20 4 mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong
munculnya perilaku yang positif, 5 menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa, dan
6 memelihara iklim kelas yang kondusif. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor
– faktor yang mempengaruhi percaya diri pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Sedangkan faktor eksternal
meliputi pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan.
B. Kajian tentang Penguatan Positif
1. Pengertian Penguatan Positif Menurut Marno dan Idris 2010: 132, “Penguatan adalah respons positif yang
dilakukan guru atas perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.”
Melalui respon positif yang diberikan, akan memotivasi anak untuk mempertahankan prestasinya dan bahkan meningkatkannya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Sumantri dan Permana 2011: 238 berpendapat bahwa “Memberi penguatan atau reinforcement merupakan tindakan
atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut di saat yang lain.”
Kemudian Mahmud 1990: 124 juga berpendapat bahwa penguatan atau reinforcement merupakan konsekuensi yang dapat memperkuat tingkah laku
seseorang. Dapat disebut penguatan atau tidak ditentukan oleh efeknya memperkuat tingkah laku atau tidak. Menurut Baharuddin dan Wahyuni 2010:
21 71, reinforcement didefinisikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan
tingkah laku atau frekuensi tingkah laku. Dari berbagai uraian pendapat di atas, menunjukkan bahwa penguatan
merupakan suatu respon yang diberikan sehingga dapat memperkuat tingkah laku seseorang. Bentuk penguatan tingkah laku ditandai dengan sikap mempertahankan
bahkan meningkatkan tingkah laku di saat yang lain. Penguatan memiliki berbagai jenis, salah satunya adalah penguatan positif. Santrock 2010: 273
mengemukakan bahwa dalam penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung rewarding, seperti dalam
contoh dimana komentar positif guru dapat meningkatkan perilaku menulis siswa. Dalam penguatan positif, ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh.
Menurut Dalyono 2009: 33, penguatan positif merupakan penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon. Definisi penguatan positif menurut
Aunurrahman 2010: 41 yaitu setiap stimulus yang keberadaannya dapat memantapkan respon yang diberikan. Sementara itu, Baharuddin dan Wahyuni
2010: 72 juga menjelaskan penguatan positif sebagai konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku. Misalnya saja melalui pemberian
hadiah, pujian, kelulusan, dan lain sebagainya. Senada dengan uraian pendapat para ahli di atas, Mahmud 1990: 124
menambahkan bahwa penguatan positif merupakan suatu stimulus positif biasanya yang menyenangkan ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu
perbuatan dilakukan. Sebagai contoh adalah pemberian hadiah dan kata – kata
22 pujian kepada siswa yang mendapatkan nilai yang baik pada mata pelajaran
tertentu. Hal yang sama disampaikan oleh Skinner Sugihartono, dkk., 2013: 98 yang
berpendapat bahwa penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku. Bentuk
– bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah permen, kado, makanan, dan lain
– lain, perilaku senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol, dan lain – lain, atau penghargaan.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penguatan positif merupakan stimulus
– stimulus positif yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan tingkah laku di kemudian hari.
2. Tujuan Pemberian Penguatan Positif Penguatan diberikan untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang secara umum
dapat memperkuat tingkah laku seseorang. Menurut Marno dan Idris 2010: 133, tujuan penggunaan penguatan adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar b. Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar siswa
c. Mengarahkan pengembangan berpikir siswa ke arah berpikir divergen. d. Mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar
e. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif
serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif. Sedangkan Sumantri dan Permana 2011: 239 berpendapat bahwa
penggunaan keterampilan memberi penguatan dalam pengajaran memiliki tujuan sebagai berikut.
a. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik. b. Merangsang peserta didik berpikir yang baik.
c. Menimbulkan perhatian peserta didik.
23 d. Menumbuhkan kemampuan berinisiatif secara pribadi.
e. Mengendalikan dan mengubah sikap negatif peserta didik dalam belajar ke arah perilaku yang mendukung belajar
Sementara itu, Anitah, dkk 2014: 7.25 juga menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, tujuan memberi penguatan antara lain:
1 meningkatkan perhatian siswa, 2 membangkitkan dan memelihara motivasi siswa,
3 memudahkan siswa belajar, 4 mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong
munculnya perilaku yang positif, 5 menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa, dan
6 memelihara iklim kelas yang kondusif. Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian
dan penggunaan penguatan oleh guru di dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan
– tujuan tertentu antara lain untuk membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, meningkatkan perhatian siswa dalam belajar,
menumbuhkan rasa percaya diri siswa, merangsang siswa untuk berpikir baik, dan mendorong siswa untuk bertingkah laku positif.
