah anak “Kambojo” ini berisi hasil karya anak- anak RW 05. Bentuk karya anak-anak RW 05 diantaranya berupa gambar, puisi, cerita pendek cerpen, dan poster. Gambar 4. Kegiatan Pembuatan Mading Sumber : Arsip KRA “Kambojo” 88 Kegiatan mading ini dilakukan dengan mengumpulkan karya anak-anak terlebih dahulu, kemudian mengolah karya dan menempel karya karya tersebut. Semua karya anak RW 05 akan di tempel di mading tanpa adanya pembedaan tiap karya anak. Kegiatan mading ini menjadi salah satu cara untuk menunjukan karya anak-anak kepada orangtua, masyarakat RW 05 bahkan hingga masyarakat luar RW 05 yang berkunjung. Sehingga orangtua pun merasa bangga terhadap anaknya karena anaknya dapat menuangkan ide mereka dalam bentuk karya yang tertempel di mading. 3 Pelatihan Tari Menari merupakan salah satu kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Kegiatan menari mempunyai tujuan untuk melestarikan budaya di samping mengisi waktu luang anak- anak. Peminat dari kegiatan menari ini mayoritas adalah anak-anak perempuan di RW 05. Kegiatan ini dilakukan rutin setiap satu minggu sekali. Setiap minggu sore, anak-anak dipandu oleh pelatih tari melakukan latihan di halaman pos serbaguna. Sehingga anak-anak sering melakukan pentas tari dalam berbagai acara maupun perlombaan-perlombaan yang 89 diadakan baik di lingkup RW, Kelurahan, Kecamatan hingga Kota. Gambar 5. Pelatihan Tari KRA “Kambojo” Sumber : Arsip KRA “Kambojo” 4 Pendidikan Anak Usia Dini PAUD Pendidikan Anak Usia Dini PAUD merupakan salah satu kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Pada usia 0-5 tahun merupakan masa golden age sehingga kegiatan PAUD sangat penting bagi tumbuh kembang anak-anak usia dini di RW 05. PAUD di RW 05 bernama PAUD “Diponegoro”. PAUD Diponegoro merupakan PAUD SPS yaitu salah satu program yang berada di pendidikan non formal. Pelaksanaan kegiatan PAUD SPS “Diponegoro” satu minggu sekali, setiap hari selasa pukul 16.00 WIB. Kegiatan PAUD tidak hanya dilakukan di pos serbaguna dan setiap hari selasa. Namun, di kegiatan RW juga selalu melibatkan anak-anak usia dini seperti senam, pentas, lomba maupun kegiatan yang lain. 90 5 Taman Pendidikan Al-Quran TPA Taman Pendidikan Al-Quran TPA adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Islam luar sekolah atau dapat disebut juga sebagai pendidikan non formal untuk anak-anak TK, SD dan SMP, yang mendidik santri agar mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid sebagai target pokoknya. TPA memiliki beragam sub kegiatan. Kegiatan TPA tidak hanya membaca Al- Qur’an, namun juga ada kegiatan postif lain untuk anak-anak. Seperti taman gizi, pelatihan- pelatihan, nonton bareng dan kegiatan lainnya. Kegiatan TPA ini dilaksanakan setiap hari senin, rabu dan jumat pukul 16.00 WIB di Masjid Diponegoro. 6 Olahraga Kegiatan olahraga menjadi salah satu kegiatan pengisian waktu luang. Kegiatan ini dengan melakukan permainan ping pong di halaman pos serbaguna. Kegiatan olahraga merupakan salah satu kegiatan yang dapat mempererat antar anak maupun masyarakat. Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa olahraga menjadi cara untuk mengakrabkan antar sesama disamping untuk mengisi waktu luang. Selain ping pong, kegiatan 91 renang menjadi salah satu olahraga untuk mengakrabkan satu sama lain. c Klaster Hak Sipil dan Kebebasan Klaster Hak Sipil dan Kebebasan merupakan upaya pemenuhan hak anak-anak untuk mendapatkan pengakuan diri menurut hukum. Selain itu juga hak untuk menyatakan pendapat dan menyampaikan aspirasi. Selanjutnya mendapatkan hak untuk memperoleh informasi, tidak mendapatkan siksa atau perlakuan yang tidak manusiawi, mempunyai kemerdekaan berpikir dan berserikat serta mendapatkan perlindungan untuk kehidupan pribadinya. Berikut kegiatan dalam klaster hak sipil dan kebebasan : 1 Pendataan anak-anak Kegiatan pendataan ini bertujuan mengumpulkan data- data anak. Data-data tersebut diantaranya pendataan tentang pernikahan dini, anak bebas dari narkoba dan miras, pendataan anak yang mengalami masalah serta pendataan anak yang putus sekolah. Kegiatan pendataan ini dilakukan rutin setiap tiga tahun sekali. Kegiatan pendataan pertama dilakukan pada tahun 2012 di awal tahun pembentukan kampung ramah anak “Kambojo”. Kegiatan pendataan awal ini merupakan tahap perencanaan dalam pembentukan kampung ramah anak “Kambojo”. Kegiatan pendataan kedua 92 dilakukan pada tahun 2015. Pendataan kedua dilakukan untuk mengecek perubahan data dari pendataan sebelumnya. Sehingga kegiatan pendataan ini dilakukan oleh anak- anak dengan mengunjungi tiap rumah warga. Dari hasil pendataan tersebut, kemudian direkap oleh penggurus KRA “Kambojo” untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan. 2 Pengadaan Forum Anak Kegiatan forum anak ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk menyampaikan permasalahan dan kebutuhan mereka. Anak-anak di dalam forum ini bebas beraspirasi mengungkapkan pendapat- pendapat mereka. Sehingga dari forum anak ini, penggurus dapat menganalisis kebutuhan anak-anak. Kegiatan forum anak dilakukan oleh penggurus forum anak didampingi penggurus gugus tugas. Oleh karena itu, kegiatan forum anak ini dilakukan rutin setiap satu bulan sekali. Hasil dari forum anak ini akan dianalisis untuk kemudian dijadikan beberapa kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak di RW 05. 3 Pertemuan Rutin Bersama Penggurus RW Sejak berdirinya kampung ramah anak “Kambojo”, pemuda dilibatkan dalam pertemuan bersama penggurus RW. 93 Kegiatan pertemuan bersama penggurus RW ini menjadi salah satu bentuk pengakraban pemuda dengan penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Dalam kegiatan ini, antar pemuda dan mengurus RW saling menyampaikan aspirasi untuk kegiatan-kegiatan RW. Karena pada dasarnya kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” termasuk kegiatan RW 05. Kegiatan pertemuan bersama penggurus RW 05 ini diadakan satu bulan sekali setiap tanggal 5. Kegiatan ini selain untuk menyampaikan aspirasi, memberikan masukan- masukan kegiatan pertemuan ini menjadi salah satu cara untuk mengevaluasi kegiatan- kegiatan di RW 05. d Klaster Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan Kegiatan dalam klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan berkaitan dengan kelangsungan hidup dan pengembangan anak. Selain itu di dalam klaster ini juga memberikan hak setiap anak atas tingkat kehidupannya. Kegiatan dalam klaster ini berusaha untuk mengecek kesehatan anak di RW 05. Mulai dari anak usia dini hingga remaja. Adapun kegiatan dalam klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan yaitu : 1 Posyandu Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing 94 petugas terkait. Adapun tujuan posyandu yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi AKB, menambah asupan gizi dan vitamin yang diperlukan oleh balita, memberikan penyuluhan tentang asupan gizi serta cara pemberian ASI yang baik, serta meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB. Beberapa kegiatan posyandu di RW 05 adalah KIA Kesehatan Ibu dan Anak, KB Keluarga Berencana, Imunisasi, Gizi, Penanggulangan diare. Oleh karena itu, kegiatan posyandu ini salah satu kegiatan untuk anak-anak usia dini dengan cara pemenuhan hak kesehatan dasar melalui pemberian imunisasi hingga pemberian makanan bergizi. 2 Pengecekan Jentik Nyamuk Kegiatan pengecekan jentik nyamuk ini merupakan salah satu tugas para jumantik. Namun pada pelaksanaannya para jumantik ini meminta tolong anak-anak untuk melakukan penegecekan ke tiap-tiap rumah di RW 05. Kegiatan pengecekan jentik nyamuk ini dilakukan dengan melihat kondisi kamar mandi di tiap rumah, menutup lubang-lubang air yang menyebabkan sarang nyamuk dan membagikan ABATE di tiap rumah. Kegiatan pengecekan jentik ini menjadi salah satu kegiatan untuk melindungi warga RW 05 dari bahaya 95 penyakit demam berdarah. Anak-anak melakukan penegecekan jentik ke tiap-tiap rumah setiap satu bulan sekali. Anak-anak melakukan kegiatan ini membantu tugas para jumantik di RW 05. Pemuda sebagai penggurus KRA dalam kegiatan ini menunjuk anak-anak di tiap RT dan mendampingi anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan pengecekan jentik-jentik di tiap rumah. Gambar 6. Tim Jumantik Anak – Anak Sumber : Arsip KRA “Kambojo” 3 Sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja Kegiatan sosialisasi reproduksi remaja ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang kesehatan reproduksi remaja mengajarkan anak remaja agar memanfaatkan masa pubertasnya dengan kegiatan positif, seperti olahraga teratur, makan makanan bergizi dan pola hidup sehat agar pertumbuhannya optimal. Sasaran dari kegiatan sosialisasi ini 96 tidak lain yaitu remaja putra dan remaja putri di RW 05. Di mulai dari mereka yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP hingga kuliah. Kegiatan sosialisasi reproduksi remaja ini juga menjelaskan dampak dari menjaga kesehatan reproduksi remaja. Agar remaja mau menjaga kesehatan reproduksinya, maka dampak yang dipaparkan dalam kegiatan sosialisasi lebih mengarah kepada dampak-dampak negatif apabila tidak memperhatikan kesehatan reproduksinya di masa pubertasnya. Sehingga remaja takut untuk melakukan hal-hal yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksinya. e Klaster Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif memiliki tujuan agar anak-anak di RW 05 berhak mendapatkan bimbingan dari orang tua, berhak mendapatkan dukungan dari lingkungan, mencegah adanya kasus penjualan anak dan penelantaran anak. Adapun kegiatan dalam klaster ini yaitu : 1 Bina Keluarga Balita BKB Bina keluarga balita ini merupakan salah satu kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada di 97 tingkat RW. Dalam pembentukan BKB melalui beberapa tahapan dimulai dari pendataan hingga pengkaderan. