Tabel 1.2 Persentase Pencapaian Kinerja PT. Sumbetri Megah Medan
Tahun 2011-2013 No
Tahun Target
Rp Juta Realisasi
Rp Juta Persentasi
Pencapaian
1 2011
551.995 547.731
99,22
2 2012
861.207 833.027
96,72
3 2013
656.311 612.475
93,32
Sumber : PT. Sumbetri Megah Medan 2014
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat rata-rata kinerja karyawan yang tidak mencapai target dan terjadi penurunan kinerja setiap tahunnya. Dilihat dari persentase pencapaian
kinerja karyawan dari tahun 2011-2013 kinerja karyawan belum tercapai secara maksimal sesuai dengan target yang ditentukan, antara lain tahun 2011 persentase
pencapaian sebesar 99,22 pada tahun 2012 persentase menurun menjadi 96,72 dan pada tahun 2013 persentase pencapaian mengalami penurunan kembali menjadi
93,32. Maka menurut data yang diperoleh pada Tabel 1.2 dapat dilihat realisasi kinerja karyawan setiap tahunnya mengalami penurunan dan target yang dicapai belum
tercapai secara maksimal sehingga terjadinya penurunan kinerja.
Berdasarkan uraian ini, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
PT. Sumbetri Megah Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka Perumusan
masalah penelitian ini adalah: “Apakah Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja
Universitas Sumatera utara
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Sumbetri Megah Medan”.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT.
Sumbetri Megah Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan Dapat memberikan saran dan mengukur kebijakan dengan melalui kepuasan
kerja dan disiplin kerja serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan pada PT. Sumbetri Megah Medan.
2. Bagi Pihak Lain Bagi peneliti dapat dijadikan perbandingan dalam melakukan pengembangan
penelitian yang sama di masa yang akan datang. Menambah pengetahuan khususnya manajemen sumber daya manusia, yang
berkaitan dengan kepuasan kerja dan disiplin kerja dalam meningkatkan kinerja karyawan khususnya di perusahaan bangunan dan perusahaan dibidang
lainnya. 3. Bagi Penulis
Memperluas wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kepuasan kerja dan disiplin kerja serta pengaruhnya meningkatkan kinerja karyawan pada suatu
organisasi atau perusahaan.
Universitas Sumatera utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Robbins 2001:148 kepuasan kerja adalah perilaku individual terhadap pekerjaannya. Organisasi yang karyawannya mendapatkan kepuasan di tempat kerja
maka cenderung lebih efektif dari pada organisasi yang karyawannya kurang mendapatkan kepuasan kerja. Sedangkan menurut Kreitner 2005:273 kepuasan kerja
adalah suatu efektivitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan sehingga disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan untuk
mendapatkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Menurut Handoko 2000:193 menyatakan bahwa kepuasan kerja job
statisfaction adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Sedangkan menurut Hasibuan
2006:202 kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja.
Menurut Moh.As’ad dalam Sunyoto 2012:26 kepuasan kerja job satisfaction adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dimana para
karyawan memandang pekerjaannya. Locke dalam Wijono 2011:98 berpendapat bahwa kepuasan kerja sebagai
suatu tingkat emosi yang positif dan menyenangkan individu. Kepuasan kerja adalah suatu hasil perkiraan individu terhadap pekerjaan atau pengalaman positif dan
Universitas Sumatera utara
menyenangkan dirinya. Sedangkan menurut Robbins dalam Wibowo 2007:299 kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan
perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Keith Davis dalam Mangkunegara 2011:117 mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorrableness with employees view their work”
kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam bekerja. Wexley dan Yuki dalam Mangkunegara 2011:117
mendefenisikan kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengaruh kepuasan kerja dengan kinerja karyawan adalah pernyataan : “Seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja
yang produktif atau produktivitas menghasilkan kepuasan”. Jika diterapkan dalam suatu organisasi maka dapat dikatakan organisasi dengan karyawan yang terpuasakan
cenderung lebih efektif, sehingga produktivitas semakin meningkat Robbins, 2008:114.
2.1.2 Pentingnya Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup berbagai
hal, seperti emosi dan kecenderungan prilaku seseorang. Menurut Rivai 2004:480 kepuasan kerja merupakan salah satu faktor
penentukeberhasilan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar
Universitas Sumatera utara
memperhatikan faktor kepuasan kerja ini ada beberapa alasan mengapa perusahaan harus memperhatikan kepuasan kerja antara lain :
1. Manusia berhak diperlakukan adil dan hormat pandangan ini menurut perspektif kemanusiaan. Kepuasan kerja merupakan perluasan refleksi perlakuan yang baik.