3. Prinsip – prinsip Pemberian Penguatan Positif
Dalam pemberian penguatan, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Prinsip
– prinsip pemberian penguatan menurut Marno dan Idris 2010: 133 adalah sebagai
berikut. a. Kehangatan
Prinsip kehangatan mengarah pada kehangatan sikap guru yang ditunjukkan saat memberikan penguatan kepada siswa. Kehangatan dapat ditunjukkan dengan
suara, mimik, dan gerakan badan gestural. Melalui prinsip ini, penguatan akan
24 berjalan lebih efektif karena siswa merasa bahwa guru melakukannya dengan rasa
tulus. b. Antusiasme
Sikap antusias perlu ditunjukkan oleh guru saat memberikan penguatan. Antusiasme dapat merangsang dan mendorong siswa untuk meningkatkan
motivasi belajarnya. Antusiasme guru dalam memberikan penguatan juga dapat membawa kesan pada siswa akan kesungguhan dan ketulusan guru. Selain itu,
sikap antusias guru dalam memberikan penguatan akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya diri pada siswa.
c. Bermakna Inti dari prinsip kebermaknaan adalah siswa mengerti dan yakin bahwa dirinya
memang layak diberikan penguatan, karena hal itu memang sesuai dengan tingkah laku dan keterampilannya. Prinsip kebermaknaan dalam pemberian penguatan ini
hanya mungkin apabila diberikan dalam konteks yang relevan. Dengan kata lain, pemberian penguatan disesuaikan dengan tingkah laku yang dilakukan siswa.
Sebagai contoh adalah ketika guru memuji siswa dengan mengatakan “jawabanmu bagus sekali”, padahal jawaban siswa tersebut salah, maka
pernyataan guru tersebut dianggap sebagai penghinaan. Seharusnya, pernyataan yang tepat adalah “kali ini jawabanmu belum tepat, saya percaya dengan belajar
yang lebih b aik kamu akan dapat menjawab dengan benar.” Kalimat pertama yang
diucapkan guru tersebut mengurangi kebermaknaan dalam pemberian penguatan karena tidak sesuai dengan kondisi yang ada.
25 Contoh yang lain, jika anak menjawab pertanyaan dengan benar, kita dapat
mengatakan, “Tepat sekali jawabanmu”. Penguatan tersebut relevan dengan konteks, yakni sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kesesuaian antara
pernyataan dengan keadaan yang diberi penguatan membuat penguatan menjadi bermakna.
d. Menghindari respon negatif Respon negatif seperti ejekan, komentar yang menghina, maupun perilaku
negatif lainnya perlu dihindari oleh guru saat memberikan penguatan. Hal ini dikarenakan dapat mematikan motivasi siswa. Oleh karena itu, jika jawaban anak
salah, guru tidak boleh meres pon negatif dengan mengatakan “jawabanmu salah”.
Sebaiknya guru memberikan pertanyaan tuntunan prompting question, atau pindah gilir dengan mengatakan “barangkali ada yang dapat membantu?”. Dengan
cara ini, anak tidak merasa tersinggung. Sementara ini, menurut Sumantri dan Permana 2011: 241, ada beberapa hal
yang penting dijadikan pedoman guru dalam memberikan suatu penguatan pada para peserta didik, yaitu:
1 dilakukan dengan hangat dan semangat, 2 memberikan kesan positif kepada peserta didik,
3 berdampak terhadap perilaku positif, 4 dapat bersifat pribadi atau kelompok, dan
5 hindari penggunaan respons negatif. Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pemberian penguatan kepada siswa, ada beberapa hal penting yang perlu
26 diperhatikan oleh guru. Hal ini agar tujuan yang diharapkan melalui pemberian
penguatan dapat tercapai dengan baik. Adapun prinsip – prinsip penguatan
meliputi dilakukan dengan kehangatan dan sikap antusias, menghindari respon negatif kepada siswa, memiliki kebermaknaan, mengarah pada mendorong
terjadinya perilaku positif, dan dapat bersifat pribadi ataupun kelompok. 4. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan Positif
Menurut Marno dan Idris 2010: 135, ada beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai oleh guru sehingga dapat memberikan penguatan secara
bijaksana dan sistematis, antara lain adalah sebagai berikut. a. Penguatan verbal
Penguatan verbal meliputi komentar guru berupa kata – kata pujian,
dukungan, dan pengakuan yang dapat digunakan untuk penguatan tingkah laku dan kinerja siswa. Komentar tersebut sebagai umpan balik atau balikan yang
diberikan atas kinerja atau perilaku siswa. Bentuk penguatan verbal meliputi kata – kata dan kalimat. Contoh bentuk kata – kata adalah bagus, ya, tepat, betul, bagus
sekali, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh bentuk kalimat adalah pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi penjelasan baik sekali, dan sebagainya.
b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan gestural Penguatan ini berupa gerakan badan dan mimik muka seperti senyuman,
anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan, dan sebagainya. Penggunaan penguatan ini sering kali digunakan bersamaan dengan penguatan verbal. Sebagai
contoh adalah ketika guru memberi penguatan verbal, “pekerjaanmu baik sekali,” pada saat itu pula guru menganggukkan kepalanya.
