pembukaan sawah baru, sehingga terjadi fluktuasi produksi dan produktivitas, karena lahan-lahan yang baru dibuka belum dapat memberikan produksi yang optimal.
Berdasarkan produksi padi sawah tersebut di atas, maka dapat dihitung produksi beras di Kabupaten Deli Serdang, sebagaimana disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.5. Produksi Padi dan Beras di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004 – 2010
Tahun Produksi Padi ton
Produksi Beras ton
2004 333,513
217,336.53 2005
362,229 233,849.34
2006 383,531
250,259.74 2007
386,774 250,028.94
2008 381,955
248,346.11 2009
347,766 250,011.37
2010 441,887
286,384.22
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Sesuai dengan fluktuasi produksi padi, maka produksi beras di Kabupaten
Deli Serdang juga berfluktuasi, di mana produksi beras yang paling tinggi adalah pada tahun 2010 sebanyak
286,384.22 ton. Sedangkan produksi beras paling rendah adalah pada tahun 2004, yaitu sebanyak 217,336.53 ton.
4.3. Konsumsi Beras di Kabupaten Deli Serdang
Konsumsi beras di suatu daerah berhubungan erat dengan jumlah penduduk di daerah tersebut, karena beras merupakan bahan makan pokok. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
semakin banyak jumlah penduduk, maka kebutuhan atau konsumsi beras juga akan semakin meningkat. Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan Nasional,
tingkat konsumsi beras untuk Kabupaten Deli Serdang adalah sebesar 105,6 kg per kapita per tahun. Besarnya tingkat konsumsi ini lebih rendah bila dibanding dengan
tingkat konsumsi beras nasional sebesar 139,15 kg per kapita pertahun yang masih tergolong sangat tinggi.
Tabel 4.6. Konsumsi Beras di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004 – 2010
Tahun Jumlah
Penduduk Jiwa
Konsumsi Beras Ton
Produksi Beras Ton
Surplus Beras Ton
2004 1,539,679
162,590.10 217,336.53
54,746 25.19
2005 1,582,213
167,081.69 233,849.34
66,768 28.55
2006 1,634,115
172,562.54 250,259.74
77,697 31.05
2007 1,686,366
178,080.25 250,028.94
71,949 28.78
2008 1,738,431
183,578.31 248,346.11
64,768 26.08
2009 1,774,069
187,341.69 250,011.37
62,670 25.07
2010 1,789,243
188,944.06 286,384.22
97,440 34.02
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang Sejalan dengan pertambahan penduduk Kabupaten Deli Serdang yang
meningkat setiap tahun, maka konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2004, konsumsi beras di Kabupaten Deli
Serdang adalah sebesar 162,590.10 ton yang mengalami peningkatan menjadi 188,944.06 ton pada tahun 2010. Dengan demikian terjadi peningkatan konsumsi
beras di Kabupaten Deli Serdang sebesar 26,353.96 ton 16,21 selama tujuh tahun.
Universitas Sumatera Utara
Dibandingkan dengan produksi beras di Kabupaten Deli Serdang, maka Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang surplus beras setiap tahun. Pada
tahun 2004, surplus beras sebesar 54,746 ton 25.19, dan menjadi sebesar 97,440 ton 34.02 pada tahun 2010. Hal ini menempatkan Deli Serdang sebagai lumbung
beras di Sumatera Utara.
4.4. Hasil Analisis dan Pembahasan
4.4.1. Luas Areal Panen Padi
Luas areal panen padi Kabupaten Deli Serdang dipengaruhi oleh luas areal irigasi, harga riil gabah di tingkat petani, harga riil pupuk urea, dan curah hujan.
Harga riil gabah di tingkat petani, curah hujan dan luas areal irigasi berpengaruh positif terhadap luas areal panen, sedangkan harga riil pupuk urea berpengaruh
negatif terhadap luas areal panen. Hasil estimasi parameter luas areal panen padi Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada berikut ini.