Penting juga memperhatikan indicator emosionalkesehatan psikologis pegawai. 2. Perspektif kemanusiaan bahwa kepuasan kerja dapat menciptakan perilaku yang
mempengaruhi fungsi-fungsi perusahaan. Perbedaan kerja antara unit organisasi dapat mendiagnosis potensi persoalan. Perusahaan yang pecaya terhadap pegawai
dapat dengan mudah diganti dan tidak berinvestasi maka akan menghadapi bahaya. Biasanya berakibat tingginya tingkat turnover diiringi dengan membengkaknya
biaya pelatihan, gaji, memunculkan perilaku yang sama dikalangan pegawai, yaitu mudah berganti-ganti perusahaan dan dengan demikian kurang royal.
Selain itu, ada beberapa alasan yang dapat menimbulkan dan mendorong kepuasan kerja antara lain :
1. Pekerjaan sesuai dengan bakat dan keahlian. 2. Pekerjaan yang menyediakan perlengkapan yang cukup.
3. Pekerjaan yang menyediakan informasi yang lengkap 4. Pimpinan yang lebih banyak mendorong tercapainya suatu hasil tidak terlalu
banyakketat melakukan pengawasan. 5. Pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup memadai.
6. Pekerjaan yang memberikan tantangan yang lebih mengembangkan diri. 7. Pekerjaan yang memberikan rasa aman dan ketenangan.
8. Pekerjaan harapan yang dikandung pegawai itu sendiri.
Universitas Sumatera utara
2.1.3 Teori-Teori Kepuasan Kerja
Menurut Mangkunegara 2009:120, teori-teori kepuasan kerja adalah sebagai berikut :
a. Teori Keseimbangan Equity Theory. Teori ini dikembangkan oleh Adam 1963. Adapun komponen dari teori ini adalah
input, outcome, dan comparison person. Input adalah semua nilai yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja. Outcome adalah semua nilai yang
diperoleh dan dirasakan pegawai. Menurut teori Comparison Person ini adalah puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari membandingkan antara input-
outcome dirinya dengan perbandingan input-outcome pegawai lain comparison person. Jadi, jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang equity maka pegawai
tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila terjadi tidak seimbang inequity dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over compensation inequity
ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya dan sebaliknya, under compensation inequity ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang
menjadi pembanding atau comparison person. b. Teori Perbedaan Discrepancy Theory.
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter. Ia berpendapat bahwa mengukur kepuasan dapat diakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya
dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. c. Teori Pemenuhan Kebutuhan Need Fulfillment Theory.
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai.
Universitas Sumatera utara
d. Teori Pandangan Kelompok Social Reference Group Theory. Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada pemenuhan
kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang oleh pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh
pegawai dijadikan tolok ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan
yang diharapkan oleh kelompok acuan. e. Teori Dua Faktor dari Herzberg.
Teori duan faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia menggunakan teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya. Dua faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Herzberg, yaitu pemeliharaan maintenance factors dan faktor pemotivasian motivational factors. Faktor
pemeliharaan disebut pula dissatisfier, hygiene factors, job context, extrinsic factors yang meliputi administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan,
hubungan dengan pengawas, hubungan dengan subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status. Sedangkan faktor pemotivasian disebut pula satisfier,
motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan advancement, work it self, kesempatan berkembang dan
tanggung jawab.
2.1.4 Dimensi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor dimensi yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Sutrisno 2011:80 sebagai berikut :
Universitas Sumatera utara
1. Faktor psikologis
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi
minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan. 2. Faktor sosial
Merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan maupun karyawan dengan atasan dan lingkungan kerja karyawan.
3. Faktor fisik
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan, umur, dan sebagainya.
4. Faktor finansial
Merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, tunjangan,
fasilitas yang diberikan, promosi jabatan dan sebagainya.
2.1.5 Faktor-Faktor Kepuasan Kerja Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Luthans 2006:243 mengemukakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap :
1. Kinerja Karyawan yang tingkat kepuasannya tinggi, kinerja akan meningkat, walaupun
hasilnya tidak langsung. Ada beberapa variabel moderating yang menghubungkan antara kinerja dengan kepuasan kerja, terutama penghargaan. Jika karyawan
Universitas Sumatera utara
menerima penghargaan yang meraka anggap pantas mendapatkannya, dan puas, mungkin ia menghasilkan kinerja yang lebih besar.
