pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry, sedangkan akuntansi dapat menggunakan sistem pencatatan single entry, double entry, dan
tryple entry. Menurut Halim 2007:43 dalam tulisan Oman Rusmana 2012,7 ketiga macam sistem pencatatan ini dapat diterapkan dalam akuntansi keuangan
daerah. Menurut penulis ketiga sistem pencatatan ini juga dapat diterapkan dalam akuntansi keuangan pemerintah pusat. Berikut ini adalah penjelasan tentang ketiga
sistem pencatatan tersebut:
a. Single Entry
Halim 2008;43 menyatakan Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan tata buku tunggal
atau tata buku. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas
akan dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi Pengeluaran.”
b. Double Entry
Halim 2008;45 menyatakan Sistem pencatatan double entry sering disebut dengan sistem tata buku
berpasangan. Menurut sistem ini pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal.
Dalam pencatatan tersebut sisi Debit berada di sebelah kiri dan Kredit di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan
dasar akuntansi.
c. Triple Entry
Halim 2008;47 menyatakan Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan
menggunakan sistem pencatatan double entry ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Jadi, sementara sistem pencatatan double entry
dijalankan, PPK SKPD maupun bagian keuangan atau SKPD juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran. Sehingga pencatatan tersebut akan
berefek pada sisa anggaran
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan PP 71 tahun 2010 pencatatan pendapatan pajak dapat dilakukan dengan menggunakan basis kas menuju akrual dan basis akrual. Untuk pencatatan
dengan basis kas menuju akrual, maka jurnal standar pada Kantor Pelayanan Pajak adalah sebagai berikut:
a. Jurnal Penganggaran Target Penerimaan Pajak
Keterangan Dr
Cr
Estimasi Pendapatan Pajak yang Dialokasikan + Uraian
xxx Utang kepada Kas Umum
Negara KUN xxx
b. Jurnal Realisasi Pendapatan:
Keterangan Dr
Cr
Utang Pada KUN xxx
Pendapatan Pajak + Uraian xxx
c. Jurnal Pengembalian Pendapatan
Keterangan Dr
Cr
Pengembalian Pendapatan Pajak + Uraian
xxx Utang Pada KUN
xxx d.
Jurnal Penutup Pada jurnal penutup selisih antara target penerimaan dengan realisasi
penerimaan pajak dicatat pada akun surplusdefisit
Keterangan Dr
Cr
Pendapatan Pajak + Uraian xxx
SurplusDefisit xxx
Estimasi Pendapatan Pajak yang Dialokasikan + Uraian
xxx
Universitas Sumatera Utara
Hingga skripsi ini ditulis, penulis belum menemukan peraturan atau buletin teknis yang menjelaskan jurnal standar pencatatan pendapatan pajak
dalam basis akrual. Oleh karena itu, pembahasan mengenai pencatatan pendapatan pajak dengan basis akrual akan dibahas di Bab IV.
2.4.7 Pelaporan Pendapatan Pajak
a. Basis kas menuju akrual
Pendapatan pajak dalam basis kas menuju akrual akan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan diklasifikasikan sesuai dengan jenisnya.
b. Basis akrual
Pelaporan pendapatan pajak yang diakui dan dicatat dalam basis akrual akan disajikan dalam Laporan Operasional sebagai pendapatan LO. Selain itu
pendapatan pajak yang diakui dan dicatat dalam basis kas untuk keperluan anggaran akan dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran.
2.4.8 Pengungkapan Informasi Akrual Berdasarkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. 62 Tahun 2009
Sebelum diterbitkannya PP 71 Tahun 2010, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan No 62 Tahun 2009 tentang tata cara penyajian
informasi pendapatan dan belanja secara akrual pada laporan keuangan sebagai jawaban sementara atas amanah UU No. 17 tahun 2003 yang mengharuskan
pemerintah menyajikan laporan berbasis akrual paling lama pada tahun 2008. Perdirjen tersebut menjelaskan tentang tata cara penyesuaian pendapatan dan
belanja yang berbasis kas menjadi basis akrual. Pendapatan secara akrual menurut
Perdirjen PB No 62 tahun 2009 adalah “hak pemerintah yang diakui sebagai
Universitas Sumatera Utara
penambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali”. Untuk penyesuaian pendapatan dilakukan dengan
konsep pendapatan yang masih harus diterima dan pendapatan yang diterima dimuka.
2.4.8.1 Pendapatan yang masih harus diterima
Menurut Perdirjen PB No 62 tahun 2009 pendapatan yang masih harus diterima adalah “pendapatan yang sampai dengan tanggal pelaporan belum
diterima oleh satuan kerjapemerintah karena adanya tunggakan pungutan pendapatan dan transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih satuan
kerjapemerintah dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan”. Pendapatan yang masih harus diterima disajikan sebagai penambah pada informasi
pendapatan secara akrual dan sebagai piutang pada neraca Dalam penyajian informasi pendapatan secara akrual, realisasi
pendapatan secara kas tahun berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara: 1
menambahkan pendapatan yang masih harus diterima pada tahun anggaran berjalan piutang pada tahun berjalan; danatau
2 menambahkan pendapatan yang telah diterima oleh bendahara
penerimaan KL, namun belum disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara pendapatan ditangguhkan; danatau
3 mengurangkan pendapatan yang masih harus diterima pada tahun
anggaran yang lalu piutang pada tahun lalu yang telah diterima pada tahun anggaran berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan perpajakan yang masih harus diterima merupakan pendapatan pajak yang seharusnya sudah diterima oleh Pemerintah, namun belum
dilunasi oleh wajib pajak. Berdasarkan Perdirjen PB No 62 tahun 2009 , jenis transaksi pajak yang masih harus diterima adalah sebagai berikut:
1 PPh yang Masih Harus Diterima, berupa:
a SKPKBSKPKBT PPh yang diterbitkan di tahun berjalan, namun
belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya tahun pajak; b
STP PPh untuk menagih sanksi administrasi untuk tahun pajak berjalan yang belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya
tahun pajak; c
STP Bunga Penagihan terkait Piutang PPh diterbitkan di tahun berjalan yang belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya
tahun pajak. 2
PPN yang Masih Harus Diterima, berupa: a
SKPKBSKPKBT PPN dan PPnBM yang diterbitkan di tahun berjalan, namun belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya
tahun pajak. b
STP PPN dan PPnBM untuk menagih sanksi administrasi untuk tahun pajak berjalan yang belum diterbitkan STP-nya atau telah diterbitkan
STP-nya namun belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya tahun pajak.
