25 d. Nama dan julukan
Nama julukan dapat membuat remaja merasa malu dan kurang nyaman dalam berteman, terutama nama julukan yang bersifat
mencemooh dan menghina. e. Hubungan keluarga
Remaja yang memiliki hubungan yang erat, baik dan intim dalam keluarga membantu remaja dalam mengembangkan diri dan pola
kepribadian yang baik serta menarik. f.
Teman-teman sebaya Di luar lingkungan keluarga, individu lebih sering menghabiskan
waktu dengan bermain dengan teman-teman sebayanya. Hal tersebut mempengaruhi pola kepribadian, pemikiran dan penialainnya terhadap
diri sendiri. Individu menilai dirinya melalui cerminan dari anggapan teman sebayanya tentang dirinya.
g. Kreativitas Konsep diri positif dapat dimiliki pada remaja yang semasa
kanak-kanaknya didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas- tugas akademis serta mengembangkan perasaan individualitas dan
pengaruh yang baik untuk dirinya sendiri dan orang lain. h. Cita-cita
Menentukan cita-cita yang realistik akan menghindarkan remaja dari kegagalan sehingga remaja akan memiliki kepercayaan diri
dan kepuasan diri yang lebih baik. Dengan menentukan cita-cita juga
26 dapat memberikan motivasi pada individu untuk berusaha keras
mencapainya dan memiliki optimisme yang tinggi dalam kehidupannya. Jalaluddin Rakhmat 2012: 99-100 mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi konsep diri adalah: a. Orang lain
Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap perkembangan individu, yang paling berpengaruh adalah orang-orang
yang memiliki hubungan dekat dengan individu, meliputi orang tua, saudara dan orang-orang yang tinggal dalam satu rumah. Orang lain
tersebut secara perlahan-perlahan membentuk konsep diri melalui pujian, penghargaan, ejekan, membuat individu memandang dirinya
secara positif maupun negatif. Jika individu diterima dan disenangi karena
keadaannya, maka
individu akan
cenderung bersikap
menghormati dan menerima dirinya sendiri. Sebaliknya, jika individu selalu diremehkan dan disalahkan, maka individu akan cenderung tidak
menyenangi dirinya sendiri. b. Kelompok rujukan Reference Group
Kelompok rujukan merupakan kelompok yang
mempunyai norma-norma tertentu dan kelompok yang secara emosional mengikat
dan berpengaruh
terhadap pembentukan
konsep diri.
Individu mengarahkan perilakunya dan menyesuaiakn diri dengan ciri-ciri
kelompok tersebut.
27 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri pada remaja antara lain: Pertama
, orang
tua yang
merupakan lingkungan
pertama yang
memberikan bimbingan, mendidik, mengasuh serta memberikan banyak informasi selama masa perkembangan individu. Kedua, teman sebaya yang
memberikan respon penilaian terhadap individu. Ketiga, penampilan fisik yang diharapkan, apabila penampilan fisik tidak sesuai harapan, maka
dapat menghambat perkembangan konsep diri yang baik. Keempat, pengalaman yang meliputi banyak hal dan kejadian yang pernah diperoleh
yang telah memberikan pelajaran penting dalam usaha mengembangkan diri dan membuat penilaian tentang diri sendiri. Perkembangan konsep diri
terbentuk dari proses belajar dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya dalam bentuk umpan balik melalui interaksi dan penilaian terhadap
dirinya.
5. Jenis-Jenis Konsep Diri
Colhoun dan Acocella 1990: 72-74 menyatakan bahwa dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Konsep diri positif Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Orang
dengan konsep diri positif memiliki kumpulan informasi tentang diri baik positif atau negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif
adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang bermacam-macam tentang keadaan
28 dirinya. Menurut William D Brooks dan Philip Emmert Jalaludin
Rahmat, 2005: 105, ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif yaitu yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, merasa setara
dengan orang
lain, menerima
pujian tanpa
rasa malu
dan menghilangkan rasa merendahkan diri, menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat, mampu memperbaiki diri ke arah
yang lebih baik. Contoh konsep diri positif, antara lain meyakini bahwa dirinya
memiliki kelebihan dan kemampuan yang luar biasa, meyakini bahwa dirinya mampu
menyelesaikan semua tugas
dan pekerjaannya, memandang dirinya sebagai seseorang yang unik dan menarik, bersikap
optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak
dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang
memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang positif
yang dapat dilakukan demi
keberhasilan di masa yang akan datang. b. Konsep diri negatif
Individu yang
memiliki konsep
diri negatif
cenderung memandang
dirinya secara
negatif. Individu
ini memiliki
kecenderungan tidak
mengetahui dan
memahami secara
lebih
29 mendalam tentang keseluruhan dirinya serta kekurangan dan kelebihan
yang dimilikinya. Menurut William D Brooks dan Philip Emmert Jalaludin Rahmat, 2005: 105, ciri-ciri konsep diri negatif yaitu peka
terhadap kritik sehingga mudah marah apabila mendapat kritik yang kurang baik, responsif terhadap pujian yang menjunjung tinggi harga
dirinya, cenderung bersikap hiperkritis serta meremehkan orang lain, cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain, bersikap pesimis
terhadap segala sesuatu. Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai
dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap
pesimistik terhadap kehidupan
dan kesempatan
yang dihadapinya, bersikeras mempertahankan pendapat dengan berbagai
logika yang keliru. Individu yang memiliki konsep diri negatif tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan.
Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan
diri sendiri maupun menyalahkan orang lain. Penelitian ini menggunakan pendapat dari Calhoun dan Acocella
1990: 72-74 sebagai acuan dalam menentukan jenis-jenis konsep karena penjelasan tentang konsep diri positif dan negatif yang dipaparkan lebih
luas. Konsep diri positif meliputi cara memandang dan menilai diri secara
30 positif, memiliki kelebihan serta kemampuan yang baik. Sedangkan,
konsep diri negatif meliputi cara memandang dan menilai dirinya secara negatif, merasa lemah dan tidak berharga. Konsep diri juga dapat
dibedakan beberapa sudut pandang yaitu konsep diri fisik dan konsep diri sosial, konsep diri emosional dan konsep diri akademis, konsep diri real
dan konsep diri ideal yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.
B. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001: 885, pola berarti sistem, cara kerja,
sedangkan asuh dapat berati menjaga merawat dan mendidik anak kecil, membimbing membantu, melatih dan sebagainya supaya dapat berdiri
sendiri Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001: 73. Lebih jelasnya, kata asuh adalah mencakup segala aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan,
perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat. Jadi pola asuh adalah cara yang
dilakukan untuk merawat, mendidik serta membimbing anak. Sri Utami 2010: 23 menyatakan pola asuh orang tua merupakan
suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, di mana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku,
pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan