Posisi Kasus dalam Putusan No. 377 Pid.B 2011 PN.BB Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

pembenar adalah pelaksanaan ketentuan undang-undang pasal 50 KUHP,menjalankan perintah jabatan atau perintah penguasa tanpa wewenang yang didasari oleh itikad baik. Pasal 51 ayat 1 dan 2 KUHP Pembagian alasan penghapus pidana dengan cara memisahkan antara alasan pemaaf dan pembenar ini juga dapat dilihat dari pandangan atau aliran dualistis dalam hukum pidana yang berbeda dengan aliran atau pandangan monoistis. Menurut pandangan dualistis untuk adanya syarat-syarat penjatuhan pidana terhadap pelaku diperlukan lebih dahulu pembuktian adanya perbuatan pidana sebagai unsur objektif, lalu sesudahnya itu dibuktikan kesalahanpelaku sebagai unsure subjektif. Kedua hal ini, sama pentingnya untuk dijadikan hakim sebagai dasar dalam menjatuhkan pidana. 89

B. Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana Pemerkosaan

Terhadap Penderita Gangguan Mental Berdasarkan Putusan No. 377Pid.B2011PN.BB

1. Posisi Kasus dalam Putusan No. 377 Pid.B 2011 PN.BB

Bahwa terdakwa yang bernama DEDE BIN TANU padan bulan Pebruari 2010 sampai dengan bulan Juni 2010 atau setidak-tidaknya masih dalam tahun 2010 bertempat di Kp. Babakan Bolang RT. 0110 Desa Tanjung Sari kec. Cangkuang Kab. Bandung, atau setidak-tidaknya masih dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Bale Bandung, Telah bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, jika antara beberapa perbuatan meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya 89 M. Hamdan, Alasan Penghapus Pidana teori dan studi kasus, Bandung: Refika Aditama, 2012, hal. 34 Universitas Sumatera Utara sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai suatu perbuatan yang berlanjut, dengan cara sebagai berikut: Pada waktu dan tempat yang telah disebutkan diatas, terdakwa membujuk saksi korban yang bernama Lisa Marsiah masuk kedalam rumah terdakwa pada saat terdakwa sedang sendiri driumah dengan mengiming-imingi makanan dan minuman, setelah saksi korban masuk kerumah terdakwa lalu mengajak saksi korban kedalam kamar terdakwa lalu terdakwa menyuruh saksi korban untuk tidur di tempat tidur terdakwa dengan posisi telentang kemudian terdakwa membuka celana saksi korban dan celana terdakwa dan mengeluarkan alat kelamin setelah itu terdakwa menempelkannya ke alat kelamin saksi korban dan memasukannya ke dalam alat kelamin saksi korban dan memaju mundurkan alat kelaminnya selama lima menit, sehingga mengeluarkan sperrma di lubang alat kelamin saksi korban. Antara terdakwa dan saksi korban tidak ada ikatan perkawinan.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Pada dakwaan primer, Jaksa Penuntut Umum menyatakan pelaku telah bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, jika antara beberapa perbuatan meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut, maka pelaku didakwa telah melanggar pasal 286 Jo Pasal 64 KUHP. Pada dakwaan alternatif, Jaksa penuntut Umum menyatakan pelaku telah melakukan perbuatan cabul dengan seorang wanita padahal diketahuinya bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, jika antara beberapa Universitas Sumatera Utara perbuatan meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga sehingga harus dipandang sebagai perbuatan berlanjut, maka pelaku didakwa telah melanggar pasal 290 ayat 1 Jo Pasal 64 KUHP.

3. Tuntutan