Peran Beras dalam Ketahanan Pangan

dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat, sampai akhirnya melewati standar kecukupan konsumsi per kapita sehari. Kecukupan gizi yang dianjurkan per kapita per hari adalah penyediaan energy 2.500 kalori dan protein 55 gram. Permintaan terhadap beras sendiri secara umum dibagi kedalam permintaan untuk tujuan pangan dan non pangan Benu, 1996. Permintaan beras untuk tujuan pangan adalah untuk benih, makanan, pakan, dan industri. Secara keseluruhan di Indonesia permintaan beras untuk tujuan pangan menempati posisi yang lebih besar daripada untuk tujuan nonpangan. Salah satu faktor yang langsung mempengaruhi permintaan terhadap beras adalah jumlah penduduk. Menurut Mangahas dalam Benu, 1996, bahwa terdapat kenyataan di mana jumlah penduduk merupakan determinan utama dari kenaikan dalam permintaan produk pertanian. Sehingga jika suatu wilayah dengan kebutuhan pangan pokoknya adalah beras, maka peningkatan jumlah penduduk akan semakin meningkatkan permintaan terhadap beras.

2.2. Peran Beras dalam Ketahanan Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan pangan dan gizi perlu diposisikan sebagai central of development Cicih, 2008. Universitas Sumatera Utara Ketahanan pangan dianggap sebagai pilar pembangunan, sekaligus merupakan salah satu faktor penentu tingkat kesejahteraan. Pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau seperti tercantum dalam UU No. 71999 tentang Pangan. Ketahanan pangan mensyaratkan terwujudnya secara simultan dan setiap saat seperti ketersediaan pangan yang cukup dan meratadi seluruh wilayah, sekaligus kemampuan setiap rumah tangga untuk mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang. Beras merupakan komoditas pangan yang dijadikan makan pokok bagi bangsa Asia, khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Jepang dan Myanmar. Beras adalah hasil olahan dari produk pertanian yang berasal dari padi. Menurut Khimaidi 1997 makanan pokok adalah makanan yang dalam sehari-hari, mengambil porsi terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan pangan pokok utama adalah pangan yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain. Menurut Suryana dan Mardianto 2001, beras mempunyai peran yang strategis dalam memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan ketahanan atau stabilitas politik nasional. Beras memiliki karakteristik menarik antara lain: 1 90 produksi dan konsumsi beras dilakukan di Asia; 2 pasar beras dunia sangat rendah, yaitu hanya 4-5 dari total produksi, berbeda dengan komoditi tanaman pangan lainnya seperti gandum, jagung dan kedelai yang masing-masing mencapai Universitas Sumatera Utara 20, 15, dan 30 dari total produksi; 3 harga beras sangat tidak stabil dibanding dengan produk lainnya; 4 80 perdagangan beras dunia dikuasai oleh enam negara, yaitu Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Pakistan, Cina dan Myanmar; 5 struktur pasar oligopolistik; 6 Indonesia merupakan negara net importir sejak tahun1998; dan 7 sebagian besar negara di Asia, umumnya beras diperlakukan sebagai wage goods dan political goods. Oleh karena itu, peran beras dalam pemenuhan kebutuhan pangan sangat besar. Darwanto 2005 menggambarkan bahwa ketahanan pangan sangat tergantung dari ketersediaan stok beras yang bisa disediakan secara nasional. Beras dapat digolongkan menjadi komoditas subsisten karena produk yang dihasilkan Q digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga produsen atau petani C dan selebihnya untuk dijual ke pasar M. Secara matematik alokasi tersebut dapat diformulasikan sebagai: Q = C + M ……………………………………………………………………….. 2.1 Untuk alokasi tersebut dapat dijelaskan pada Gambar 2.1 dengan sumbu datar OF menggambarkan jumlah produk komoditas subsisten beras dan sumbu tegak OCnr menggambarkan konsumsi barang atau produk lain yang tidak diproduksi oleh rumahtangga petani. Panjang sumbu datar OF menggambarkan total produk Q dengan alokasi untuk konsumsi rumahtangga C dan untuk dijual ke pasar M. Dengan anggapan bahwa produksi beras mempunyai kontribusi yang relatif besar terhadap pendapatan rumah tangga maka untuk produk sebesar Q0 tersebut akan dialokasikan untuk konsumsi rumah tangga sebesar C0 dan selebihnya sejumlah Universitas Sumatera Utara M0 untuk dijual ke pasar untuk memaksimalkan utility atau kesejahteraan anggota rumahtangga U0. Teori klasik menyatakan bahwa jumlah hasil yang dijual ke pasar oleh rumahtangga petani akan tergantung pada tingkat harga produk, yaitu semakin tinggi harga produk maka akan semakin besar jumlah produk yang dijual. Namun, untuk produk komoditas subsisten ini pertimbangan harga produk tersebut bukan satu-satunya pertimbangan petani untuk memutuskan besaran jumlah barang yang dijual kepasar tetapi masih akan mempertimbangkan pula harga barang kebutuhan lain yang tidak diproduksi oleh rumahtangga petani tersebut, dengan kata lain dapat disebutkan bahwa besaran jumlah hasil yang dijual ke pasar tersebut akan tergantung pada besarnya kebutuhan uang tunai untuk membeli produk barang atau jasa yang tidak dihasilkan oleh rumahtangga petani tersebut. Untuk gambaran tersebut maka dapat dikemukakan pertimbangan harga tersebut dicerminkan oleh perbandingan harga yaitu P i = P r P nr Semakin tinggi harga beras relatif terhadap harga barang lain maka semakin sedikit jumlah produk yang dijual ke pasar karena mampu untuk membeli barang lain dengan hanya menjual beras sejumlah itu. Sebaliknya semakin rendah harga beras relatif terhadap barang lain maka petani akan menjual semakin banyak beras agar mampu membeli barang lain yang dibutuhkan rumahtangganya. Dengan demikian jika harga beras relatif lebih rendah dari harga barang lain maka kemampuan rumahtangga petani untuk membeli barang lain menurun yang berarti pula menurun dengan r = rice dan nr = barang lain atau sebagai koefisien arah dari garis anggaran budget line pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara tingkat kesejahteraannya. Namun, ditinjau dari ketersediaan beras di pasar akan meningkat karena petani menjual lebih banyak berasnya ke pasar. Sumber: Toquero, et.al dalam Darwanto 2005 Gambar 2.1. Model Alokasi Output Dari Petani Subsisten untuk Konsumsi Rumah Tangga dan Dijual Konsumsi RT Produksi dalam negeri dapat saja diestimasi dengan menggunakan fungsi produksi secara langsung, di mana total produksi merupakan fungsi dari luas panen, harga komoditas yang bersangkutan, harga komoditas pesaing, harga masukan, dan teknologi Adnyana, 2001. Namun, Gemil 1978 dalam Afrianto 2010 mengemukakan bahwa fungsi areal panen dan fungsi produktivitas adalah dua fungsi yang berbeda, meskipun keduanya dipengaruhi oleh harga. Universitas Sumatera Utara

2.3. Kebijakan Beras