41
bertujuan untuk melindungi bahan obat dari cahaya oleh karena itu digunakan TiO
2
dalam formulasi cangkang kapsul alginat 80-120 cP.
4.2 Hasil Uji Floating
Uji waktu floating terdiri dari floating lag time dan floating time. Floating lag time adalah waktu yang dibutuhkan oleh cangkang kapsul untuk dapat
mengapung dan floating time adalah lamanya cangkang kapsul dapat mengapung pada medium lambung buatan.
Uji floating lag time dari cangkang kapsul alginat 80-120 cP no.0 kosong menunjukkan hasil 0 detik, dimana cangkang kapsul alginat langsung mengapung
ketika pertama kali diletakkan kedalam medium lambung buatan. Hal ini karena cangkang kapsul alginat memiliki berat jenis yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan berat jenis medium lambung buatan pH 1,2. Sedangkan floating time cangkang kapsul alginat lebih dari 12 jam.
Pengujian floating time untuk cangkang kapsul alginat 80-120 cP dalam medium cairan lambung buatan pH 1,2 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
a b
c d
Gambar 4.2 Uji waktu floating cangkang kapsul alginat 80-120 cP
Keterangan : a Pada waktu 0 menit b Pada waktu 240 menit
c Pada waktu 480 menit d Pada waktu 660 menit
Universitas Sumatera Utara
42
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa cangkang kapsul alginat 80-120 cP dapat tetap mengapung mulai dari waktu 0 menit sampai 660 menit, bahkan
cangkang kapsul alginat 80-120 cP ini dapat bertahan tetap mengapung selama lebih dari 660 menit.
4.3 Hasil Uji Kerapuhan
4.3.1 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong
Pengujian kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cP kosong dilakukan dengan cara menjatuhkan beban seberat 50 g dari ketinggian 10 cm, dimana beban
seberat 50 g diibaratkan sebagai tekanan yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul kosong tersebut dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban,
cangkang kapsul kosong tersebut retak atau pecah Nagata, 2002. Hasil pengujian kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cP kosong
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
a b
Gambar 4.3 Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cP kosong
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
Hasil pengujian cangkang kapsul kosong tidak menunjukkan adanya cangkang kapsul yang retak atau pecah, hanya pipih pada bagian tertentu saja.
Pada penelitian uji kerapuhan cagkang kapsul alginat 80-120 cP kosong
Universitas Sumatera Utara
43
sebelumnya juga tidak menunjukkan adanya cangkang kapsul yang retak atau pecah Simamora, 2014.
4.3.2 Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi uji ketahanan terhadap tekanan
Pada pengujian ini dilakukan terhadap cangkang kapsul alginat 80-120 cP berisi bahan obat. Pada penelitian ini bahan obat yang digunakan adalah
klaritromisin. Klaritromisin merupakan salah satu antibiotik yang digunakan dalam terapi eradikasi Helicobacter pylori.
Pengujian dilakukan dengan cara menekan cangkang kapsul alginat berisi dengan beban seberat 2 kg Nagata, 2002. Beban ini diibaratkan seperti tekanan
yang mungkin terjadi selama proses pengisian kapsul sampai pada tahap pengemasan kapsul.
Hasil pengujian kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cP berisi dispersi padat klaritromisin dapat dilihat pada Gambar 4.4.
a b
Gambar 4.4 Uji kerapuhan cangkang kapsul alginat 80-120 cP berisi dispersi
padat klaritromisin Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan
a Sesudah uji kerapuhan pipih pada lokasi tertentu
Pada gambar diatas dapat dilihat tidak ada cangkang kapsul yang retak ataupun pecah, hanya menjadi pipih pada bagian tertentu. Kerapuhan cangkang
kapsul dipengaruhi oleh kadar uap air yang terdapat dalam cangkang kapsul
Universitas Sumatera Utara
44
tersebut. Kapsul akan menjadi rapuh apabila kadar uap air dalam cangkang kapsul tersebut sedikit. Sebaliknya jika kadar uap airnya terlalu banyak, kapsul
cenderung akan menjadi melunak. Akan tetapi, kisaran kadar uap air dalam cangkang kapsul berbeda antara satu bahan dengan bahan yang lain.
4.4 Hasil Uji Disolusi
Profil uji pelepasan klaritromisin, dispersi padat klaritromisin-PVP K30 2:1 dan 3:2 dari cangkang kapsul alginat 80-120 cP dalam medium lambung
buatan pH 1,2 selama 11 jam dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Grafik pelepasan dari klaritromisin dalam medium lambung buatan
pH 1,2 selama 11 jam. Keterangan
: FI = Klaritromisin-PVP K30 2:1 FII = Klaritromisin-PVP K30 3:2
Hasil pelepasan klaritromisin 500 mg saja dengan menggunakan cangkang kapsul alginat 80-120 cP dapat dilihat pada grafik bahwa pelepasan klaritromisin
naik turun, dan pada menit ke-660 hanya melepaskan bahan obat sebanyak 13,40. Selanjutnya uji disolusi dilakukan terhadap klaritromisin yang
Universitas Sumatera Utara
45
diformulasi dalam bentuk dispersi padat dengan pembawa polivinilpirolidon PVP K30 menggunakan 2 cangkang kapsul alginat, hal ini dikarenakan jumlah
bahan obat tidak cukup jika dimasukkan didalam satu cangkang kapsul alginat no. 0. Formulasi I adalah dispersi padat klaritromisin:PVP K30 2:1, berdasarkan
grafik klaritromisin yang terlepas dari cangkang kapsul pada menit ke-180 sebanyak 33,66, pada menit ke-360 sebanyak 48,06, dan pada menit ke-660
sebanyak 71,85 bahan obat telah terlepas. Pada formulasi II yang berisi dispersi padat klaitromisin:PVP K30 dengan perbandingan 3:2 menujukkkan klaritromisin
yang terlepas pada menit ke-180 sebanyak 46,25, pada menit ke-360 sebanyak 76,43, dan pada menit ke-660 sebanyak 121,28.
Formulasi klaritromisin yang memberikan pelepasan memenuhi syarat sustained release menurut Murthy dan Ghebre 1993 adalah formulasi I dengan
perbandingan klaritromisi-PVP K30 2:1, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Perbandingan pelepasan dispersi padat klaritromisin 2:1 dengan
persyaratan Murthy dan Gebre Interval
pemberian Waktu jam
Jumlah yang terlepas
Persyaratan Murthy dan Ghebre
0,25D 3 jam
33,66 20-50
0,5D 6 jam
48,06 45-75
1D 12 jam
75 ≥75
Keterangan: D interval pemberian= 12 jam Klaritromisin setelah diformulasi dalam bentuk dispersi padat dengan
pembawa PVP K30 mengalami peningkatan laju pelepasan. Peningkatan laju disolusi ini terjadi karena polivinilpirolidon PVP K30 merupakan polimer
mudah larut dalam air Ditjen POM, 1979 sehingga dapat meningkatkan proses pelarutan dan proses pembasahan dari bahan obat
Voigt, 1995
dan modifikasi
Universitas Sumatera Utara
46
bahan obat dalam bentuk dispersi padat akan menurunkan ukuran partikel dari bahan obat sehingga luas permukan kontak obat dengan media akan semakin
besar dan kelarutan semakin bertambah Agoes, 2008. Sistem dispersi padat dengan konsentrasi PVP K30 yang semakin besar menyebabkan jumlah
klaritromisin yang terdispersi molekuler dalam PVP K30 menjadi semakin besar oleh karena itu, laju disolusi klaritromisin pun semakin meningkat sebanding
dengan banyaknya PVP K30 dalam sistem dispersi padat tersebut. Gambar uji disolusi sediaan floating dispersi padat klaritromisin
menggunakan cangkang kapsul alginat dapat dilihat pada Gambar 4.6.
a b
c d
Gambar 4.6 Uji disolusi dari sediaan floating dispersi padat klaritromisin
menggunakan cangkang kapsul alginat 80-120 cP Keterangan: a. Pada waktu 0 menit
b. Pada waktu 180 menit c. Pada waktu 360 menit
d. Pada waktu 660 menit
Universitas Sumatera Utara
47
Cangkang kapsul alginat pada Gambar 3.6 tetap utuh dan mengapung sampai 660 menit. Cangkang kapsul alginat yang tetap utuh di dalam medium
lambung buatan selama waktu pengujian dikarenakan kalsium alginat kalsium guluronat yang terbentuk dari natrium alginat dan kalsium klorida akan berikatan
dengan asam dari medium lambung buatan pH 1,2 menghasilkan asam alginat. 2Na-alginat + CaCl
2
Ca-alginat + 2NaCl Ca-alginat + H
+
Ca
2+
+ H-alginat Asam alginat yang terbentuk bersifat hidrofob sehingga menjadi sukar
larut dan tetap utuh dalam medium lambung pH 1,2 Bangun, et al., 2005.
4.5 Kinetika Orde Pelepasan