2. Pergantian karyawan Kepuasan kerja yang tinggi tidak akan membuat pergantian karyawan menjadi
rendah, sebaliknya bila terdapat ketidakpuasan kerja, maka pergantian karyawan mungkin akan tinggi.
Menurut Gibson 2007:67 kepuasan kerja adalah sikap seseorang terhadap pekerjaan mereka, yang berpangkal dari aspek kerja, yaitu upah gaji, kesempatan
promosi serta faktor lingkungan kerja seperti gaya penyelia, kebijakan dan prosedur, kondisi kerja. Terdapat tiga pandangan tentang hubungan kepuasan dengan prestasi
satisfaction and job performance, yaitu: 1. Kepuasan kerja menimbulkan prestasi.
2. Prestasi menimbulkan kepuasan kerja. 3. Adanya unsur imbalan, tetapi tidak ada hubungan yang kuat.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan karyawan terhadap pekerjaanya yang tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaanya yang dapat meningkatkan
kinerja karyawan tersebut, sedangkan karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja akan menimbulkan sikap agresif, atau sebaliknyaakan menunjukkan sikap menarik diri
dari kontak dengan lingkungan sosialnya, Sutrisno, 2011:80. Seorang karyawan akan merasa puas dalam kerja apabila tidak terdapat perbedaan atau selisih antara apa yang
dikehendaki karyawan, dengan kenyataan yang mereka rasakan. Menurut Fathoni 2006:129 indikator kepuasan kerja ini hanya diukur dengan
kedisiplinan, moral kerja, dan turnover kecil. Secara relatif kepuasan kerja karyawan
Universitas Sumatera utara
baik, tetapi sebaiknya jika kedisiplinan, moral kerja dan turnover karyawan besar, maka kepuasan kerja karyawan diperusahaan ini berkurang.
Adapun kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh faktor-faktor : 1. Balas jasa yang adil dan layak.
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian. 3. Berat ringan pekerjaan.
4. Suasan dan lingkungan pekerjaan. 5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjan.
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya. 7. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.
Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, artinya jika kepuasan diperoleh dari pekerjaan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya jika
kepuasan kerja kurang tercapai, maka kedisiplinan karyawan rendah. Menurut Efendi 2005:291 faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :
1. Gaji, yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja, apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.
2. Pekerjaan itu sendiri, yaitu isi pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang, apakah memiliki elemen yang memuaskan.
3. Rekan sekerja, yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan seseorang dapat merasakan rekan kerjanya sangat
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
Universitas Sumatera utara
4. Atasan, yaitu seseorang yang senantiasa memberikan perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak menyenangkan bagi seseorang atau
menyenangkan, dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja. 5. Promosi, yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui
kenaikan jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang besar untuk naik jabatan atau tidak, proses kenaikan jabatan kurang terbuka atau terbuka.
Ini juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang. 6. Lingkungan kerja, yaitu lingkungan fisik dan psiologis. Untuk meningkatkan
kepuasan kerja karyawan, perusahaan harus merespon kebutuhan pegawai dan hal ini sekali lagi secara tidak langsung telah dilakukan pada berbagai kegiatan
manajemen sumber daya manusia seperti dijelaskan sebelumnya. Namun demikian, tindakan lain masih perlu dilakukan dengan cara yang disebut peningkatan kualitas
kehidupan kerja.
2.2 Disiplin Kerja
2.2.1 Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Siagian 2002:305 disiplin kerja adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku pegawai
sehingga para pegawai tersebut secara sukarela berusaha bekerja kooperatif dengan para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi kerja.
Menurut Simamora 2005:611 disiplin kerja adalah bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksanaan yang teratur menunjukan tingkat kesungguhan tim kerja
dalam suatu organisasi.
Universitas Sumatera utara
Menurut Hasibuan 2005:193 kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Kesadaran disini merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi atau
mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Sedangkan kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan
perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Menurut Hasibuan 2006:193 memberikan defenisi disiplin sebagai kesadaran
sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.
Kedisiplinan adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu organisasi. Dikatakan sebagai faktor yang penting karena disiplin akan mempengaruhi kinerja
karyawan dalam organisasi. Semakin tinggi disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai. Pada umumnya disiplin yang baik apabila karyawan selalu
datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik dan mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Maka
karyawan tersebut akan menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan kinerja yang memuaskan. Disiplin adalah kesadaran sikap seseorang yang secara sukarela menaati
semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya Hasibuan, 2006:193. Jadi seseorang akan mematuhi mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas
paksaan dan kesedihan.