LLAP = 5,255 + 0,336 LLAI – 0,153 LHG + 0,502 LHPU – 0,063 LCH 2,933
-0,961
ts
0,894
ts
-1,498
ts
R
2
F-h = 4,836
= 0,6825 Keterangan : LLAP = log luas areal panen
LLAI = log luas areal irigasi LHG
= log harga riil gabah LHPU = log harga riil pupuk urea
LCH = log curah hujan
ts = tidak signifikan
Universitas Sumatera Utara
= signifikan pada α 5.
Berdasarkan hasil analisis, nilai koefisien determinasi R-square dari model luas areal panen padi adalah sebesar 0,6825 artinya 68,25 luas areal panen padi
dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel dalam model yakni harga riil gabah di tingkat petani, harga riil pupuk urea, curah hujan, dan luas areal irigasi. Hal
ini menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak variabel lain 31,75 di luar model yang mempengaruhi luas areal panen padi sawah di Kabupaten Deli Serdang,
seperti ketersediaan tenaga kerja dan alih fungsi lahan. Hasil analisis ini menjelaskan bahwa karena beras merupakan makanan pokok dan utama bagi masyarakat Deli
Serdang dan Sumatera Utara, maka menanam padi setiap tahun sudah merupakan keharusan, tanpa memperhatikan faktor lain. Demikian karena sebagian besar petani
padi sawah hanya menggantungkan sumber perekonomiannya terhadap padi sawah, maka mereka tetap menanam padi sawah setiap tahun sesuai dengan musim
tanamnya. Dengan menggunakan uji statistik F menunjukkan bahwa variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap luas areal panen padi Kabupaten Deli Serdang pada taraf nyata 0,05. Artinya bahwa seluruh variabel yang terdapat
dalam model secara bersama-sama mempengaruhi luas areal panen padi di Kabupaten Deli Serdang. Dari hasil uji statistik t, menunjukkan bahwa hanya variabel luas areal
irigasi yang berpengaruh nyata terhadap luas areal panen pada taraf nyata 0,05. Variabel luas lahan irigasi LLAI berpengaruh positif terhadap luas areal panen di
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Deli Serdang, dengan nilai sebesar 0.336. Artinya jika terjadi peningkatan luas areal irigasi sebesar 1, maka luas areal panen akan bertambah sebesar 0,336.
Sehingga perlu adanya peningkatan sarana irigasi agar luas panen padi semakin meningkat.
Harga riil gabah ditingkat petani menunjukkan pengaruh yang negatif sebesar 0,153 tetatpi pengaruhnya tidak signifikan. Hasil ini berbeda dengan kriteria ekonomi
bahwa jika harga gabah meningkat maka luas areal panen padi akan meningkat. Menurut Adnyana 2001 hasil ini menunjukkan bahwa petani tampaknya tidak
terpengaruh oleh perubahan harga gabah dan tetap mengusahakan padi pada lahannya baik pada jangka pendek maupun jangka panjang.
Variabel harga riil pupuk urea berpengaruh positif terhadap luas areal panen dengan nilai sebesar 0,502 tetapi tidak signifikan. Hasil ini berbeda dengan kriteria
ekonomi bahwa jika harga pupuk urea meningkat maka luas areal panen padi akan menurun. Kenyataannya, apabila terjadi kenaikan harga pupuk urea, maka petani
akan mengurangi jumlah pembelian pupuk urea tetapi menggantinya dengan jenis pupuk lain yang mengandung nitrogen. Selain itu adanya subsidi pupuk kepada petani
juga menjadi penyebab tidak signifikannya pengaruh harga pupuk urea terhadap luas panen padi sawah di Kabupaten Deli Serdang.
Dugaan yang kuat bahwa kegiatan usaha tani padi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis budidaya seperti curah hujan. Hasil analisis persamaan
menunjukkan koefisien estimasi variabel curah hujan berpengaruh negatif tetapi tidak
Universitas Sumatera Utara
signifikan. Dilihat dari curah hujan bulanan, maka Kabupaten Deli Serdang termasuk daerah basah, karena curah hujan bulanan pada umumnya 100 mm, kecuali bulan
Pebruari. Pada daerah-daerah tertentu di Kabupaten Deli Serdang termasuk daerah landai, sehingga jika curah hujan tinggi, akan terjadi banjir sehingga akan
mengurangi luas panen padi.