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa kegiatan BKB di RW 05 ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali di tanggal 2. Sasaran dari kegiatan BKB ini adalah para orang tua yang memiliki anak berusia balita. Pelaksanaan BKB di RW 05 yaitu dengan pemberian penyuluhan dan diskusi tentang kesehatan ibu dan bayi serta silahturahmi. Tujuan dari adanya BKB di RW 05 yaitu menambah wawasan tentang kesehatan ibu dan anak maupun bayi. Selain itu agar dapat memantau kesehatan ibu dan anak maupun bayi serta agar para orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat untuk anaknya. f Kegiatan outdoor Kegiatan ini merupakan kegiatan di luar klaster yang mendukung penyelenggaraan KRA “Kambojo” namun tidak masuk ke dalam kegiatan di tiap klaster. Mayoritas dari kegiatan ini diadakan di luar lingkungan RW 05. Kegiatan ini merupakan bentuk partisipasi KRA “Kambojo” di tingkat RW, kelurahan, kecamatan maupun kota. Kegiatan ini seperti kegiatan perlombaan, perayaan hari nasional maupun peringatan yang dilakukan di tingkat RW, kelurahan, kecamatan hingga kota. 98 Di bawah ini merupakan penjelasan dari masing-masing kegiatan : 1 Launching KRA Kegiatan launching KRA merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperkenalkan seluruh kampung ramah anak di Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan di Balaikota Yogyakarta. Peserta dari kegiatan ini adalah KRA dari berbagai kecamatan di Kota Yogyakarta. Pelaksanaan dari kegiatan launching ini yaitu dengan melakukan pawai budaya. Sehingga setiap KRA membuat kreasi sesuai dengan kreativitas masing-masing penggurusnya. Pawai tersebut tidak hanya di tampilkan namun juga menjadi penilaian awal dari pemerintah Kota Yogyakarta terhadap penyelenggaraan KRA di tiap kecamatan. Gambar 7. Launching KRA Se-Kota Yogya Sumber : Arsip KRA “Kambojo” 99 2 Pentas Seni Kegiatan pentas seni ini diadakan oleh Kecamatan Tegalrejo. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin di setiap tahun. Kegiatan ini menampilkan kreasi anak-anak kampung ramah anak yang ada di lingkup Kecamatan Tegalrejo. Sehingga beberapa kegiatan KRA “Kambojo” yang mendukung dalam pelaksanaan pentas seni ditampilkan dalam pentas seni tersebut. Kegiatan pentas seni tersebut diawali dengan kirab kampung ramah anak yang berada di lingkungan kecamatan. Setelah kirab, pentas seni dilanjutkan dengan penampilan penampilan dari masing- masing KRA. KRA “Kambojo” menampilkan beberapa kreasi anak. Tujuan lain selain menampilkan kreasi anak-anak di RW 05 adalah untuk mengenalkan kampung ramah anak yang berada di Kecamatan Tegalrejo. 3 Mengikuti Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan Musrenbangkel Kegiatan musrengbangkel merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Kelurahan Tegalrejo. Kegiatan ini merupakan musyawarah rencana pembangunan. Sehingga dalam kegiatan ini dilakukan diskusi-diskusi untuk merencanakan program maupun kegiatan yang berada di lingkup Kelurahan Tegalrejo. 100 Di tiap pelaksanaan kegiatan ini, penggurus KRA “Kambojo” selalu mendapatkan undangan untuk ikut memberikan aspirasi- aspirasi dalam merencanakan pembangunan kelurahan. Program dan kegiatan yang telah disetujui oleh beberapa pemangku di kelurahan akan disampaikan kepada masing masing RW. Kegiatan-kegiatan yang mempunyai sasaran masyarakat di lingkup RW akan dilaksanakan di lingkungan RW tersebut. 4 Peringatan Hari–hari Besar Nasional Kegiatan peringatan hari-hari besar yang dilaksanakan oleh KRA “Kambojo” antara lain peringatan sumpah pemuda, peringatan 17 Agustus HUT RI dan peringatan hari bebas asap rokok. Kegiatan peringatan hari besar dilakukan agar menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap tanah air Indonesia. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan di lingkungan RW 05. Kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan hari besar atau hari yang berdekatan dengan peringatan hari besar nasional. Bentuk kegiatan dari masing masing peringatan hari besar nasional sangat beragam. Saat peringatan sumpah pemuda, penggurus KRA “Kambojo” mengadakan pelatihan-pelatihan kepada anak-anak. pelatihan tersebut bertujuan untuk mengasah kreativitas anak-anak di RW 05. Peringatan 17 101 Agustus HUT RI diperingati dengan mengadakan lomba- lomba berdasarkan usia. Peringatan hari bebas asap rokok diperingati dengan mengadakan pentas seni di lingkungan RW 05. Pentas tersebut di awali dengan pembacaan deklarasi kawasan bebas asap rokok dan di isi oleh penampilan- penampilan dari anak-anak RW 05. Deklarasi bebas asap rokok itu juga akan dibacakan di setiap pertemuan dan kegiatan RW 05. 5 Perayaan Ulang Tahun KRA “Kambojo” Kegiatan perayaan ulang tahun KRA “Kambojo” sudah dilaksanakan selama tiga kali. Perayaan ulang tahun pertama yaitu dengan mengadakan pentas seni untuk masyarakat RW 05. Seperti kegiatan pentas seni lain, kegiatan ini dilakukan dengan menampilkan kreasi anak-anak. Namun tidak hanya anak-anak saja yang menampikan bakat-bakatnya. Para bapak- bapak dan ibu-ibu juga menunjukan kreasi yaitu dengan macapatan dan bermain lesung. Konsep dari perayaan ulang tahun KRA “Kambojo” ini tidak terlepas dari budaya-budaya yang menjadi khas Daerah Istimewa Yogyakarta. Ulang tahun k edua KRA “Kambojo” dengan mengadakan tasyakuran. Kegiatan tersebut diawali dengan pemotongan tumpeng oleh ketua KRA “Kambojo”. Setelah acara potong tumpeng dilakasankan dengan makan bersama anak-anak. 102 Setelah itu ulang tahun ketiga dengan mengadakan acara wajib kunjung museum. Kegiatan ini merupakan salah satu program dari pemerintah Kota Yogyakarta. Kegiatan wajib kunjung museum ini diawali dengan pengajuan proposal kegiatan ke Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Kegiatan wajib kunjung museum ini sama sekali tidak memungut biaya dari anak-anak. Fasilitas untuk kegiatan ini sudah disiapkan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Tiga museum yang dikunjungi dalam kegiatan tersebut yaitu museum diponegoro, museum gunung merapi dan museum jogja kembali. Kegiatan dalam perayaan ulang tahun ketiga ini dilakukan mulai dari pagi hingga sore hari. Kegiatan ini memberikan tugas kecil untuk anak-anak agar mereka dapat aktif saat kegiatan berlangsung. Gambar 8. Kegiatan Wajib Kunjung Museum Sumber : Arsip KRA “Kambojo” 103 6 Trainer Outbound Kegiatan ini dilakukan oleh beberapa penggurus KRA “Kambojo”. Kegiatan ini diawali dengan adanya kunjungan dari penggurus RW di Kampung Bumijo ke kantor sekretariat KRA “Kambojo”. Mereka ingin mengetahui cara pembentukan kampung ramah anak. Kedatangan mereka ke kantor sekretariat KRA “Kambojo” berdasarkan rekomendasi dari KPMP Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta. Dari kunjungan itu, peng gurus KRA “Kambojo” menawarkan diri untuk membantu dalam pembentukan KRA di Kampung Bumijo. Penggurus KRA “Kambojo” memberikan bantuan dalam bentuk pemberian outbound kepada anak-anak di Kampung Bumijo. Setelah berdiskusi bersama, pihak penggurus RW Kampung Bumijo menerima tawaran tersebut dengan baik. Akhirnya pada bulan Desember tepatnya tanggal 20 para pemuda menjadi trainer dalam kegiatan outbound anak-anak Kampung Bumijo di Minggiran, Kabupaten Kulonprogo. Sebelumnya pemuda telah berlatih bersama mempersiapkan konsep outbound untuk anak-anak Kampung Bumijo. Saat menjadi trainer outboud, pemuda di dampingi oleh beberapa penggurus RW dan tokoh masyarakat. 104 Selain itu, tokoh masyarakat memberikan motivasi agar para pemuda dapat percaya diri dalam memberikan outbound. Secara ringkas kegiatan-kegiatan dalam program kampung ramah anak “Kambojo” dapat di lihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 6. Kegiatan- kegiatan dalam program KRA “Kambojo” No Klaster Sub Kegiatan 1 Klaster perlindungan khusus Sosialisasi kampung ramah anak Plangisasi slogan dan budaya kampung ramah anak Perbaikan lingkungan Penyuluhan NAPZA 2 Klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang Belajar bersama Pembuatan mading Pelatihan Tari Pendidikan untuk Anak Usia Dini PAUD Tempat Pendidikan Al-Quran TPA Olahraga 3 Klaster hak sipil dan kebebasan Pendataan anak Pengadaan forum anak Pertemuan rutin bersama penggurus RW. 4 Klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan Posyandu Pengecekan jentik nyamuk Sosialisasi reproduksi untuk remaja. 5 Klaster lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif Bina Keluarga Balita BKB 6 Kegiatan outdoor Launching KRA Pentas seni Musrengbangkel Peringatan hari-hari besar nasional Perayaan ulang tahun KRA Trainer outbound. 