Universitas Sumatera utara
2.2.2 Tujuan Disiplin Kerja
Tujuan utama disiplin kerja adalah demi keberlangsungan organisasi atau perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan baik hari
ini maupun hari esok. Menurut Sastrohadiwiryo 2002:292 secara khusus tujuan disiplin kerja para karyawan, antara lain :
1. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun
tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.
2. Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan
dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.
3. Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa
organisasi dengan sebaik-baiknya.
4. Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma yang
berlaku pada organisasi.
5. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan harapan
organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2.2.3 Pentingnya Disiplin Kerja
Pentingnya peranan disiplin kerja terhadap kinerjaproduktivitas karyawan dikemukakan oleh Musanef 2002:116 yang berpendapat bahwa : “Disiplin juga tidak
kalah pentingnya dengan prinsip-prinsip yang lainnya, artinya disiplin setiap pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi perlu
ditegaskan disiplin pegawai-pegawainya. Melalui disiplin yang tinggi produktivitas
Universitas Sumatera utara
kerja pegawai pada pokoknya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada setiap pegawai disiplin yang sebaik–baiknya”.
2.2.4
Dimensi Disiplin Kerja
Menurut Hasibuan 2005:213 kedisiplinan diartikan jika pegawai selalu datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, mematuhi
semua peraturan organisasi dan norma - norma yang berlaku. Maka dapat disimpulkan bahwa dimensi - dimensi dalam disiplin kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga
diantaranya : 1. Tujuan Disiplin Kerja
a. Selalu datang dan pulang tepat pada waktunya. Ketepatan pegawai datang dan pulang sesuai dengan aturan dapat dijadikan
ukuran disiplin kerja. Dengan selalu datang dan pulang tepat dengan waktunya, atau sudah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan maka dapat
mengindikasikan baik tidaknya kedisiplinan dalam organisasi tersebut. Merupakan dimensi yang berhubungan dengan pengawasan melekat karena
dengan pengawasan ini atasan aktif dan langsung untuk mengawasi perilaku, moral, gairah kerja, prestasi kerja bawahan, dan sikap karyawan untuk datang
dan pulang tepat pada waktunya. b. Mengerjakan semua pekerjaan dengan baik.
Mengerjakan semua pekerjaan dengan baik merupakan salah satu dimensi kedisiplinan, dengan hasil pekerjaan yang baik dapat menunjukkan kedisiplinan
pegawai suatu organisasi dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Hal ini
Universitas Sumatera utara
berhubungan dengan kemampuan karyawan, balas jasa dan hubungan kemanusiaan.
c. Mematuhi semua peraturan organisasi dan norma - norma yang berlaku. Mematuhi semua peraturan organisasi dan norma - norma yang berlaku
merupakan salah satu sikap disiplin pegawai sehingga apabila pegawai tersebut tidak mematuhi aturan dan melanggar norma - norma yang berlaku maka itu
menunjukkan sikap tidak disiplin. Merupakan dimensi yang berhubungan dengan teladan pimpinan, keadilan, sanksi hukuman dan ketegasan pimpinan
agar pegawainya dapat mematuhi peraturan organisasi dan norma-norma yang berlaku.
2. Faktor Pendukung Disiplin Kerja a. Teladan Kepemimpinan
Pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan
perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik kurang berdisiplin, para bawahan
pun akan kurang disiplin. b. Balas Jasa
Balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaanpekerjaannya. Semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan
karyawan. Karyawan sulit berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
Universitas Sumatera utara
c. Keadilan Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa
pengakuan atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil
terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada
setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula. 3. Faktor Penentu Disiplin Kerja
a. Pengawasan Melekat Waskat pengawasan melekat berarti atasan harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan
merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.
b. Sanksi Hukuman Beratringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi
baikburuknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas
kepada semua karyawan. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk
memelihara kedisiplinan dalam perusahaan. c. Ketegasan
Universitas Sumatera utara
Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi yang telah ditetapkan. Pimpinan yang
berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan.
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kedisiplinan
Menurut Hasibuan 2006:194 ada 8 indikator kedisiplinan antara lain adalah: 1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan pekerjaan
yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam
mengerjakannya. 2. Teladan pimpinan
Pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan
perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik kurang berdisiplin, para bawahan
pun akan kurang disiplin. 3. Balas jasa
Balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaanpekerjaannya. Semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan
karyawan. Karyawan sulit berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
Universitas Sumatera utara
4. Keadilan Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa
pengakuan atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil
terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada
setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula. 5. Waskat
Waskat pengawasan melekat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya.
Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan
dari atasannya. 6. Sanksi hukuman
Beratringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baikburuknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan
berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap
tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7. Ketegasan Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan
yang indisipliner sesuai dengan sanksi yang telah ditetapkan. Pimpinan yang
Universitas Sumatera utara
berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan.
8. Hubungan kemanusiaan Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari
direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship hendaknya harmonis. Terciptanya human relationship yang serasi akan
mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan
karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
2.3 Kinerja Karyawan
2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Menurut Robbins 2001:121 kinerja karyawan adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, targetsasaran atau kriteria.
Menurut Yuli 2005:89 kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tujuan dari kinerja ini untuk mengetahui apakah karyawan telah bekerja sesuai dengan standar-standar yang telah di
tetapkan sebelumnya. Apabila karyawan telah memenuhi standar yang ditetapkan, maka karyawan tersebut berarti memiliki kinerja yang baik.
Universitas Sumatera utara
Menurut Sunyoto 2012:18 kinerja adalah sesuatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Sulistiyani 2003:223 mengatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
Menurut Moeheriono 2009:60 kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kerja atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu
atau sekelompok pegawai telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan organisasi.
Menurut Soepranto 2002:229 kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.3.2 Pentingnya Kinerja Karyawan
Unsur-unsur penting kinerja karyawan sebagai berikut : a. Suatu kerangka kerja dari sasaran yang telah direncanakan, standar dan persyaratan
kompetensi yang telah disepakati. Manajemen kinerja adalah suatu kesepakatan diantara seseorang karyawan dengan manajernya tentang beberapa harapan.
Manajemen kinerja kebanyakkan adalah tentang pengelolaan harapan dari seorang karyawan.
b. Sebuah proses : Manajemen kinerja bukan hanya serangkaian system formulir dan prosedur, melainkan serangkaian tindakan yang diambil untuk mencapai suatu hasil
Universitas Sumatera utara
dari hari ke hari dan mengelola peningkatan kinerja diri mereka sendiri dan orang lain.
c. Pemahaman bersama : untuk memperbaiki kinerja, para individu perlu memiliki pemahaman bersama tentang bagaimana seharusnya bentuk tingkat kinerja dan
kompetensi yang tinggi itu dan apa pula yang hendak dicapai. d. Suatu pendekatan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia.
Manajemen kinerja berfokus dalam tiga hal. Pertama, bagaimana para manajer dan pemimpin kelompok bekerja secara efektif dengan orang-orang yang ada disekitar
mereka. Kedua, bagaimana peran individu bekerja sama dengan para manajer dan kelompok. Ketiga, bagaimana individu dapat dikembangkan untuk meningkatkan
pengetahuan, keahlian, dan kepiawaian mereka dan tingkat kompetensi dan kinerja mereka.
Menurut Sedarmayanti 2007:260 pentingnya kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika. Menurut Robbins 2003:82 unit sumber daya manusia dalam suatu organisasi
seharusnya berperan untuk menganalisis dan membantu memperbaiki masalah-masalah dalam pencapaian kinerja. Apa yang sesungguhnya menjadi peranan unit sumber daya
manusia dalam suatu organisasi ini seharusnya tergantung pada apa yang diharapkan manajemen tingkat atas, seperti fungsi manajemen manapun, kegiatan manajemen
sumber daya manusia harus dievaluasi dan direkayasa sedemikian rupa sehingga mereka
Universitas Sumatera utara
dapat memberikan kontribusi untuk kinerja yang kompetitif dari organisasi dan individu pada kewajaran.
Hasil kerja yang dicapai oleh seseorang karyawan juga haruslah dapat memberikan kontribusi yang penting bagi perusahaan yang dilihat dari segi kualitas
yang dirasakan oleh perusahaan dan sangat besar manfaatnya di masa yang akan datang.
2.3.3 Tujuan Penilaian Kinerja
Menurut Dessler 2006:325 penilaian kinerja dilakukan untuk : 1. Evaluasi hasil setelah melakukan pelatihan.
Penilaian harus memberikan peran yang terintegrasi dalam proses manajemen kinerja pengusaha, penilaian kinerja memberikan manfaat
setelah melakukan palatihan. 2. Perencanaan perbaikan jika tujuan belum tercapai.