4.4.2. Konsumsi Beras
Konsumsi beras LKB di Kabupaten Deli Serdang dipengaruhi oleh LPDPT dan harga beras LHB. Hasil estimasi parameter diperoleh sebagai berikut:
LKB = 1,940 + 0,158 LHB + 0,534 LPDPT 2,204
2,468 R
2
F-h = 53,782
= 0,9072
Keterangan : LKB = log konsumsi beras
LHB = log harga riil beras
LPDRB = log PDRB ts
= tidak signifikan = signifikan pada α 5.
= signifikan pada α 1. Nilai koefisien determinasi R-square dari model konsumsi beras adalah
sebesar 0,9072, artinya 90,72 konsumsi beras dapat diterangkan oleh keragaman variable-variabel dalam model yakni harga riil beras dan pendapatan perkapita.
Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam model.
Universitas Sumatera Utara
Dengan menggunakan uji statistik F diperoleh bahwa variabel bebas secara bersama- sama berpengaruh terhadap konsumsi beras Kabupaten Deli Serdang sebesar pada
taraf nyata 0,01. Hasil analisis persamaan menunjukkan variabel harga beras berpengaruh
positif tehadap konsumsi beras. Hal ini mengindikasikan, walaupun harga beras naik, konsumsi beras tetap meningkat di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini juga disebabkan
bahwa masyarakat di Kabupaten Deli Serdang secara khusus dan Sumatera Utara secara umum mengkonsumsi beras sebagai bahan makan pokok dan utama dan relatif
tidak ada substitusinya. Sehingga dengan demikian, walaupun harga beras naik, tetapi untuk kebutuhan pokok tetap harus mengkonsumsi beras. Dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,158, maka apabila harga beras naik 1, maka konsumsi beras akan meningkat sebesar 0,158, ceteris paribus.
Variabel pendapatan perkapita menurut hasil analisis juga menunjukkan pengaruh yang positif terhadap konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang. Artinya
semakin tinggi pendapatan maka konsumsi terhadap beras semakin meningkat, sebaliknya jika pendapatan turun, maka konsumsi terhadap beras juga akan turun.
Nilai koefisien variabel pendapatan perkapita yang diperoleh dari hasil analisis sebesar 0,534 artinya jika pendapatan perkapita naik 1, maka konsumsi beras naik
sebesar 0,543 dalam satu tahun, ceteris paribus. Pengaruh tersebut secara statistik adalah signifikan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan perkapita
akan mempengaruhi tingkat konsumsi beras di Kabupaten Deli Serdang. Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini mendukung penelitian Malian, Mardianto dan Ariani 2004 yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita berpengaruh terhadap konsumsi beras
dalam jangka pendek dan jangka panjang, di mana pendapatan perkapita yang semakin tinggi akan meningkatkan konsumsi beras domestik.
4.4.3. Harga Eceran Beras
Berdasarkan hasil analisis persamaan dalam penelitian ini, diperoleh bahwa variabel harga eceran beras di Kabupaten Deli Serdang dipengaruhi oleh suplai beras
yang dicerminkan oleh produksi beras tahun sebelumnya, permintaan beras yang dicerminkan oleh konsumsi beras dan harga eceran beras tahun sebelumnya. Variabel
konsumsi beras dan lag harga beras menunjukkan pengaruh yang positif terhadap harga eceran beras, sedangkan lag produksi beras berpengaruh negatif terhadap harga
eceran beras. Nilai koefisien determinasi R-square dari model harga eceran beras adalah
sebesar 0,8812. Artinya bahwa 88,12 harga eceran beras dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel bebas dalam model yakni konsumsi beras, lag produksi
beras dan lag harga eceran beras, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat di dalam model. Dengan menggunakan uji statistik-F terlihat
bahwa variable-variabel tersebut secara bersama-sama mempengaruhi harga beras di Kabupaten Deli Serdang pada taraf nyata 0,00.