105 3 Evaluasi Pemuda bersama penggurus RW dan tokoh masyarakat RW 05 mengadakan kegiatan evaluasi setelah pelaksanaan kegiatan selesai. Kegiatan evaluasi mempunyai tujuan untuk saling memberikan masukan dari pelaksanaan kegiatan yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi kegiatan kampung ramah anak “kambojo” ini untuk melihat kekurangan saat pelaksanaan kegiatan. Kekurangan tersebut akan mendapatkan masukan-masukan dari sesama penggurus KRA maupun penggurus RW dan tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil wawan cara “IN” mengatakan bahwa : “...nah biasanya habis pelaksanaan kegiatan itu kita evaluasi bareng-bareng mbak. Trus kita juga dapat masukan-masukan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat. jadi biar gak ngulangi kesalahan yang sama saat melaksanakan suatu kegiatan”. Ungkapan senada dilontarkan oleh “BM” bahwa : “...kalau di pertemuan rutin RW itu kami juga saling mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksana mbak. Jadi antara penggurus KRA dan penggurus RW saling memberi masukan satu sama lain”. Hal lain juga diungkapkan oleh Bapak “SR” bahwa : “Salah satu tujuan kami mengundang pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” di pertemuan rutin itu selain menyampaikan aspirasi, ya untuk mengadakan evaluasi dari kegiatan yang telah selesai dilaksanakan mbak. Jadi bisa sama sama belajar membe rikan masukan”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, kegiatan evaluasi selain dilaksanakan langsung selesai kegiatan juga dilakukan di saat pertemuan rutin penggurus RW 05. Evaluasi ini dilakukan dengan 106 saling memberikan masukan-masukan untuk perbaikan di kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” yang belum terlaksana. 4 Pendampingan Kegiatan pendampingan merupakan salah satu tahapan yang tidak dapat terlepas dari penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak. Kegiatan pendampingan ini dilakukan oleh penggurus RW maupun tokoh masyarakat di RW 05. Penggurus RW maupun tokoh masyarakat melakukan beberapa hal dalam kegiatan pendampingan. Di mulai dari koordinasi di awal perencanaan kegiatan hingga pemantauan yang dilakukan saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak di RW 05. Di bawah ini merupakan penjelasan dari bentuk kegiatan pendampingan: a Konsultasi Konsultasi merupakan tahapan pertama dalam kegiatan pendampingan dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak. Kegiatan konsultas i di KRA “Kambojo” ini dilakukan dengan melakukan pertemuan dengan para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Konsultasi sering dilakukan para penggurus KRA “Kambojo” dengan mengunjungi rumah para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat yang bersangkutan. 107 Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Biasanya pemuda pemuda yang jadi penggurus itu datang ke rumah mbak, nah... mereka menyampaikan usulan kegiatan dan meminta kami untuk memberikan saran selain itu mereka juga bercerita tentang hambatan -hambatan yang mereka hadapi. Setelah itu mereka meminta pertimbangan mengenai kegiatan yang akan mereka laksanakan untuk anak anak.” Senada dengan yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Jadi kita main ke rumah beberapa penggurus dan tokoh masyarakat yang bisa kami mintai pertimbangan mbak. Nah dari situ kami dapat masukan masukan juga” Seperti yang diungkapkan pula oleh “PR” bahwa : “Kalau gak datang ke rumah yang bersangkutan ya waktu gak sengaja ketemu atau pas beliau para penggurus maupun tokoh lagi ada di kantor sekretariat giru mbak, trus kita minta i pendapat gitu” Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa kegiatan konsultasi dilakukan agar dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak mendapatkan persetujuan dan dukungan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat. Sehingga beberapa hambatan dari penggurus KRA “Kambojo” mendapatkan solusi dari penggurus RW serta tokoh masyarakat. Selain itu, agar penggurus KRA “Kambojo” dapat mengetahui bahwa kegiatan yang akan dilaksanakan sudah sesuai dengan kebutuhan anak- anak RW 05. 108 b Fasilitasi Kegiatan fasilitasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan konsultasi. Kegiatan ini sebagai salah satu cara untuk membantu penggurus KRA “Kambojo” menyelesaikan hambatan-hambatan dalam mewujudkan beberapa kegiatan kampung ramah anak. Kegiatan fasilitasi ini merupakan salah satu bentuk dukungan para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat agar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan lancar. Bentuk dari fasilitasi ini diantaranya yaitu dengan melibatkan para penggurus KRA “Kambojo” dalam pertemuan RW di setiap tanggal 5. Selain itu, dengan melakukan kegiatan forum anak untuk mempermudah para penggurus KRA “Kambojo” dalam mewujudkan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AT” bahwa : “Setelah para penggurus bercerita mengenai hambatan mereka nanti kami ajak mereka dalam pertemuan RW mbak. Agar hambatan yang mereka hadapi mendapatkan bantuan dari penggurus. Sebagai contoh, ketika para penggurus kekurangan dana untuk melakukan suatu kegiatan. Nanti kami share ke penggurus RW apakah ada anggaran untuk kegiatan tersebut, dll.” Selain itu Bapak “MY” mengungkapkan bahwa : “Kalau mereka ada masalah yang langsung saya beri solusi mbak. Misal, para penggurus bingung karena kurangnya SDM. Ya nanti kami adakan forum anak dan menawarkan kepada mereka siapa yang bisa membantu” Senada dengan yang disampaikan oleh “AN” bahwa : 109 “Kalau kita lagi ada masalah, para penggurus itu selalu tanggap dan langsung ngasih solusi kok mbak” Pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan fasilitasi merupakan salah satu kegiatan tindak lanjut dari penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat dalam menyelesaikan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh penggurus KRA “Kambojo” dalam mewujudkan kegiatan- kegiatan kampung ramah anak. Kegiatan fasilitasi dilakukan dengan mengundang penggurus KRA “Kambojo” dalam pertemuan RW dan mengadakan forum anak. Namun tidak menutup kemungkinan diadakan kegiatan-kegiatan lain yang tidak terencana. Seperti melakukan diskusi ringan di kantor sekretariat bersama koordinator kampung ramah anak. c Koordinasi Koordinasi merupakan salah satu tahapan dari kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh para penggurus RT dan RW serta tokoh masyarakat dengan para penggurus KRA “Kambojo”. Koordinasi ini bertujuan untuk menyamakan pemikiran antara penggurus RW serta penggurus KRA “Kambojo”. Sehingga dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai tujuannya. Kegiatan koordinasi ini dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak. 110 Koordinasi dimulai dengan penjelasan alur kegiatan dan pembagian tugas. Seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Sebelum kegiatan dimulai satu hari sebelumnya kami berkumpul bersama penggurus RW untuk membahas kegiatan di hari esok, kami menyampaikan alur kegiatan yang akan dilaksanakan dan membagi tugas – tugas mbak. Jadi biar nanti tidak ada miss comunication ” Selain itu “DM” juga mengungkapkan bahwa : “Kalau mau melaksanakan kegiatan itu kita koordinasi mbak sama para penggurus dan tokoh masyarakat yang aktif. Jadi disini kami bisa saling bagi tugas” Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “AT” bahwa: “Disini walaupun ide maupun tenaganya lebih kuat pemuda, tapi kami juga melakukan koordinasi agar kami dapat membantu semampu kami mbak” Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa koordinasi dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Kegiatan koordinasi ini dengan cara melakukan kumpul bersama penggurus RW. Sehingga dari kegiatan koordinasi ini diharapkan dapat mengurangi miss comunication antar penggurus RW maupun penggurus KRA “Kambojo”. d Pengawasan Kegiatan pengawasan ini menjadi salah satu tahapan terakhir dalam proses pendampingan penggurus KRA “Kambojo”. Penggurus RW dalam hal ini melakukan pengamatan selama kegiatan kampung ramah anak berlangsung. Namun tidak hanya mengamati saja, para penggurus RW 111 mempunyai konsep yaitu Tut Wuri Handayani. Yaitu salah satu konsep Ki Hadjar Dewantara yang dipegang teguh oleh para penggurus RW yang sudah menginjak usia dewasa akhir. Konsep dari Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dari belakang selalu mendorong dan memberi motivasi. Selain itu para penggurus memberikan contoh ketika berada di posisi depan seperti Ing Ngarsa Sung Tuladha. Dan menyamakan posisi sama dengan para penggurus KRA “Kambojo” ketika berada di tengah seperti Ing Madya Mangun Karsa. Seperti yang diutarakan oleh Bapak “AT” bahwa : “Sebagai orang tua kami menganut konsep nya ki hadjar mbak, jadi selain memberi motivasi kami juga berusaha memberi contoh yang baik dan selalu mendampingi mereka. Sehingga mereka akan mempunyai rasa tidak enak kepada yang lebih tua dan akan membuat mereka segan” Senada dengan yang diung kapkan oleh Bapak “YN” bahwa: “Jadi kami yang lebih tua itu tidak hanya menyuruh mbak tapi juga memberi contoh dan menyemangati mereka yang muda” Seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Tokoh masyarakat disini itu semangatnya luar biasa mbak,malah kita kalah kadang sama mereka. Nah dari itu, kami selalu belajar. Dan kalau mereka ngawasin itu mereka memposisikan sebagai kaum muda. Jadi kami pekewuh mbak” Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa pengawasan tidak hanya dilakukan dengan sebatas mengamati namun para penggurus RW juga melakukan aksi-aksi untuk membantu 112 penyelenggaraan dari kegiatan-kegiatan kampung ramah anak. Sehingga para penggurus KRA “Kambojo” khususnya pemuda mempunyai rasa segan. Selain itu juga bertujuan untuk menumbuhkan komitmen dan rasa memiliki terhadap kegiatan- kegiatan KRA “Kambojo”. Bentuk pendampingan dapat tergambar jelas dalam bagan di bawah ini : Bagan 3. Bentuk pendampingan program KRA “Kambojo”