Penilaian memungkinkan atasan dan bawahan menyusun sebuah rencana untuk mengoreksi semua kekurangan yang ditemukan dalam penilaian dan
untuk menegaskan hal-hal yang telah dilakukan dengan benar oleh bawahan. 3. Penunjang perencanaan karir.
Penilaian harus melayani tujuan perencanaan karir dengan memberikan kesempatan meninjau rencana karir pegawai dengan memperhatikan
kekuatan dan kelemahannya secara spesifik.
2.3.4 Dimensi Kinerja Karyawan
Dimensi kinerja atau kriteria kinerja adalah berbagai elemen dalam pekerjaan yang dianggap memiliki andil dalam keberhasilan pelaksanaan pekerjaan tersebut secara
Universitas Sumatera utara
keseluruhan. Dengan mengetahui dimensi-dimensi kinerja dari suatu pekerjaan, kita bisa mengembangkan standar-standar untuk mempermudah proses penilaian kinerja.
Menurut Mathis Jackson 2007:419 adapun Dimensi dari kinerja karyawan yaitu: 1. Kuantitas kerja adalah volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal.
Kuantitas juga menunjukkan banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan dalam satu waktu sehingga efektivitas kinerja dapat terlaksana sesuai dengan tujuan
perusahaan. Indikatornya adalah : a. Target Kerja
b. Volume Pekerjaan 2.
Kualitas kerja adalah ketelitian, kerapian, dan keterikatan hasil kerja yang dilakukan dengan baik agar dapat menghindari kesalahan didalam menyelesaikan
suatu pekerjaan. Indikatornya adalah : a. Pelaksanaan pekerjaan tepat
b. Minimalisasi tingkat kesalahan dalam bekerja 3.
Pemanfaatan waktu adalah penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan agar pekerjaan selesai tepat waktu pada waktu yang
ditetapkan. Indikatornya adalah : a. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
b. Batas waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. 4.
Kerja Sama Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja. Untuk
jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama antar karyawan sangat dibutuhkan. Kinerja
Universitas Sumatera utara
karyawan dapat dinilai dari kemampuannya bekerjasama dengan rekan sekerja lainnya. Indikatornya adalah :
a. Kemampuan bekerja sama dalam tim b. Kemampuan membina hubungan baik dengan atasan
Menurut Bangun 2012:233 berbagai dimensi atau kriteria kinerja yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja adalah :
1. Jumlah pekerjaan Dimensi ini menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan individu atau
kelompok sebagai persyaratan yang menjadi standar pekerjaan. Setiap pekerjaan memiliki persyaratan yang berbeda sehingga menuntut karyawan harus memenuhi
persyaratan tersebut baik pengetahuan, keterampilan, maupun kemampuan yang sesuai. Berdasarkan persyaratan pekerjaan tersebut dapat diketahui jumlah
karyawan yang dibutuhkan untuk dapat mengerjakannya, atau setiap karyawan dapat mengerjakan berapa unit pekerjaan.
2. Kualitas pekerjaan Setiap karyawan dalam perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu untuk
dapat menghasilkan pekerjaan sesuai kualitas yang dituntut suatu pekerjaan tertentu. Setiap pekerjaan mempunyai standar kualitas tertentu yang harus
disesuaikan oleh karyawan untuk dapat mengerjakannya sesuai ketentuan. Karyawan memiliki kinerja baik bila dapat menghasilkan pekerjaan sesuai
persyaratan kualitas yang dituntut pekerjaan tersebut.
Universitas Sumatera utara
3. Ketepatan waktu Setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda untuk jenis pekerjaan tertentu
harus diselesaikan tepat waktu, karena memiliki ketergantungan atas pekerjaan lainnya. Pekerjaan yang tidak selesai tepat waktu pada suatu bagian akan
menghambat pekerjaan pada bagian lain, sehingga mempengaruhi jumlah dan kualitas hasil pekerjaan.
4. Kehadiran Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran karyawan dalam
mengerjakannya sesuai waktu yang ditentukan. Kinerja karyawan ditentukan oleh tingkat kehadiran karyawan dalam mengerjakannya.
5. Kemampuan kerja sama Tidak semua pekerjaan dapat diselesaikan oleh satu orang karyawan saja. Untuk
jenis pekerjaan tertentu mungkin harus diselesaikan oleh dua orang atau lebih, sehingga membutuhkan kerja sama antarkaryawan sangat dibutuhkan. Kinerja
karyawan dapat dinilai dari kemampuannya bekerjasama dengan rekan sekerja lainnya.
