22 petri, freeze dryer Modulio, inkubator Memmert, jangka sorong, jarum ose,
kapas steril, kertas perkamen, label, laminar airflow cabinet Astec HLF 1200 L, lemari pendingin Toshiba, mikroskop, mikro pipet Eppendorf, neraca
kasar Ohanus, neraca analitik Mettler AE 200, oven Gallenkamp, pencadang logam, pinset, pipet tetes, rotary evaporator Haake D, spatula dan
tissu.
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk simplisia dari biji pepaya burung dan pepaya coklat, aquadest, etanol, n-heksana, pengencer
ekstrak: DMSO dan aquabidest steril, bakteri uji: Echerichia coli dan Staphylococcus aureus, media nutrient agar NA dan media nutrient brooth
NB dan bahan-bahan yang berkualitas pro analisa kecuali dinyatakan lain: asam asetat anhidrida, asam klorida pekat, asam klorida 2 N, asam nitrat, asam
sulfat pekat, besi III klorida, benzen, isopropanol, kloroform, methanol, natrium hidroksida, serbuk magnesium, serbuk zink, timbal II asetat, LP
Bouchardat, LP Mayer, LP Molish dan LP Dragendorff.
3.5 Penyiapan Sampel 3.5.1 Pengumpulan bahan
Bahan yang diambil adalah buah pepaya yang sudah matang dari pepaya burung dan pepaya coklat Carica papaya L. masing-masing seberat
2,2 kg. Bahan ini diperoleh dari Desa Namu Ukur, Kecamatan Sei Bingai,
Universitas Sumatera Utara
23 Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Gambar buah pepaya dapat dilihat pada
Lampiran 2 halaman 52. 3.5.2 Pengolahan sampel
Buah pepaya dibelah, kemudian diambil bijinya. Biji papaya Caricae semen yang diperoleh dibersihkan dengan cara dicuci diair mengalir, lalu
ditiriskan, keringkan pada suhu 40
o
C terlindung dari sinar matahari langsung, haluskan, kemudian diayak sehingga diperoleh serbuk simplisia Depkes,
1995
b
.
3.6 Pembuatan Pereaksi
3.6.1 Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan dalam air suling secukupnya, kemudian sebanyak 2 g iodium dilarutkan dalam larutan kalium
iodida, setelah larut dicukupkan volume dengan air suling hingga 100 ml Depkes, 1995
b
.
3.6.2 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 8 g bismut III nitrat dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat. Pada wadah lain sebanyak 27,2 g kalium iodida dilarutkan dalam 50 ml
air suling, kemudian kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Selanjutnya diambil lapisan jernih dan diencerkan dengan
air suling hingga 100 ml Depkes, 1995
b
.
3.6.3 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,3596 g raksa II klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium
Universitas Sumatera Utara
24 iodida lalu dilarutkan dalam 10 ml air suling. Kemudian keduanya dicampur
dan ditambahkan air suling hingga 100 ml Depkes, 1995
b
.
3.6.4 Pereaksi besi III klorida 1 bv
Sebanyak 1 g besi III klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml Depkes, 1979.
3.6.5 Pereaksi Molish
Sebanyak 3 g α-naftol ditimbang, kemudian dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga 100 ml Depkes, 1995
b
.
3.6.6 Pereaksi timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml Depkes, 1995
b
.
3.6.7 Pereaksi asam klorida 0,2 N
Sebanyak 1,7 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes, 1979.
3.6.8 Pereaksi asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes, 1979.
3.6.9 Pereaksi natrium hidroksida 2 N
Sebanyak 8,002 g pelet natrium hidroksida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml Depkes, 1979.
Universitas Sumatera Utara
25
3.6.10 Pereaksi Liebermann-Bourchard
Sebanyak 5 ml asam asetat anhidrida dicampurkan dengan 5 ml asam sulfat pekat, lalu ditambahkan 50 ml etanol ke dalam campuran tersebut
Depkes, 1995
b
. 3.6.11 Larutan etanol 80
Campuran etanol pekat 45,5 ml dengan 9,5 ml air, dikocok hingga homogen Depkes, 1995
a
.
3.7 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia serbuk simplisia biji pepaya burung dan pepaya coklat meliputi: pemeriksaan senyawa alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid,
antrakinon, tanin dan steroidtriterpenoid.
3.7.1 Pemeriksaan alkaloid
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang, kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air
selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk tes alkaloid. Diambil 3 tabung reaksi, lalu ke dalam masing-masing tabung reaksi
dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada tabung: a.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat b.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff c.
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer Alkaloid disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling
sedikit 2 tabung reaksi dari percobaan di atas Depkes, 1979.