c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Penyelenggaraan

K egiatan Kampung Ramah Anak “Kambojo” Program kampung ramah anak “Kambojo” ini merupakan salah satu program informal yang diperuntukan bagi anak-anak namun juga bertujuan sebagai salah satu upaya pemberdayaan untuk pemuda. Penyelenggaraan program kampung ra mah anak “Kambojo” tentu tidak dapat terlepas dari faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang dirasakan oleh penyelenggara program yaitu adanya partisipasi masyarakat yang tinggi. Partisipasi masyarakat yang tinggi terlihat dari dukungan masyarakat dalam berbagai kegiatan-kegiatan Sebelum Pelaksanaan Saat Pelaksanaan Konsultasi Fasilitasi Koordinasi Pengawasan 113 yang dilaksanakan. Bentuk dukungan masyarakat dapat dilihat dari kegiatan kampung ramah anak yang selalu dimeriahkan oleh masyarakat RW 05 karena semua masyarakat hadir dalam kegiatan kampung ramah anak. Misalnya keikutsertaan orangtua dalam kegiatan wajib kunjung museum yang hanya diperuntukan hanya bagi anak-anak. Bentuk dukungan dari masyarakat sangat beragam, mulai dari dukungan materi maupun non materi. Hal ini seperti yang dirasakan oleh Bapak “AT” selaku koordinator program kampung ramah anak. Beliau mengatakan bahwa : “Yang mendukung pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak itu, dukungan dari masyarakat mbak. Baik dalam bentuk materi maupun non materi. Masyarakat selalu menerima dengan baik kegiatan kegiatan dari kampung ramah anak. dan masyarakat selalu memeriahkan di tiap kegiatan. Bisa diliat di dokumentasi kegiatan- kegiatan kami mbak”. Selain itu berdasarkan hasil wawancara, lengkapnya sarana dan prasarana yang tersedia menjadi salah satu faktor pendukung. Hal ini diungkapkan oleh “DM” selaku penggurus yang menyatakan bahwa : “ Faktor pendukungnya itu dari kelengkapan sarpras yang dimiliki oleh KRA “Kambojo” mbak. Kami memiliki kantor sekretariat yang nyaman dan aman untuk tempat berdiskusi selain itu dilengkapi pula adanya koneksi internet, sehingga memudahkan kami untuk mencari informasi dan membantu anak – anak pula”. Faktor pendukung yang lain yaitu ide-ide kreatif yang dimiliki penggurus KRA “Kambojo” maupun penggurus RW 05. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa: “...ide-ide untuk tiap kegiatan juga menjadi faktor pendukung mbak. Biasanya kami mengemas kegiatan berawal dari ide yang sederhana namun kita buat berbeda dengan yang lain sehingga dapat menarik 114 perhatian anak-anak pada khususnya dan masyarakat RW 05 pada umumnya”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa faktor pendukung dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak antara lain adanya dukungan dari masyarakat baik materi maupun non materi, sarana dan prasarana yang memadai dan ide-ide kreatif dari penggurus KRA “Kambojo” maupun dari penggurus RW 05. Faktor penghambat program kampung ramah anak yang dirasakan oleh penggurus KRA “Kambojo” yaitu padatnya kegiatan anak-anak di luar lingkungan rumah. Padatnya kegiatan anak-anak membuat anak- anak lelah dan tidak mau untuk bersosialisasi di lingkungan RW 05. Sehingga sebagian anak-anak memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris KRA “Kambojo” bahwa : “Faktor penghambatnya ya kalau ada kegiatan-kegiatan belum tentu semua anak-anak mengikuti. Karena anak-anak kadang sudah capek dengan kegiatan yang ada di luar lingkungan RW 05. Jadi kalau diajak untuk berkumpul ada satu dua anak yang lebih memilih untuk beristirahat di rumah mbak”. Senada dengan yang diungkapkan “PR” bahwa: “Susahnya itu nentuin pelaksanaan kegiatan mbak, soalnya anak- anak disini itu ada yang kegiatannya banyak sekali di sekolah. Jadi sekalinya ada kegiatan KRA, mereka memilih untuk istirahat” Seperti yang diungkapkan pula oleh Bapak “SR” bahwa : “Penghambatnya sendiri itu ya anak-anaknya itu mbak, soalnya mereka itu banyak kegiatan juga disekolah dan di luar kampung. Jadi kalau saya liat itu, kadang yg aktif ya anak-a nak itu aja” 115 Berdasarkan hasil wawancara di atas maka faktor penghambat pelaksanaan program kampung ramah anak yaitu kesibukan anak-anak di luar lingkungan RW 05. Kegiatan anak di luar lingkungan RW 05 menyebabkan anak lelah. Sehingga sebagian anak-anak di RW 05 enggan untuk mengikuti kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Anak-anak lebih memilih untuk beristirahat di rumah. 2 Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” a. Alasan keterlibatan pemuda Pemuda adalah Warga Negara Indonesia WNI yang berusia 16 enam belas sampai 30 tiga puluh tahun. Masa muda sering diartikan sebagai masa remaja akhir. Masa muda merupakan masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa muda merupakan salah satu masa pencarian identitas. Artinya pemuda mulai mencari jati diri hingga perannya dalam masyarakat. Salah satu cara menunjukan identitasnya dalam masyarakat terlihat dari ketertarikan yang bermanfaat bagi diri pemuda tersebut. Di bawah ini merupakan alasan keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak yaitu : 1 Kesadaran Diri Para pemuda di RW 05 memiliki berbagai alasan keterlibatannya dalam program KRA “Kambojo” yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Alasan-alasan tersebut diantaranya yaitu kesadaran diri untuk lebih mandiri, kesadaran untuk lebih berani, 116 keinginan untuk mengasah bakat yang dimiliki dan keinginan untuk berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “...selain itu alasan saya mau jadi penggurus KRA itu biar saya lebih berani ngomong mbak karena saya itu pemalu dan saya ingin mempunyai prestasi melalui bakat yang saya miliki agar bisa mengharumkan RW 05” Selain itu “PR” mengungkapkan alasan terlibat dalam program KRA “Kambojo” dan menjadi penggurus bahwa : “...saya tidak mendapat dorongan dari siapapun. Saya terlibat karena berdasarkan niat saya untuk belajar dari program yang ada di RW 05. Saya yakin dengan menjadi penggurus KRA pasti saya bisa belajar menjadi orang yang mandiri”. Senada dengan yang diung kapkan oleh “YG” bahwa : “Dari saya sendiri yang pengen mbak. Pengen banyak belajar di masyarakat gitu. Pasti dapat banyak pengalaman nantinya” Berdasarkan pernyataan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa alasan keterlibatan pemuda dalam program K RA “Kambojo” berasal dari kesadaran diri masing-masing. Pemuda ingin belajar mengembangkan diri melalui program kampung ramah anak di RW 05. 2 Kesamaan Hobi Pemuda memiliki hobi yang sangat beragam diantaranya yaitu permainan dan olahraga, menari, membaca, hingga menonton film. Dari persamaan hobi antar pemuda menjadi alasan para pemuda untuk mau terlibat dalam penyelenggaraan KRA. 117 Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Saya mau menjadi penggurus KRA ya karena biar bisa mengembangkan hobi saya mbak. Kan nanti kalau ada teman penggurus yang mempunyai hobi sama bisa saling bertukar informasi” Ungkapan lain yang senada dari “IN” bahwa : “Saya itu hobinya ngaji mbak, trus ternyata banyak pula pemudi di RW 05 yang hobi ngaji juga. Jadinya saya seneng mbak punya temen yang hobi nya sama. Jadi kan bisa sama sama belajar” Selain itu “AN” mengungkapkan bahwa : “Bukan karna paksaan sih mbak, tapi karna saya itu suka sama anak anak dan ternyata banyak juga pemuda dan pemudi disini yg suka sama anak-anak kecil. Ya jadi kayak punya ketertarikan yang sama gitu lah mb” Berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa ketertarikan pemuda terhadap jenis kegiatan yang mereka sukai dan kuasai menjadi alasan keterlibatan mereka dalam program kampung ramah anak. Pemuda mempunyai harapan dengan keterlibatan mereka ke dalam program kampung ramah anak, pemuda dapat mengembangkan hobi yang mereka miliki. Karena mereka dapat saling bertukar informasi dengan penggurus KRA “Kambojo” yang lain. 3 Kepedulian Terhadap Masyarakat Pemuda selalu ingin menunjukan keberadaan dirinya dalam suatu lingkungan masyarakat. Sehingga bentuk kepedulian pemuda dalam masyarakat ini menunjukan upaya para pemuda untuk memperoleh kepopuleran di lingkungan masyarakatnya. Bentuk 118 kepedulian para pemuda di RW 05 antara lain menolong sesama, saling berdiskusi, hingga memberikan ide-ide untuk kegiatan RW 05 . Seperti yang diungkapkan oleh “PR” bahwa : “Alasan saya mau membantu dalam penyelenggaraan KRA itu ya ingin membuat maju RW 05 mbak. Selain itu biasanya kalau kita aktif di kampung itu nanti kita bisa di kenal oleh masyarakat satu RW”. Selain itu juga diungkapkan oleh “WL” bahwa : “Saya pengen berorganisasi di masyarakat mbak, biar ilmu dan pengalamannya juga nambah di masyarakat trus ya mbak selain itu juga pengen mbantu penggurus RW buat maju in RW 05” Senada dengan yang dituturkan oleh “PR” bahwa : “Kadang itu kalau liat RW lain lebih maju suka iri mbak, jadi kayak punya keinginan gitu maju in RW 05” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa minat sosial para pemuda di RW 05 menjadi salah satu alasan keterlibatan mereka dalam program kampung ramah a nak “Kambojo”. Pemuda mempunyai tujuan untuk membuat maju RW 05 dan pemuda menginginkan dirinya mendapatkan pengakuan oleh seluruh masyarakat di RW 05. 