27 c. Penguatan dengan cara mendekati anak
Penguatan ini meliputi berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa, dan
sebagainya. Melalui penguatan ini, siswa akan merasa diperhatikan oleh guru. Selain itu juga dapat membangun suasana hangat antara guru dan siswa, sehingga
siswa tidak merasa terbebani oleh tugas. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya motivasi siswa.
d. Penguatan dengan sentuhan Penggunaan penguatan ini perlu mempertimbangkan latar belakang anak,
umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat. Contoh penguatan ini adalah menepuk pundak atau bahu siswa, menjabat tangan siswa, mengelus
rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang menang dalam pertandingan. e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini berupa pengadaan kegiatan – kegiatan yang menyenangkan bagi
siswa. Bentuk kegiatan belajar yang disenangi anak dapat mempertinggi intensitas belajarnya. Dalam pemilihan kegiatan yang menyenangkan, guru perlu
menyediakan alternatif pilihan kegiatan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada siswa. Dengan memberikan alternatif kegiatan belajar yang sesuai
dengan kesukaan anak tersebut, maka hal itu bisa juga menjadi bentuk penguatan bagi anak.
f. Penguatan berupa simbol atau benda Penguatan ini berupa pemberian simbol atau benda tertentu atas kinerja atau
perilaku siswa. Simbol atau benda ini dapat berupa piagam penghargaan, benda –
28 benda berupa alat
– alat tulis dan buku, dan dapat pula berupa komentar tertulis pada buku anak. Penggunaan penguatan ini hendaknya disesuaikan dengan tingkat
dan jenjang pendidikan siswa. Selain itu, juga perlu diperhatikan dalam hal penggunaan penguatan yang berupa benda, hendaknya tujuan belajar anak tidak
mengarah pada benda tersebut. Oleh karena itu, perlu dibatasi frekuensi penggunaannya.
Menurut Sumantri dan Permana 2011: 239, komponen – komponen
penguatan meliputi sebagai berikut. a. Penguatan verbal
Penguatan verbal merupakan penguatan yang diberikan guru berupa kata- katakalimat yang diucapkan seper
ti : “bagus”, “baik”, “hebat”, “mengagumkan”, “kamu cerdas”, “setuju”, “ya”. “betul”, “tepat”, dan sebagainya.
b. Penguatan gestural Penguatan gestural merupakan penguatan berupa gerak tubuh atau mimik
muka yang memberi artikesan baik kepada peserta didik. Penguatan gestural dapat berupa tepuk tangan, acungan jempol, anggukan, tersenyum, dan
sebagainya. c. Penguatan dengan cara mendekati
Penguatan ini berupa perhatian guru kepada perilaku peserta didik dengan cara mendekatinya. Penguatan dengan cara mendekati ini dapat dilakukan saat peserta
didik menjawab pertanyaan, bertanya, diskusi atau aktivitas lainnya.
29 d. Penguatan dengan cara sambutan
Penguatan ini dilakukan guru dengan cara menyentuh peserta didik, seperti menepuk pundak peserta didik, menjabat tangan, mengusap rambut kepala,
mengangkat tangan peserta didik, dan sebagainya. e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan
Penguatan ini dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada kemampuan peserta didik dalam suatu bidang tertentu. Sebagai contoh adalah
peserta didik yang pandai bernyanyi diberikan kesempatan untuk melatih vokal pada temannya, yang pandai dapat dijadikan tutor sebaya, dan sebagainya.
f. Penguatan berupa tanda atau benda Penguatan ini berupa pemberian simbol
– simbol atau benda – benda. Penguatan ini dapat berupa komentar tertulis atas karya peserta didik, hadiah
berupa buku tulis, piagam, lencana, dan sebagainya. Senada dengan uraian pendapat para ahli di atas, Aunurrahman 2010: 129
juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis penguatan yang dapat dilakukan guru, antara lain:
1 penguatan verbal, 2 penguatan gestural,
3 penguatan dengan cara mendekati, 4 penguatan dengan cara sentuhan,
5 penguatan dengan cara memberikan kegiatan yang menyenangkan, dan 6 penguatan berupa tanda atau benda.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis
– jenis penguatan yang dapat digunakan oleh guru adalah penguatan verbal dengan menggunakan kata
– kata dan kalimat, penguatan gestural dengan gerak tubuh dan mimik muka, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan
30 sentuhan dan sambutan, penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, dan
penguatan berupa tanda atau benda. Setiap jenis penguatan digunakan sesuai dengan kebutuhan yang ada agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas Tinggi