Universitas Sumatera Utara
26
3.7.2 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volum air suling ditambah
dengan 10 ml asam klorida 2N. Direfluks selama 30 menit, lalu didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml
timbal II asetat 0,4M, lalu dikocok selama 5 menit dan disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran 3 bagian kloroform dan 2 isopropanol dilakukan
berulang sebanyak tiga kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50
C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa digunakan untuk percobaan berikut, yaitu 0,1 ml larutan percobaan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diuapkan di penangas air. Sisa dilarutkan dalam 2 ml air suling dan 5 tetes pereaksi Molish, kemudian secara perlahan
ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat. Glikosida positif jika terbentuk cincin ungu Depkes, 1989.
3.7.3 Pemeriksaan saponin
Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat
selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2N, bila buih tidak hilang
menunjukkan adanya saponin Depkes, 1995
b
.
3.7.4 Pemeriksaan flavonoid
Sebanyak 10 g sebuk simplisia kemudian ditambahkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, filtrat
Universitas Sumatera Utara
27 yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu di tambahkan 0,1 g serbuk Mg dan
1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada
lapisan amil alkohol Farnsworth, 1966.
3.7.5 Pemeriksaan antrakuinon
Sebanyak 0,2 g serbuk simplisia ditambahkan 5 ml asam sulfat 2N, dipanaskan sebentar, dinginkan. Tambahkan 10 ml benzena, kocok, diamkan.
Pisahkan lapisan benzen, saring, filtrat berwarna kuning, menunjukkan adanya antrakinon. Kocok lapisan benzena dengan 1-2 ml natrium hidroksida 2N,
diamkan; lapisan air berwarna merah dan lapisan benzena tidak berwarna menunjukkan adanya antrakuinon Depkes, 1995
b
.
3.7.6 Pemeriksaan tanin
Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Filtrat yang
diperoleh, diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi III klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya
tanin Depkes, 1989.
3.7.7 Pemeriksaan steroidtriterpenoid
Sebanyak 1 g sampel di maserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru kehijauan
Universitas Sumatera Utara
28 menunjukkan adanya triterpenoid atau warna biru hijau menunjukkan adanya
steroida Harborne, 1987.
3.8 Pembuatan Ekstrak Biji Pepaya 3.8.1 Pembuatan ekstrak
n-heksana biji pepaya 3.8.1.1 Pembuatan ekstrak
n-heksana biji pepaya dari pepaya burung
Sebanyak 400 g serbuk simplisia biji pepaya burung dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap lalu dimaserasi dengan 7,5 bagian pelarut
3 liter n-heksana selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, setelah 5 hari hasil maserasi disaring dan diperas dengan kertas saring
lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh seluruh maserat sebanyak 4 liter, kemudian didiamkan selama 2 hari dan dienap
tuangkan. Maserat diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40
o
C dan di uapkan di atas waterbath sampai diperoleh ekstrak kental Depkes, 1979.
3.8.1.2 Pembuatan ekstrak n-heksana biji pepaya dari pepaya coklat
Sebanyak 430 g serbuk simplisia biji pepaya coklat dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap lalu dimaserasi dengan 7,5 bagian pelarut
3,225 liter n-heksana selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, setelah 5 hari hasil maserasi disaring dan diperas dengan kertas
saring lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh seluruh maserat sebanyak 4,3 liter, kemudian didiamkan selama 2 hari dan
dienap tuangkan. Maserat diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary
Universitas Sumatera Utara
29 evaporator pada temperatur tidak lebih dari 40
o
C dan di uapkan di atas waterbath sampai diperoleh ekstrak kental Depkes, 1979.
3.8.2 Pembuatan ekstrak etanol biji pepaya 3.8.2.1 Pembuatan ekstrak etanol biji pepaya dari pepaya burung
Sebanyak 350 g serbuk simplisia biji pepaya burung dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap lalu dimaserasi dengan 7,5 bagian pelarut
2,625 liter etanol 80 selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, setelah 5 hari hasil maserasi disaring dan diperas dengan kertas
saring lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh seluruh maserat sebanyak 3,5 liter, kemudian didiamkan selama 2 hari dan
dienap tuangkan. Maserat diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 70
o
C dan di freeze dryer sampai diperoleh ekstrak kental Depkes, 1979.
3.8.2.2 Pembuatan ekstrak etanol biji pepaya dari pepaya coklat
Sebanyak 350 g serbuk simplisia biji pepaya coklat dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap lalu dimaserasi dengan 7,5 bagian pelarut
2,625 liter etanol 80 selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, setelah 5 hari hasil maserasi disaring dan diperas dengan kertas
saring lalu ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya sehingga diperoleh seluruh maserat sebanyak 3,5 liter, kemudian didiamkan selama 2 hari dan
dienap tuangkan. Maserat diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih dari 70
o
C dan di freeze dryer sampai diperoleh ekstrak kental Depkes, 1979.
Universitas Sumatera Utara
30
3.9 Sterilisasi Alat dan Bahan