4 Batu Loncatan dalam Melanjutkan Pendidikan Alasan keterlibatan pemuda RW 05 dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu ketertarikan mereka pada dunia pendidikan. Pemuda berpikir bahwa dengan terlibatnya mereka dalam p rogram kampung ramah anak “Kambojo” dapat menjadi batu loncatan dalam memilih jenjang pendidikan selanjutnya, karena 119 pemuda dapat memperoleh banyak informasi mengenai pendidikan. Informasi-informasi pendidikan itu pemuda peroleh antar penggurus KRA “Kambojo” maupun dari penggurus RW 05 dan tokoh masyarakat. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “....alasan lain saya mau jadi penggurus KRA “Kambojo” itu biar saya bisa mendapat semangat untuk terus melanjutkan pendidikan saya mbak. Karena saya akan mendapatkan informasi dan masukan tentang pendidikan baik dari rekan penggurus maupun penggurus RW dan tokoh masyarakat. Jadi saya lebih siap dan matang tiap akan melanjutkan pendidikan” Seperti yang diun gkapkan pula oleh “PR” bahwa : “Saya mau jadi penggurus biar saya bisa terus semangat untuk melanjutkan sekolah mbak. Karena lingkungan itu pasti berpengaruh ke semangat belajar saya” Selain itu, “AR” juga menambahkan bahwa : “Saya itu sekarang bekerja mbak, tapi sesungguhnya saya itu pengen melanjutkan pendidikan. Nah dari KRA itu saya yakin kalau saya akan mendapatkan banyak info tentang kuliah” Berdasarkan dua pernyataan diatas dapat dipahami bahwa pendidikan menjadi alasan pemuda terlibat menjadi penggurus KRA “Kambojo”. Pemuda yakin bahwa dengan ikut penyelenggaraan program KRA “Kambojo” dapat menjadi batu loncatan mereka dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan. 5 Kesiapan Kerja Pekerjaan menjadi sumber pikiran bagi sebagian besar pemuda. Pemuda mula berpikir antara pekerjaan yang dicita-citakan dan pekerjaan yang lebih disukai. Dengan ikut terlibat dalam penyelenggaraan program KRA “Kambojo” menjadi alasan pemuda 120 untuk mengisi masa tunggu kerja. Saat masa tunggu kerja, pemuda belajar memantapkan pekerjaan apa yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Karena terlibatnya pemuda dalam penyelenggaraan program KRA “Kambojo” penggurus KRA sebaya maupun yang lebih tua akan memberikan penilaian mengenai karateristik pemuda dan potensi yang dimiliki. Sehingga pemuda dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara, ”DM” mengungkapkan bahwa: “Kan saya ikut sudah dari dulu mbak, saya baru kepikiran setelah saya lulus itu. KRA bisa mengisi waktu luangsaya dan dengan saya ikut jadi penggurus KRA kan saya jadi mendapat masukan pekerjaan apa yang kelak sesuai untuk saya. Dan saya yakin dari KRA nanti akan menambah relasi saya untuk masuk ke dunia kerja” Selain itu, “AR” juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa : “Biar kalau mau kerja itu dapet gambaran dan pengalaman dari sesepuh di RW 05 mbak. Siapa tau dapet relasi kerja” Ungkapan lain dari “AN” yaitu bahwa : “Ini kan saya masih kuliah ya mbak, nah kalau dapet relasi dari pengalaman organisasi di KRA kan lumayan” Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa minat pekerjaan menjadi salah satu alasan keterlibatan pemuda untuk menjadi penggurus KRA. Karena nantinya pemuda menjadi lebih yakin dan siap dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat dan potensi yang pemuda milik. Dan tidak menutup kemungkinan memudahkan mereka dalam mencari pekerjaan karena dari penyelenggraan program KRA “Kambojo” pemuda mendapatkan relasi kerja. 121 6 Sebagai Bentuk Ibadah Pemuda yang mulai masa dewasa mulai belajar untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, pemuda memiliki ketertarikan pada agama dan mulai menganggap agama berperan penting dalam kehidupan. Hal itu menjadi alasan pemuda RW 05 menjadi penggurus KRA “Kambojo”. Pemuda menganggap bahwa yang akan mereka lakukan untuk lingkungan RW 05 bersifat ibadah. Seperti yang diungkapkan oleh “DM” bahwa : “Alasan saya mau menjadi penggurus KRA ya berasal dari diri saya sendiri karena semua yang saya lakukan untuk program KRA itu sebagai salah satu bentuk ibadah. Sehingga tidak ada alasan lain selain ibadah. Jika nanti banyak manfaat yang akan saya peroleh, maka itu menjadi bonus. Senada dengan yang diungkapkan oleh “IN” bahwa : “Ya itung itung juga buat celengan di akhirat mbak” Ungkapan lain datang dari “YG” bahwa : “Kalau saya itu sama sekali tidak dipaksa mbak. Tapi dari sayanya sendiri, semacam jadi bentuk ibadah saya untuk masyarakat RW 05” Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dipahami bahwa alasan pemuda mau menjadi penggurus KRA “Kambojo adalah sebagai bentuk ibadah pemuda tersebut. Manfaat yang akan pemuda peroleh menjadi salah satu bonus dari ibadah yang mereka lakukan. Oleh karena itu, minat pemuda pada agama menjadi alasan keterlibatan pemuda dalam program KRA “Kambojo”. 122

b. Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung Ramah Anak

“Kambojo” Program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan salah satu program dari Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan Kota Layak Anak. Program kampung ramah anak ini bertujuan untuk memenuhi hak-hak anak. Namun, berdasarkan hasil wawancara Bapak “AT” mengungkapkan bahwa : “Selain kami ingin menciptakan lingkungan RW 05 yang ramah terhadap anak dan terpenuhinya hak-hak anak, kami mempunyai tujuan untuk mengembangkan potensi pemuda supaya lebih berdaya di masyarakat mbak. Agar mereka memiliki kegiatan yang postif dan bermanfaat bagi mereka kelak. Kami para penggurus juga berharap mereka dapat menjadi generasi penerus kami untuk memajukan RW 05” Sehingga berdasarkan pernyataan diatas dapat dipahami bahwa program kampung ramah anak “Kambojo” tidak hanya bertujuan untuk memenuhi hak-hak anak tetapi program kampung ramah anak “Kambojo” ini mempunyai tujuan untuk memberdayakan pemuda dan pemudi di RW 05. Seperti yang dijelaskan di Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 13 Tahun 2010 tentang petunjuk teknis KabupatenKota Layak Anak bahwa : “Dalam pengembangan DesaKelurahan Layak Anak adalah pembentukan Tim Kerja atau Gugus Tugas. Tim kerja atau gugus tugas yaitu terdiri atas aparat desakelurahan, pengurus RTRW, guru, tenaga kesehatan, tim Penggerak PKK desakelurahan, aparat keamanan, tokoh pemuda, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh agama, dunia usaha dan perwakilan anak, serta pihak lain yang dianggap perlu”. 123 Oleh karena itu, dari peraturan tersebut masyarakat RW 05 dalam menyelenggarakan program kampung ramah anak ini tidak hanya penggurus RW saja, namun pemuda dan pemudi juga terlibat dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak. Masa muda merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga keterlibatan pemuda dan pemudi dalam penyelenggaraan program kampung ramah anak menjadi salah satu upaya para pemuda dan pemudi mencari identitas dirinya. Pencarian identitas diri para pemuda terlihat dari alasan keterlibatan yang telah dijelaskan di poin sebelumnya. Keterlibatan pemuda RW 05 dalam program kampung ramah anak dapat dilihat dari tiap tahapan penyelenggaraan program kampung ramah anak “Kambojo”. Di bawah ini merupakan bentuk keterlibatan pemuda dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga pengembangan yaitu : 1 Analisis Kebutuhan dan Penyusun Rencana Kegiatan Kegiatan perencanaan merupakan tahap awal dalam menyelenggarakan suatu program. Untuk mencapai tujuan dari suatu program diperlukan perencanaan yang matang. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa tujuan dari program kampung ramah anak “Kambojo” di RW 05 yaitu untuk menciptakan lingkungan RW 05 yang ramah terhadap anak dan memenuhi hak-hak anak. Sehingga para pemuda dibersamai dengan penggurus RW dan tokoh masyarakat melakukan tahap perencanaan yang dimulai 124 dengan kegiatan analisis kebutuhan anak. Seperti yang diungkapkan oleh “IN” bahwa : “Saya dan teman – teman melakukan pendataan awal anak – anak di RW 05 mbak. Di tiap RT memilki satu penggurus yang menjadi penanggung jawab kegiatan pendataan. Nah pas pendataan itu, kami sekaligus menanyakan minat dan hobi masing – masing anak itu”. Ungkapan senada juga dilontarkan oleh “BM” selaku ketua forum anak bahwa : “Cara kita tahu kebutuhan mereka itu dari data yang kami ambil mbak, soalnya saat pendataan kita menanyakan minat dan hobi mereka. Selain itu, kami bertanya ada kesulitan- kesulitan dalam belajar atau tidak. Nah data data itu kami kumpulkan, kami melakukan kegiatan forum anak untuk mendengarkan aspirasi anak - anak”. Hal lain disampaikan oleh “ID” selaku anak-anak di RW 05 bahwa: “Mbak sama mas nya itu dulu datang ke rumah mbak. Trus tanya tanya tentang hobi saya, umur saya, saya kelas berapa. Oh iya di tanya i juga ada kesulitan dalam belajar apa enggak gitu”. Berdasarkah hasil wawancara, proses keterlibatan yang dilakukan oleh pemuda dalam proses perencanaan yaitu terlibat dalam menganalisis kebutuhan dan penyusunan rencana kegiatan. Kegiatan analisis kebutuhan di awali dengan melakukan pendataan. Pendataan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui data anak- anak di RW 05 berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, minat dan hobi. Selain itu, pendataan juga bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi anak-anak dalam belajar. 