2.3.5 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan
Menurut Anogara 2004:178, ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut:
1. Disiplin kerja Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa
berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi,
Universitas Sumatera utara
kedisiplinan dengan suatu latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan.
2. Motivasi Pimpinan organisasi perlu mengetahui motivasi kerja dari anggota organisasi.
Dengan mengetahui motivasi itu maka pimpinan dapat mendorong bekerja lebih baik.
3. Pendidikan Pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai
kinerja yang lebih baik, hal demikian merupakan syarat yang penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Tanpa bekal pendidikan, mustahil orang akan
mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifat baru dalam cara atau suatu sistem. 4. Komunikasi
Komunikasi memiliki bnayak pengaruh terhadap kinerja karyawan. Komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan serta dengan sesama anggota karyawan lain
dalam perusahaan dapat memotivasi karyawan untuk melakukan pekerjaan karena komunikasi yang sesuai telah terjalin dan karyawan mengerti satu sama lain
sehingga dapat mencapai tujuan yang dimaksud. Komunikasi yang dilakukan dapat berupa komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal.
5. Sikap etika kerja Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang didalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok lain. Etika dalam hubungan kerja sangat penting karena dengan tercapainya hubungan
yang seimbang antara prilaku dalam proses produksi akan meningkatkan kinerja.
Universitas Sumatera utara
6. Gizi dan kesehatan Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang
didapat, hal ini mempengaruhi kesehatan karyawan, dengan semua itu akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
7. Tingkat penghasilan Penghasilan yang cukup akan memberikan semangat kerja tiap karyawan untuk
memacu prestasi sehingga kinerja karyawan akan meningkat. 8. Lingkungan kerja dan iklim kerja
Lingkungan kerja dari karyawan termasuk hubungan atara karyawan, hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan penerangan dan sebagainya. Hal ini sangat
penting untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan karena sering karyawan enggan bekerja, karena tidak ada kekompakkan dalam kelompok kerja atau ruang
kerja yang tidak menyenangkan. Hal itu tentu menggangu kerja karyawan. 9. Teknologi
Dengan adannya kemajuan teknologi yang meliputi peralatan yang semakin otomatis dan canggih akan membuat dukungan tingakat produksi dan
mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan. 10. Sarana produksi
Faktor-faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam proses produksi
11. Jaminan sosial
Universitas Sumatera utara
Perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan, menunjang kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin bergairah dan
mempunyai semangat untuk bekerja. 12. Manajemen
Dengan adanya manajemen yang baik maka karyawan akan berorganisasi dengan baik, dengan demikian kinerja akan tercapai.
Menurut Gibson dalam Mangkunegara 2005:14 ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja :
1. Faktor individu : kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat social dan demografi seseorang.
2. Faktor psikologis : kepuasan kerja, persepsi, peran, sikap, kepribadian, dan motivasi. 3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, system
penghargaan reward system. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
ability dan faktor motivasi motivation. Hal ini sesuai dengan pendapat Davis dalam Mangkunegara 2005:13 sebagai berikut :
1. Faktor kemampuan ability secara psikologis, kemampuan terdiri dari potensi IQ dan kemampuan reality knowledge + skill. Artinya, pimpinan dan karyawan yang
memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja
maksimal. 2. Faktor motivasi motivation diartikan sebagai suatu sikap attitude pimpinan dan
karyawan terhadap situasi kerja situation dilingkungan organisasinya, mereka
Universitas Sumatera utara
yang bersifat positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negative terhadap situasi kerjanya akan
menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola
kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Menurut Timple dalam Mangkunegara 2005:15 faktor-faktor kinerja terdiri
dari faktor internal dan eksternal yaitu : 1. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang.
Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek
disebabkan orang itu mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuannya.
2. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja,
bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
2.3.6 Metode Penilaian Kinerja
1. Metode skala peringkat Rating scale.
Sistem ini terdiri atas dua bagian yaitu 1 bagian suatu daftar karakteristik dan 2 bidang, ataupun perilaku yang akan dinilai dan bagian skala.
Kekuatan system ini adalah dapat diselesaikan dengan cepat dan dengan upaya sesering mungkin. Kelemahan dari system ini adalah subjektif karena
criteria penilaian yang digunakan amat samar dan kurang tepat, khususnya pada skala yang digunakan.