c STP Bunga Penagihan terkait Piutang PPN dan PPnBM yang
diterbitkan di tahun pajak berjalan namun belum dibayar oleh WP sampai dengan berakhirnya tahun pajak.
Berikut ini disajikan contoh penghitungan pendapatan perpajakan secara akrual berdasarkan Perdirjen PB No 62 tahun 2009:
Berikut adalah data-data perpajakan selama tahun anggaran 20X1 pada KPP Madya:
a Total realisasi penerimaan PPh Ps. 21 MA 411121 secara kas tahun
anggaran 20X1 sebesar Rp255.000.000.000. Jumlah tersebut termasuk realisasi penerimaan PPh Ps. 21 yang terutang pada
tahun 20X0 sebesar Rp3.000.000.000.
b Jumlah piutang pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar SKPKB atas PPh Ps. 21 selama tahun 20X1 yang belum dilunasi sampai dengan 31 Desember 20X1 adalah sebesar
Rp5.000.000.000.
Berdasarkan data tersebut, pendapatan secara akrual yang disajikan KPP Madya adalah sebagai berikut:
a Informasi Pendapatan Secara Akrual
Universitas Sumatera Utara
Dalam penyajian informasi pendapatan perpajakan secara akrual, pendapatan perpajakan yang masih harus diterima tahun 20X1 sebesar
Rp5.000.000.000 akan menambah pendapatan perpajakan tahun 20X1 dan pajak terutang tahun 20X0 yang diterima tahun 20X1 sebesar
Rp3.000.000.000 akan mengurangi pendapatan perpajakan tahun 20X1.
BA : 015 Departemen Keuangan Eselon IUAPPA-E1 : 04 Ditjen Pajak
UAPPA-W : xxxx Satuan KerjaUAKPA : xxxxxx KPP Madya
b Penyajian di Neraca
Pendapatan perpajakan yang masih harus diterima sebesar Rp5.000.000.000 merupakan Piutang Pajak yang harus disajikan di Neraca,
sehingga KPP Madya perlu membuat jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 20X1 sebagai berikut:
Debet : 113121 Piutang PPh Pasal 21
Rp5.000.000.000 Kredit : 311311 Cadangan Piutang
Rp5.000.000.000 Piutang Pajak PPh Pasal 21 disajikan sebagai aset lancar pada Neraca,
sedangkan Cadangan Piutang akan disajikan sebagai ekuitas dana lancar pada neraca. Pendapatan Diterima Dimuka
2.4.8.2 Pendapatan diterima di muka
Menurut Perdirjen PB No 62 tahun 2009, pendapatan diterima di muka adalah
pendapatan yang diterima oleh satuan kerjapemerintah dan sudah disetor ke Rekening Kas Umum Negara, namun wajib setor belum menikmati
barangjasafasilitas dari satuan kerjapemerintah, atau pendapatan pajakbukan pajak yang telah disetor oleh wajib pajakbayar ke Rekening
Kas Umum Negara yang berdasarkan hasil pemeriksaan danatau penelitian oleh pihak yang berwenang terdapat lebih bayar pajakbukan pajak.
Pendapatan diterima di muka disajikan sebagai kewajiban jangka pendek. Dalam penyajian informasi pendapatan secara akrual, realisasi pendapatan secara
kas tahun berjalan harus disesuaikan yaitu dengan cara:
No. Pendapatan Belanja
Realisasi Menurut Basis Kas
Penyesuaian Akrual Informasi Akrual
Dokumen Sumber
Kode Akun Uraian
Tambah Kurang
1. 411121
PPh Pasal 21
255.000.000.000 5.000.000.000 3.000.000.000 247.000.000.000
SKPKB
Universitas Sumatera Utara
1 mengurangkan pendapatan diterima di muka pada tahun berjalan;
danatau 2
menambahkan pendapatan diterima di muka pada tahun lalu yang barangjasa pelayanannya dilaksanakan pada tahun berjalan
Untuk pendapatan perpajakan, maka berdasarkan Perdirjen PB No 62 tahun 2009 dinyatakan
Pendapatan pajak diterima di muka adalah pajak yang telah disetor ke Rekening Kas Umum Negara dari Wajib Pajak dan setelah dilaksanakan
pemeriksaan dan atau penelitian, pajak yang dibayar lebih besar dari pada pajak yang terutang. Transaksi ini disebut juga utang restitusi pajak.
Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat pajak diterima di muka adalah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB yang sampai dengan
akhir tahun yakni tanggal pelaporan belum dilakukan pengembalian restitusikompensasi oleh pemerintah kepada wajib pajak.
Pendapatan pajak diterima di muka untuk PPh dan PPNPPnBM adalah karena WP menyetor lebih dari kewajiban karena kekeliruan penerapan ketentuan
perpajakan atau salah pembayaran pajak. Dasar penetapan keputusan restitusi atau kompensasi adalah permohonan WP dan data utang pajak.
2.5 Tinjauan Peneliti Terdahulu