125 Setelah semua data anak-anak di RW 05 terkumpul, penggurus KRA mengadakan kegiatan forum anak untuk mendengarkan aspirasi anak-anak RW 05. Sehingga kegiatan pendataan anak dan kegiatan forum anak, merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan penggurus KRA untuk melakukan identifikasi kebutuhan anak- anak di RW 05. Setelah itu, penggurus KRA menyusun kegiatan- kegiatan berdasarkan data anak-anak dan aspirasi yang disampaikan di forum anak. Kegiatan yang direncanakan tidak hanya untuk satu kali pelaksanaan namun juga kegiatan rutin dan kegiatan pengembangan. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan berdasarkan data anak dan aspirasi anak-anak kemudian di diskusikan bersama para penggurus RW dalam pertemuan rutin penggurus RW. Hal itu dilakukan penggurus KRA agar kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan mendapatkan dukungan dan masukan dari penggurus RW. Sehingga penggurus KRA dengan mudah melakukan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan nantinya. 2 Motor Penggerak dalam Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan-kegiatan yang telah di rencanakan dan mendapatkan dukungan dari penggurus RW juga dibekali oleh dana bantuan dari KPMP Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan. Dana bantuan dari KPMP tersebut merupakan dana awal yang didapatkan penggurus KRA “Kambojo” untuk melaksanakan 126 kegiatan-kegiat an kampung ramah anak “Kambojo”. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa : “Kegiatan-kegiatan di KRA kambojo itu dilaksanakan menggunakan dana yang dari bantuan KPMP itu mbak. Itu jadi dana awal yang dimiliki KRA “Kambojo” untuk merealisasikan kegiatan- kegiatan” Ungkapan senada di lo ntarkan oleh “DM” salah satu pemuda yang menjadi koordinator klaster pendidikan dan pemanfaatan waktu luang bahwa : “Jadi kegiatan yang sudah kami rencakan itu dilaksanakan dengan menggunakan dana bantuan dari KPMP yang kami sudah kami dapat mbak. Selain untuk melakukan kegiatan, dana itu kami gunakan untuk pelengkapan fasilitas di kantor sekretariat. Dana itu kami gunakan untuk merealisasikan rencana kegiatan kam i baik fisik maupun non fisik” Hal itu juga disampaikan oleh “PR” selaku koordinator komisi di forum anak bahwa : “Ya mbak, kami menggunakan dana dari KPMP untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk anak-anak maupun untuk menciptakan lingkungan RW 05 yang ramah anak”. Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” baik itu kegiatan fisik untuk penciptaan lingkungan ramah anak maupun kegiatan non fisik untuk pemenuhan hak anak menggunakan dana bantuan dari KPMP Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta. Dana bantuan tersebut menjadi sumber utama dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Selain untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan, dana tersebut digunakan 127 untuk melengkapi fasilitas yang dapat mendukung penyelenggaraan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”, pemuda sebagai penggurus KRA “Kambojo” selain merencanakan kegiatan juga sebagai motor penggerak dalam pelaksanaan kegiatan- kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Pemuda sebagai pelaksana dari konsep yang telah disusun dalam tahap perencanaan. Sehingga pemuda yang mengatur jalannya kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. Sasaran dari kegiatan- kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” ini tidak lain adalah anak-anak di lingkungan RW 05. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” bahwa : “ Selain membuat konsep kegiatan, pemuda juga menjadi penggerak dari konsep kegiatan itu mbak. Mereka yang mengatur alur kegiatan saat pelaksanaan kegiatan itu. Misalnya mulai dari ngatur anak-anak, memberi petunjuk pada anak- anak, bahkan sampai penyampaian makna dari kegiatan yang dilaksanakan tersebut”. Ungkapan yang menambahkan pern yataan diatas dari “BM” bahwa “...Yang menjadi penggerak dari kegiatan - kegiatan yang sudah kami rencanakan ya kami sendiri mbak. Misalnya kayak ka mi yang jadi MC, pemandu dll”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, pemuda dalam pelaksanaan kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” sebagai motor penggerak dari kegiatan. Pemuda mengatur alur kegiatan yang telah mereka rencanakan. Pemuda melakukan pembagian 128 kerja dengan pemuda lain yang menjadi penggurus KRA “Kambojo”. Pembagian kerja itu seperti menjadi pembawa acara, pemandu, dokumentasi, perlengkapan, konsumsi, dan humas. Di samping itu, pemuda melakukan koordinasi dengan para penggurus yang lebih tua yang merangkap menjadi penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Koordinasi di lakukan agar mendapatkan dukungan di setiap tindakan yang pemuda lakukan untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan untuk anak-anak RW 05. 3 Evaluasi Kegiatan Pemuda ikut melakukan kegiatan evaluasi kegiatan KRA. kegiatan evaluasi ini biasanya dilakukan saat perkumpulan rutin penggurus RW 05. Kegiatan evaluasi mempunyai tujuan untuk saling memberikan masukan dari pelaksanaan kegiatan yang telah selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil wawan cara “AN” mengatakan bahwa : “Kita juga iku ngevaluasi lho mbak bareng sama penggurus RW dan tokoh masyarakat. jadi biar gak ngulangi kesalahan yang sama saat melaksanakan suatu kegiatan”. Ungkapan senada dilontarkan oleh “BM” bahwa : “...kalau di pertemuan rutin RW itu kami juga saling mengevaluasi entah itu kegiatannya ataupun kita sebagai penggerak kegiatannya itu mbak. Jadi kita bisa saling memberi masukan satu sama lain ”. Selain itu “WL” memperkuat dengan ungkapan bahwa : “Kita juga ikut jadi pengevaluasi kegiatan mbak” 129 Berdasarkan hasil wawancara diatas, pemuda juga terlibat dalam kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan saling memberikan masukan-masukan untuk perbaikan kegiatan maupun antar sesama pemuda yang menjadi penggerak dari kegiatan kampung ramah anak “Kambojo”. 4 Pengembangan Kegiatan Pengembangan program kampung ramah anak “Kambojo” dilakukan di tahun kedua setelah berdirinya program kampung ramah anak “Kambojo” di RW 05. Kegiatan pengembangan program ini dengan melakukan pengajuan dana untuk pengembangan KRA “Kambojo” ke KPMP Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta. Keterlibatan pemuda dalam pengembangan program KRA “Kambojo” yaitu seperti pembuatan proposal pengajuan dana pengembangan, perencanaan hingga evaluasi program pengembangan kegiatan- kegiatan KRA “Kambojo”, perbaikan dan pelengkapan fasilitas yang dimilki KRA “Kambojo”, hingga pembuatan laporan pertanggungjawaban kepada KPMP Kementerian Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan Kota Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan Bapak “AT” bahwa : “Di tahun kedua kami mengajukan dana pengembangan untuk KRA “Kambojo” ke KPMP lagi mbak. Mulai dari pembuatan proposal, pelaksanaan kegiatan pengembangan sampai pembuatan lpj pemuda terlibat. Kami yang lebih tua hanya bermain di belakang layar”. 130 Hal lain seperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” selaku tokoh masyarakat bahwa : “Kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh para pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” itu semakin kreatif dan kegiatan nya mulai ada yang diadakan keluar kampung. Jadi semakin mengharumkan nama kampung” Selain itu, “BM” selaku pemuda mengungkapkan bahwa : “Kegiatan pengembangan dari program KRA memang tidak sebanyak kegiatan di tahun tahun awal mbak, karena mengingat dana yang kami dapatkan tidak banyak dari saat pertama kami mendapatkan. Namun di kegiatan pengembangan ini kami berani bekerja sama dengan dinas pendidikan dan dinas pariwisata untuk mengadakan kegiatan di luar RW 05. Selain itu, kami banyak berpartisipasi dalam acara-acara yang diadakan baik kelurahan, kecamatan maupun kota. Yang terakhir kemarin kami menjadi trainer outbound untuk pembentukan KRA di Bumijo”. Berdasarkan pernyataan hasil wawancara tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan pemuda dalam kegiatan pengembangan di mulai dari pembuatan proposal dana untuk pengembangan KRA “Kambojo”, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi kegiatan pengembangan KRA “Kambojo” dan pembuatan laporan pertanggungjawaban dana maupun kegiatan ke pihak pihak yang bekerja sama dengan KRA “Kambojo”. Bentuk kegiatan yang bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintahan yaitu seperti penyuluhan NAPZA bekerjasama dengan BNN Badan Narkotika Nasional, wajib kunjung museum sebagai peringatan ulang tahun ketiga KRA “Kambojo” yang bekerjasama dengan dinas pendidikan dan kebudayaan serta dinas pariwisata Kota 131 Yogyakarta. Selain itu, KRA “Kambojo” ikut berpartisipasi dalam mengisi acara sekaten yang diadakan di alun-alun Kota Yogyakarta, mengikuti lomba cerdas cermat tingkat kecamatan dan mendapatkan juara pertama. Kegiatan pengembangan yang baru saja dilaksanakan yaitu penggurus KRA “Kambojo” menjadi trainer outbound dalam pembentukan KRA di bumijo. Sebelumnya pemuda telah mempersiapkan diri untuk menjadi trainer outbound, karena pemuda telah mendapatkan banyak arahan dan motivasi dari para penggurus RW dan tokoh masyarakat di RW 05. Dengan demikian, pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak dapat digambarkan secara ringkas melalui bagan di bawah ini : Bagan 4 . Pemberdayaan pemuda melalui program KRA “Kambojo” Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Pengembangan Analisis Kebutuhan dan Penyusun Rencana Kegiatan Motor Penggerak Memandu jalannya kegiatan Memberikan masukan untuk perbaikan kegiatan KRA Melakukan kerjasama dengan lembaga dan instansi untuk melakukan kegiatan 132

c. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Keterlibatan Pemuda

Dalam Program Kampung Ramah Anak “Kambojo” Keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo” merupakan salah satu upaya pemberdayaan untuk pemuda di RW 05. Para pemuda di RW 05 memiliki beragam potensi. Potensi- potensi positif yang dimilki oleh masing-masing pemuda menjadi ciri khas dari pemuda di RW 05. Dalam upaya pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” terdapat faktor pendukung dan penghambat keterlibatan pemuda dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung dan faktor penghambat tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan. Kesadaran diri para pemuda menjadi faktor pendukung dalam keterlibatan pemuda di program kampung ramah anak “Kambojo”. Seperti yang diungkapkan “YG” selaku bendahara komisi forum anak bahwa : “Saya menerima ajakan dari penggurus RW untuk ikut terlibat dalam penyelenggaraan program KRA bukan karena paksaan dari orang lain mbak tetapi itu kesadaran dari dalam diri saya. Saya ingin mencari pengalaman berorganisasi di masyarakat” Hal lain diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris gugus tugas kampung ramah anak “Kambojo” bahwa : “ Apa ya semacam panggilan hati sih mbak. Jadi bukan karena paksaan dari siapapun saya mau terlibat tetapi ya dari kesadaran saya sendiri. Karna apa yaaa..saya ingin belajar dari pengalaman yang nanti pasti akan saya dapatkan di KRA. Jadi ya saya semangat semangat aja ditawari oleh penggurus untuk terlibat dalam program KRA”. 133 Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Hal itu seperti yang diungkapkan ol eh “YG” selaku ketua forum anak bahwa : “Penggurus RW 05 itu banyak yang mendukung mbak kalau pemuda nya itu terlibat karena mereka ingin melihat pemuda RW 05 semua aktif. Trus dukungannya itu keliatan sikap masyarakat yang ikut membantu memberikan dana untuk pelaksanaan kegiatan KRA”. “YN” selaku tokoh masyarakat juga mengungkapkan hal serupa bahwa : “Menurut saya yang menjadi pendukung pemuda terlibat itu salah satunya dukungan yang kuat dari penggurus RW dan tokoh masyarakatnya sendiri mbak. Kami selalu memberikan banyak kepercayaan kepada para pemuda. Dan kami yakin bahwa pemuda RW 05 mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, faktor pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo” yaitu kesadaran diri dari para pemuda RW 05. Kesadaran diri para pemuda RW 05 terlihat dari alasan dan semangat pemuda untuk ikut terlibat dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Pemuda memiliki semangat yang tinggi karena yakin bahwa keterlibatannya nanti akan membawa banyak manfaat bagi dirinya. Selain itu, adanya dukungan dari penggurus RW dan tokoh masyarakat menjadi pendukung keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Hal itu terlihat dari dukungan dalam bentuk fisik maupun non fisik dari masyarakat baik pendatang maupun warga kampung asli. Masyarakat 134 sering memberikan nasehat akan pentingnya berorganisasi dan memberikan motivasi kepada pemuda dengan meyakinkan bahwa pemuda di RW 05 memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Bahkan ada salah satu tokoh masyarakat yang mempunyai mimpi bahwa kelak akan ada pemuda RW 05 yang menjadi pejabat negara. Di samping faktor pendukung, kesibukan pemuda di luar lingkungan RW 05 menjadi faktor penghambat keterlibatan pemuda dalam program kampung ramah anak “Kambojo”. Sehingga waktu luang yang dimiliki pemuda berbeda-beda. Perbedaan waktu luang tersebut mengakibatkan adanya kesulitan dalam menentukan kegiatan kumpul untuk melakukan koordinasi kegiatan. Selain itu belum berjalannya tugas dan peran masing-masing penggurus KRA “Kambojo”. Oleh karena itu, terlihat hanya beberapa penggurus yang terlibat dalam perencanaan kegiatan kampung ramah anak. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “AT” selaku tokoh masyarakat bahwa : “Faktor penghambatnya ya waktu luang yang dimiliki para penggurus KRA itu beda beda mbak. Lalu masih ada yang belum menjalankan tugas dan peran nya sesuai dengan struktur kepenggurusan. Jadi dalam perencanaan kegiatan itu terkesan nya orang – orang itu saja”. Senada dengan yan g diungkapkan oleh “DM” bahwa : “ Gimana ya mbak kadang saya itu belum bisa membagi waktu antara kegiatan di kampus dan di KRA. Pun juga teman teman mbak. Jadi kadang kami kesusahan menyamakan waktu luang” Diperkuat dengan ungkapan “WL” bahwa : 135 “ Kegiatan selain KRA juga banyak e mbak, trus juga saya ikut les dan ada tambahan di sekolah jadi kadang saya sering ijin tidak ikut kumpul KRA” Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka faktor penghambat program yaitu adanya perbedaan waktu luang penggurus KRA “Kambojo”. Sehingga mengakibatkan pemuda belum bisa maksimal dalam menjalankan tugas dan peran penggurus KRA “Kambojo”.

d. Dampak Pemberdayaan Pemuda melalui Program Kampung

Ramah Anak “Kambojo” Pada dasarnya kegiatan pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan tingkat keberdayaan masyarakat. Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan yang belum berdaya menjadi berdaya dan yang sudah berdaya menjadi lebih berdaya. Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” memilki dampak positif bagi pemuda pemudi di RW 05, Kampung Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Kegiatan pemberdayaan erat kaitannya dengan pendidikan kecakapan hidup. Oleh karena itu, dampak yang dirasakan oleh pemuda pemudi RW 05 antara lain mencakup kecakapan personal, akademik, vokasional dan sosial. Berikut penjelasan dari masing-masing dampak yang mencakup empat kecakapan : 1 Kecakapan Personal Pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” telah memberi dampak positif untuk pemuda pemudi 136 RW 05 dalam kecakapan personal. Dalam hal memahami potensi dan minat, hal itu dibuktikan dengan ungkapan Bapak “MY” bahwa : “Kalau dilihat itu banyak pemuda yang tau apa potensi yang dimiliki dan lebih tertarik di bidang apa gitu mbak. Soalnya saya sering memperhatikan saat pembagian tugas di kegiatan KRA” Ungkapan senada juga dilontarkan oleh Bapak “AT” bahwa : “Sekarang mereka tau mbak apa yang mereka pengen dan kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan pengen e itu”. “YG” pemuda sebagai penggurus KRA mengutarakan bahwa : “Semakin banyak pengalaman yang saya dapat di KRA itu membuat saya semakin mengenali potensi yang saya miliki mbak. Trus juga saya sekarang lebih tertarik pada hal hal yang berbau sosial dan agama” Selain itu, pemuda pemudi RW 05 yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” mempunyai sikap yang lebih berani dan mandiri. Sikap lebih berani disini dalam hal yang positif seperti lebih berani dalam mengutarakan pendapat-pendapatnya. Seperti yang diungkapkan Bapak “YN” bahwa : “Pemuda pemudi disini itu ya mbak sekarang tidak malu malu lagi buat ngomong pendapat mereka. Kalau pas ikut pertemuan RW itu mereka ikut memberi masukan pula untuk kegiatan – kegiatan RW”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Saya itu dulu orangnya pemalu mbak, sekarang saya tambah lebih berani ngomong dengan orang lain dan mengutarakan pendapat saya. Malah saya kadang bercandaan sama yang lebih tua biar lebih akrab. Trus saya itu kuliah sembari bekerja mbak jadi bisa nambah uang jajan”. 137 Pemuda dan pemudi lebih tanggap dan tenang menghadapi masalah yang ada di sekitar. Seperti yang diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Saya suka ikut nimbrung mbak kalau misal ada suatu masalah di KRA. Saya juga ngasih solusi solusi mbak gak cuma diem kok”. Ungkapan senada juga dilontarkan ol eh Bapak “SR” bahwa: “Kalau ada masalah di KRA itu ya mbak misalnya, mereka gak pernah terlihat kemrungsung. Mereka selalu tenang menghadapinya”. Berdasarkan hasil wawancara, dampak positif dapat dilihat dari kecakapan personal yang dimiliki pemuda dan pemudi RW 05. Kecakapan personal yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi di RW 05 antara lain dalam hal pemahaman potensi yang dimiliki dan minat atau ketertarikan diri, memiliki keberanian dan kemandirian serta peningkatan pemecahan masalah yang rasional. 2 Kecakapan Akademik Kecakapan akademik merupakan kecakapan yang berkaitan dengan pengetahuan dan wawasan. Dalam hal ini, pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” memiliki dampak dalam kecakapan akademik seperti menambah pengetahuan pemuda khususnya mengenai kampung ramah anak. seperti yang diungkapkan oleh “PR” bahwa : “Dulu saya bener bener gak paham mbak apa itu KRA, sekarang saya jadi lebih paham dan kalau ditanya i temen temen di kuliah saya bisa menjelaskan dan berbagi pengalaman y ang saya dapat di KRA”. 