Universitas Sumatera utara
2. Metode daftar pertanyaan Checklist. Hasil metode ini adalah bobot nilai pada lembar ceklis, tetapi ceklis dapat
dijadikan sebagai gambaran hasil kerja pegawai yang akurat. Keunggulannya adalah biaya yang murah, pengurusan yang mudah, penilaian hanya
membutuhkan waktu pelatihan yang sederhana dan standarisasi. Kelemahannya terletak pada penyimpangan penilaian yang lebih
mengedepankan criteria pribadi pegawai dalam menentukan criteria hasil kerja, kesalahan menafsir materi-materi ceklis, dan menetukan bobot nilai
tidak seharusnya dilakukan oleh departemen sumber daya manusia. 3. Metode penilaian terarah Forced choice method.
Sistem ini menggunakan evaluasi dengan lima skala yaitu : 1 berkinerja sangat tinggi, 2 berkinerja rata-rata tinggi, 3 berkinerja rata-rata, 4
berkinerja rata-rata rendah, 5 berkinerja sangat rendah. Kekuatan system ini adalah dapat mengidentifikasi pegawai yang memiliki prestasi tinggi dan
luarbiasa dan serta dapat mengurangi penyimpangan penilaian. Kelemahannya adalah tidak realistis mendorong pimpinan yang memiliki
hanya empat atau lima pegawai untuk mendistribusikannya ke lima level. 4. Metode peristiwa kritis Critical incident method.
Pada sistem ini dilaksanakan dengan membuat catatan-catatan contoh yang luarbiasa baik atau tidak diinginkan dari prilaku yang berhubungan dengan
kerja seorang pegawai dan meninjaunya bersama pegawai lain pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Keutungan metode ini adalah menyajikan
fakta-fakta keras yang spesifik untuk menjelaskan evaluasi dan memastikan
Universitas Sumatera utara
bahwa pimpina berfikir tentang evaluasi,serta mengidentifikasikan contoh- contoh khusus tentang kinerja yang baik dan yang jelek dan merencanakan
perbaikan terhadap kemerosotan. Kelemahannya adalah sulit untuk menilai atau memeringkatkan pegawai yang berhubungan satu sama lain.
2.4 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Penulis
Judul Tujuan
Metode Hasil
Banni 2012 Pengaruh Disiplin Dan Motivasi
Terhadap Kinerja Pegawai PT. PLN
Persero Wilayah Kalimantan Timur
Area Samarinda. Menunjukkan bahwa
variabel disiplin dan motivasi secara
serentak berpengaruh
terhadap variabel kinerja.
Simple random
sampling Penelitian ini menunjukkan
bahwa disiplin dan motivasi berpengaruh positif terhadap
kinerja pegawai pada PT PLN Persero Wilayah
Kalimantan Timur Area Samarinda.
Teruna 2012
Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Aplikasinusa Lintasarta Medan.
Untuk mengetahui Pengaruh Kepuasan
Kerja Karyawan Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. Aplikasinusa
Lintasarta Medan. Non-
probability sampling
Pengujian menunjukkan bahwa variabel motivasi
kerja dan kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap
variabel kinerja karyawan.
Harlie 2010 Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi Dan
Pengambangan Karier Terhadap
Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada
Pemerintah Kabupaten Tabalong
Di Tanjung Kalimantan Selatan.
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
variabel X terhadap variabel
Y. Accidental
sampling Disiplin kerja, motivasi, dan
pengembangan karier berpengaruh nyata secara
parsial terhadap kinerja pegawai. Pemerintah
Kabupaten Tabalong di Tanjung Kalimantan Selatan.
Universitas Sumatera utara
Pangkey 2013
Pengaruh Semangat Kerja dan Disiplin
Kerja Terhadap Produktivitas
Karyawan Pada PT. Sinar Galesong
Pratama Malalayang. Untuk mengukur
seberapa besar pengaruh variabel
X terhadap variabel Y.
Purposive random
sampling Semangat Kerja dan Disiplin
Kerja berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja
karyawan Pada PT. Sinar Galesong Pratama.
Soegihartono 2012
Pengaruh Kepemimpinan dan
Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja dengan Mediasi
Komitmen
di PT Alam Kayu Sakti Semarang.
Untuk menganilisis pengaruh
kepemimpinan dan kepuasan kerja
terhadap komitmen pada perusahaan PT.
Alam Kayu Sakti Semarang.
Purposive random
sampling Kepemimpinan dan kepuasan
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja dengan
Mediasi Komitmen
di PT Alam Kayu Sakti Semarang.
2.5 Kerangka Konseptual