Objek Pemerkosaan dalam Hukum Pidana

keras, atau cara-cara lain tanpa sepengetahuannya, dengan maksud untuk mencegah perlawanannya; c Perempuan itu tidak sadar d Perempuan itu berumur kurang dari sepuluh tahun.

2. Objek Pemerkosaan dalam Hukum Pidana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Objek adalah benda, hal, atau sesuatu yang dijadikan sasaran pembicaraan, penelitian dan sebagainya. Dalam hukum pidana, terkhusus pidana pemerkosaan yang menjadi objek aalah korban, korban adalah mereka yang menderita secara jasmani dan rohani sebagai tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi manusia. 16 Sahetapy memberikan pengertian korban tidak hanya dibatasi sebagai korban kejahatan saja, karena dari sebab timbulnya dan akibat yang ada mempunyai aspek yang luas dilihat dari beberapa segi, hal ini dapat dilihat pendapatnya mengenai korban, yaitu korban adalah orang perorangan atau badan hukum yang menderita luka-luka, kerusakan atau bentuk-bentuk kerugian lainnya yang dirasakan, baik secara fisik maupun secara kejiwaan. Kerugian bukan hanya dilihat dari sisi hukum saja, tetapi juga dapat dilihat dari sisi ekonomi, politik, maupun sosial budaya.Mereka yang menjadi korban dalam hal ini dapat dikarenakan kesalahan si korban itu sendiri, peranan korban secara langsung atau tidak langsung, dan tanpa adanya peranan dari si korban. 17 Ada beberapa objek yang menjadi korban pemerkosaan, yaitu: 18 a. Heteroseksual 16 Muhammad Arif, Kedudukan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana. Jakarta 1992, hal 23 17 Arif Gosita, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Presindo, 1993, hal 45 18 Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992, hal. 180 Universitas Sumatera Utara Yaitu pemerkosaan pada umumnya, dimana pelakunya adalah laki-laki dan korbannya adalah perempuan yang dengan paksaan, kekerasan, atau ancaman kekerasan memaksa untuk bersetubuh. b. Homoseksual Perbuatan memaksa seorang laki-laki sesame jenis untuk bersetubuh dengan paksaan, kekerasan, atau ancaman kekerasan, pelaku melakukan sodomi kepada korban nya, namun lebih lanjut menurut Njowito Hamdani istilah ‘bersetubuh’ disini adalah untuk istilah medis, sedangkan dari segi hukum, perbuatan ini dianggap sebagai perbuatan cabul, karena tidak memenuhi unsur- unsur pemerkosaan sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 285 KUHP. Seseorang yang normal dapat berubah menjadi homoseksual, misalnya di Lembaga Pemasyarakatan. Sodomi sendiri berasal dari kata Sodom, sebuah kota purbakala di Syria yang dengan kota Gamora, menurut Alkitab Perjanjian Lama dibakar oleh Allah karena kelakuan seksual penduduk yang tidak senonoh. Sedangkan istilah homoseksual bagi perempuan dikenal dengan istilah tribade, sapfisme, amor lesbicus, dan frikatises. Tribade berasal dari kata tribas yang berarti ‘menggesek’, begitu juga dengan arti frikatises. Sapfisme berasal dari nama Sappho, seorang penyair perempuan yang tersohor di pulau Lesbos, yang membuat syair asmara untuk kekasih-kekasihnya. Dari Lesbos kemudian timbul kata amor Lesbicus dan Lesbian. c. Zoofilia Adalah perbuatan cabul yang dilakukan seseorang kepada hewanbinatang, baik jantan maupun betina.Sering terjadi pada penggembala hewan ternak seperti kambing atau lembu. Dalam KUHP ada satu pasal yang Universitas Sumatera Utara khusus membahas tentang kejahatan terhadap hewan, yaitu Pasal 302 KUHP yang berbunyi: 1 Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan: 1. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas, dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya. 2. Barangsiapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan sengaja tidak member makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan yang seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaannya dan ada dibawah pengawasannya atau kepada hewan yang wajib dipeliharanya 2 Jika perbuatan itu menyebabkan sakit lebih dari seminggu atau cacat atau menderita luka berat lainnya atau mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena penganiayaan hewan. 3 Jika hewan itu milik yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas 4 Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana. d. Nekrofilia Nekrofilia atau nekromaniadalah seseorang yang melakukan persetubuhan dengan mayat.Perbuatan dapat berupa perbuatan cabul, sentuhan, bahkan persetubuhan.Dalam kasus ini pelaku dapat dikenakan Pasal 180 atau 406 KUHP. Pasal 180 KUHP: “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menggali atau mengambil atau memindahkan atau mengangkut mayat yang sudah digali atau diambil, diancam cengan pidana paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.” Pasal 406 KUHP: “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Universitas Sumatera Utara

2. Pertanggungjawaban pidana