138 Ungkapan senada dilontarkan oleh Bapak “SR” bahwa : “Yang tahu dulu mengenai KRA itu yang sepuh mbak tapi sekarang yang lebih paham mengenai KRA itu ya si pemuda pemudi”. Selain menambah pengetahuan pemuda dan pemudi khususnya mengenai program kampung ramah anak. Dampak positif dalam kecakapan akademik yaitu bertambahnya wawasan pemuda mengenai cara berorganisasi di masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh “AN” selaku sekretaris bahwa: “Sekarang saya jadi paham mbak cara berorganisasi di masyarakat yang baik itu seperti ini seperti itu. Karena senengnya saya berorganisasi di kampung saya lebih memprioritaskan organisasi di kampung”. Senada dengan yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Dulu itu saya anti ikut organisasi mbak. Saya males sibuk sibuk. Tetapi sekarang saya tau bahwa berorganisasi itu memberikan banyak manfaat bagi diri saya. Dan saya paham bagaimana berorganisasi di masyarakat itu harus menjunjung tinggi budaya di lingkungan itu”. Hal lain diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Kalau dilihat ya mbak ya, pemuda pemudi itu jadi bertambah wawasan nya mengenai organisasi di masyarakat. Mereka semakin paham cara cara berorganisasi yang baik di masyarakat seperti apa”. Selain itu, pemberdayaan pemuda juga berdampak pada segi pendidikan. Pemuda pemudi memiliki sikap kompetisi yang tinggi dalam berprestasi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “MY” bahwa : “Itu lho mbak, pemuda pemudi itu rasa kompetisi untuk berprestasi itu kelihatan banget. Sekarang ada yang masuk ke 139 sekolah favorite, banyak yang melanjutkan untuk kuliah, dan banyak yang berprestasi di sekolah maupun di kuliah. Ada pemudi di RT 15 yang mengikuti lomba sampe ke luar negeri juga”. “YG” sebagai pemuda yang menjadi penggurus KRA “Kambojo” mengungkapkan bahwa : “Selain dukungan dari orang tua saya untuk melanjutkan kuliah, itu mbak saya juga emang niat dari dalam diri dan saya yakin kalau teman-teman saya bisa untuk kuliah ya saya pasti bisa. Jadi itu yang jadi semangat saya untuk berkuliah” Berdasarkan hasil wawancara diatas, dampak positif dapat dilihat dari kecakapan akademik yang dimiliki pemuda dan pemudi RW 05. Kecakapan akademik itu antara lain bertambahnya pengetahuan yang dimiliki pemuda khususnya tentang kampung ramah anak, bertambahnya wawasan mengenai cara berogranisasi di masyarakat dan tingginya motivasi untuk melanjutkan jenjang pendidikan serta sikap kompetisi dalam mencapai prestasi-prestasi. 3 Kecakapan Vokasional Kegiatan pemberdayaan tidak dapat lepas dari kegiatan yang bersifat vokasional atau kemampuan yang dimiliki berkaitan dengan ketrampilan. Dampak positif dari pemberdayaan pemuda salah satunya yaitu dalam kecakapan vokasional. Dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kampung ramah anak “Kambojo” secara tidak langsung memberikan kepada para pemuda dan pemudi banyak ketrampilan. Ketrampilan yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi RW 05 sangat beragam 140 diantaranya yaitu kecakapan pemuda berbicara di depan umum. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “YN” bahwa : “Pemuda itu sekarang jadi lebih berani berbicara di depan umum mbak, kalau kami disuruh presentasi tentang KRA itu biasanya para pemuda yang mempresentasikan. Dan kalau saya memposisikan sebagai orang awam, presentasi dari pemuda R W 05 dapat menarik perhatian”. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Sekarang pemuda sudah mulai berani menjadi pembawa acara di kegiatan kegiatan di RW 05 mbak baik itu kegiatannya KRA atau kegiatan yang lain”. Selaku penggurus KRA “AN” mengungkapkan bahwa : “Wah dulu itu saya bener bener gak mau mbak ngomong di depan masyarakat gitu, saya malu...tapi karena keadaan yang mendukung ya trus sekarang saya berani ngomong di depan umum. Sekarang saya tambah lebih percaya diri”. Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan untuk membuat konsep kegiatan-kegiatan KRA menjadi menarik. Hal itu sperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” bahwa : “Pemuda pemudi disini itu trampil trampil mbak, dilihat aja kegiatan-kegiatan KRA...kegiatannya itu sederhana tapi bisa beda dari yang lain. Jadi masyara kat itu banyak yang tertarik”. Senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak “YN” bahwa : “...iya mbak, pemuda disini itu kreatif kreatif kalau disuruh ngonsep kegiatan. Konsep dari para pemuda itu sederhana tapi bisa menarik semua perhatian masyarakat. karna mereka itu pintar mengemas acara berbeda dengan yang lain dan masyarakat pun jadi penasaran semua mbak. Dan mereka selalu mengkaitkan dengan budaya yang ada di RW 05”. 141 “IN” selaku pemudi RW 05 yang menjadi koordinator komisi kesehatan dan lingkungan mengungkapkan bahwa : “Kita itu kalau ngonsep gak muluk muluk mbak, kita membuat acara biasanya cukup sederhana sederhana namun sederhana nya itu dibuat beda dengan yang lain. Kita menyesuaikan karakteristik masyarakat RW 05 yaitu masyarakat menyukai kegiatan yang berbeda dengan kampung-kampung lain. Jadi terkesannya kegiatan kami unik”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, kecakapan vokasional yang dimiliki oleh pemuda pemudi di RW 05 antara lain yaitu kemampuan berbicara di depan umum. Kemampuan itu dapat dilihat saat mereka menyampaikan presentasi mengenai profil KRA dan saat pemuda dan pemudi RW 05 berani menjadi pembawa acara di kegiatan-kegiatan KRA maupun kegiatan RW. Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai ketrampilan dalam mengkonsep acara di kegiatan-kegiatan KRA. Konsep dari kegiatan-kegiatan KRA sederhana namun berbeda dengan yang lain jadi itu menjadi daya tarik bagi masyarakat RW 05. 4 Kecakapan Sosial Kecakapan sosial merupakan salah satu kecakapan dalam pendidikan kecakapan hidup yang mencakup kecakapan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama dan tanggung jawab sosial. Dampak pemberdayaan pemuda terkait dengan kecakapan sosial yaitu pemuda dan pemudi RW 05 menjadi aktif dalam berorganisasi di masyarakat. Jadi pemuda tidak hanya aktif dalam pelaksanaan program kampung ramah anak saja tetapi pemuda aktif 142 di kegiatan-kegiatan RW. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh “PR” bahwa : “Kalau ada kegiatan RW itu kita juga ikut mbantu mbak. Trus ya kalau misal ada yang punya hajat atau ada yang kesripahan ya kita datang untuk memb antu warga yang bersangkutan”. Ditambahkan dengan ungkapan dari Bapak “AT” bahwa : “Iya mbak memang pemuda tidak hanya aktif untuk kegiatan KRA saja namun mereka juga aktif di kegiatan RW yang lain kayak ikut kerja bakti, ronda, mbantuin kalau ada orang hajatan juga mbak” Selain itu, pemuda dan pemudi RW 05 mempunyai interaksi yang baik dengan masyarakat. Hal itu terlihat dari cara berkomunikasi pemuda yang santun. Seperti yang diungkapkan oleh “AN” bahwa : “Semenjak saya terlibat di KRA, saya itu belajar ngomong pake basa krama mbak. Soalnya disini itu budaya jawa trus unggah ungguh nya masih kentel ”. Senada dengan yang diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Kalau berbicara dengan yang lebih sepuh saya selalu berusaha pake basa krama mbak, apa ya namanya juga nganjeni yang lebih tua kan mbak...jadi saya kebiasaan pake basa jawa alus. Dan kadang orang-orang itu ngomong kalau ngomong saya itu santun. Mungkin karena pelan-pelan, pelannya itu sebenernya karena takut kalau salah mba k”. Hal lain yang diungkapkan oleh Bapak “MY bahwa : “ Bedanya pemuda sebelum dan sesudah KRA itu ya mbak, pemuda sekarang lebih tau unggah ungguh mbak. Sekarang banyak yang kalau ngobrol dengan kami pake basa jawa. Kalau berjalan di depan yang lebih sepuh juga nunduk. Saya sudah tidak pernah dengar ada anak muda yang berkata kotor”. 143 Selain itu, dampak dari kecakapan sosial yang dimiliki oleh pemuda dan pemudi di RW 05 yaitu penambahan relasi. Bertambahnya relasi pemuda dan pemudi di RW 05 terlihat dari banyaknya teman dan relasi kerja yang dimiliki. Seperti yang diungkapkan oleh “BM” bahwa : “Dari KRA itu saya bisa kenal semua pemuda dan anak – anak di RW 05 mbak. Trus saya juga sering diajak kegiatan forum anak se-Kota Yogyakarta. Nah dari kegiatan diluar itu saya juga punya kenalan- kenalan” Sama dengan hal yang diungkapkan oleh “YG” bahwa : “Nambah relasi itu pasti mbak, soalnya dari kegiatan KRA saya jadi kenal dari anak – anak hingga orangtua di tiap RT. Trus juga saya jadi kenal dengan orang – orang besar. Kayak dulu pas ada acara di balkot itu saya banyak ketemu dengan orang- orang dari berbagai daerah” Hal lain yang diungkapkan oleh Bapak “AG” bahwa : “Karena saya sering mendampingi pemuda, jadi menambah relasi saya pula. Selain itu, karena KRA “Kambojo” sering dikunjungi oleh beberapa KRA lain itu juga semakin menambah relasi”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, dampak pemberdayaan pemuda melalui program kampung ramah anak “Kambojo” yang terkait dengan kecakapan sosial yaitu partisipasi aktif dari pemuda di organisasi masyarakat, terjalinnya interaksi sosial yang terlihat dari terbangunnya komunikasi yang baik dengan masyarakat, dan penambahan relasi di lingkungan RW 05 maupun di luar lingkungan RW 05. Pemuda yang terlibat dalam penyelenggaraan kampung ramah anak mendapatkan banyak manfaat dan 144 pengalaman yang tergambarkan dari dampak positif dari adanya program kampung ramah anak “Kambojo”. Dampak tersebut tergambarkan secara ringkas dalam tabel di bawah ini : Tabel 7. Dampak pemberdayaan pemuda melalui KRA “Kambojo” No Jenis Kecakapan Wujud Kecakapan 1 Kecakapan Personal Pemahaman potensi yang dimiliki Pemahaman minat dan ketertarikan Memiliki keberanian dan kemandirian Peningkatan pemecahan masalah yang rasional 2 Kecakapan Akademik Bertambahnya pengetahuan tentang KRA Bertambahnya wawasan tentang berorganisasi Tingginya motivasi untuk pendidikan Adanya sikap kompetisi antar pemuda 3 Kecakapan Vokasional Kemampuan berbicara di depan umum Mengkonsep acara 4 Kecakapan Sosial Partisipasi aktif pemuda dalam organisasi di masyarakat Terjalinnya interaksi yang baik dengan masyarakat Penambahan relasi

D. Pembahasan