Dari hasil uji statistik-t terlihat bahwa hanya variabel konsumsi beras yang menunjukkan pengaruh yang nyata pada taraf 0,10 sedangkan variabel lainnya yaitu
Universitas Sumatera Utara
lag produksi beras dan lag produksi beras tidak menunjukkan pengaruh yang nyata secara statistik. Hasil estimasi parameter harga eceran beras di Kabupaten Deli
Serdang dapat dinyatakan pada persamaan berikut ini. LHB = -15,758 + 1,882 LKB – 0,025 LLQB + 0,379 LLHB
2,233 -0,115
ts
1,404
ts
R
2
F-h = 22,258
= 0,8812 Keterangan : LHB
= log harga riil beras LKB
= log kebutuhan beras LLQB = log lag produksi beras
LLHB = log lag harga riil beras ts
= tidak signifikan = signifikan pada α 1.
= signifikan pada α 10.
Konsumsi beras berhubungan positif dan berpengaruh nyata terhadap harga eceran beras. Nilai koefisien variabel sebesar 1,882 yaitu apabila terjadi peningkatan
konsumsi terhadap beras 1, maka harga eceran beras akan meningkat 1,882, ceteris paribus. Konsumsi beras bersifat elastic terhadap harga eceran beras. Dengan
tingkat konsumsi beras yang tinggi, mengakibatkan harga beras di Kabupaten Deli Serdang semakin tinggi.
Nilai koefisien variabel suplai atau dalam hal ini ditunjukkan oleh produksi beras tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh negatif terhadap harga beras sebesar
-0,025. Artinya bahwa jika suplai atau produksi beras meningkat sebesar 1 maka
Universitas Sumatera Utara
harga beras akan turun sebesar 0,025, ceteris paribus. Hasil analisis ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa jika terjadi panen raya, produksi beras meningkat
dapat menurunkan harga eceran beras dan jika pada saat musim paceklik, harga beras meningkat karena produksi beras atau ketersedian beras menurun. Akan tetapi
berdasarkan analisis statistik, variabel tersebut tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun jumlah produksi beras meningkat, namun karena
jumlah permintaan terhadap beras lebih besar daripada produksi, dapat dikatakana bahwa produksi beras tidak dapat mempengaruhi harga beras di Kabupaten Deli
Serdang. Harga eceran beras dipengaruhi pula oleh harga eceran beras tahun
sebelumnya dengan nilai koefisien varibel sebesar 0,379 namun tidak berpengaruh nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa harga eceran beras cenderung lambat dalam
merespon berbagai perubahan situasi ekonomi yang mempengaruhinya dan dibutuhkan waktu untuk bisa menyesuaikan harga eceran beras secara tepat pada saat
terjadinya perubahan berbagai faktor ekonomi.
4.5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini terdiri dari tiga, yaitu uji normalitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan
melalui analisa grafik Jarque-Bera, uji autokorelasi dengan menggunakan LM-Test, dan uji heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser yang dihasilkan melalui
perhitungan regresi dengan Eviews.
Universitas Sumatera Utara
4.5.1. Luas Areal Panen Padi a.
Normalitas
Gambar 4.1. Hasil Analisis Jarque-Bera Luas Areal Panen Padi
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Jarque-Bera sebesar 0.6972 dengan probabilitas 0.7057, yang berarti bahwa residual data berdistribusi normal.
b. Autokorelasi
Tabel 4.7. Correlation Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.440778 Prob. F2,7
0.6602 ObsR-squared
1.565906 Prob. Chi-Square2 0.4571
1 2
3 4
5
-0.125 -0.100
-0.075 -0.050
-0.025 0.000
0.025 0.050
0.075
Series: Residuals Sample 2004S1 2010S2
Observations 14
Mean -1.39e-15
Median -0.003066
Maximum 0.066931
Minimum -0.112181
Std. Dev. 0.055176
Skewness -0.361945
Kurtosis 2.180739
Jarque-Bera 0.697203
Probability 0.705674
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai LM Test sebesar 1.5659 dengan probabilitas 0.4571, yang berarti bahwa di dalam model tidak ditemukan
adanya masalah autokorelasi.
c. Heteroskedastisitas